Chereads / CINTAKU VS HOBI SUAMIKU / Chapter 4 - Bab 4 Rayuan Mira

Chapter 4 - Bab 4 Rayuan Mira

Pov Mira

Aku tau mas Andry telah memiliki istri, dan aku juga tau hubungan mas Andry dengan istrinya sedang tidak baik-baik saja. Aku menjadi akrab dengan ma Andry setelah kami beberapa kali mendaki gunung yang sama. Kebaikan dan keramahannya selama kami bersama-sama naik gunung, membuatku kagum dengan sosoknya.

Pribadinya yang membumi, meski telah menjadi seorang pengusaha tanaman hias yang sukses, tetapi ia tetap bersikap sederhana tidak menampakkan kekayaannya. Sungguh kepribadiannya yang begitu bersahaja memukauku .

Lambat laun rasa kagumku berubah menjadi rasa suka. Sisi jahat dalam diriku muncul, untuk menjadikan mas Andry sebagai milikku seorang. Akan kubuat mas Andry untuk menceraikan istrinya.

Untuk kesekian kalinya, aku dan mas Andry berada dalam satu pendakian yang sama. Kali ini kembali ruman mas Andry menjadi tempat berkumpul kami. Aku tahu wanita yang sering menyuguhkan makanan dan minuman adalah istri mas Andry, meski mas Andry tidak pernah mengenalkannya kepada kami.

Aku tidak tahu mengapa mas Andry tidak mengenalkan istrinya kepada kami. "Apakah ia malu dengan istrinya, tapi harus kuakui istrinya cantik dan terpelajar," gumamku dalam hati.

Akupun dengan sengaja memperlihatkan kedekatanku dengan mas Andry di depan istrinya, pada saat kumpul kami kali ini, di rumah mas Andry sebelum kami melakukan pendakian ke gunung Sindoro.

Aku berharap mas Andry dan istrinya bertengkar, "Syukur-syukur kalau mas Andry dan istrinya bercerai, doaku dalam hati. Kemudian mas Andry bersedia menikahiku, tapi jadi istri kedua mas Andry aku juga rela kok." Doaku dalam hati, "Aku memang jahat, tapi bukankah demi cinta seseorang bisa berubah menjadi jahat atau baik," belaku pada diri sendiri membenarkan perbuatanku.

Dengan sengaja aku minta dibonceng oleh mas Andry saat berangkat menuju ke gunung Sindoro. Aku berharap mas Andry menjadi semakin dekat dan nyaman dengan kehadiranku.

Akan kupastikan pada pendakian kali ini, mas Andry jatuh ke dalam pesonaku. Tidak akan kubiarkan mas Andry lepas dari pandanganku kali ini. Aku akan selalu menempel dengannya.

Selesai memasang tenda,, sambil menunggu matahari terbenam, aku dan mas Andry memisahkan diri dengan yang lain. Duduk menikmati keindahan sunset di gunung Sindoro.

Kupeluk mas Andry, kusandarkan bahuku dipundaknya. Kuambil gawaiku, ku buka aplikasi kamera, ceklek...ceklek kuambil gambar diriku dengan mas Andr, dan Ia hanya tersenyum melihat ulahku.

Ku unggah fotoku berdua dengan mas Andry di akun media sosialku, kuberi caption dengan kata-kata yang romantis. Ku tag nama mas Andry, harapanku istrinya melihat foto kemesraan kami dan menjadi emosi, hingga mereka bertengkar, itulah kesempatanku untuk membuat mas Andry semakin menjauhi istrinya.

Ketika langit semakin gelap, aku dan mas Andry duduk bergabung dengan teman-teman yang lainnya.

Kubuang rasa malu kepada teman-teman serombongan pendakian ke gunung Sindoro, mendapatkan mas Andry lebih penting daripada mendengarkan sindiran dan tatapan tak suka yang mereka berikan kepadaku. Toh, yang menjalani aku bukan mereka, "Dosa ditanggung sendiri-sendirikan," gumamku dalam hati.

Selain karena kebaikan dan juga ketampanan mas Andry, yang membuatku jatuh hati, adalah karena kekayaan yang dimiliki mas Andry. Wanita mana yang tidak suka dengan uang.

....

Setelah beberapa kali gagal usahaku untuk menjebak mas Andry, agar mau meniduriku, terakhir saat mas Andry mengantarkanku pulang usai kita naik gunung Sindoro.

Kurayu mas Andry sepanjang jalan, kubuat ia menjadi sangat bergairah. Hingga akhirnya ia menjadi tak sabar untuk segera meniduriku. Aku tersenyum membayangkan kalau di dalam rahimku nanti hadir calon buah hatiku dengan mas Andry. Akan kulahirkan seorang anak untuk mas Andry. Akan kubuat ia bertekuk lutut dan menuruti permintaanku untuk menceraikan istrinya, "Secara akukan wanita yang mampu melahirka seorang anak untuk mas Andry," khayalku dalam hati.

Tanganku semakin berani mengelus milik mas Andry, sehingga dapat kudengar mas Andry melenguh kenikmatan, karena miliknya mendapatkan belaian dan remasan dari tanganku.

Dengan suara mendesis, mas Andry memperingatkanku untuk menjaga tanganku. Aku hanya terkekeh mendengar peringatan dari mas Andry. Sekarang ganti bagian dadaku yang dengan sengaja kugesek-gesekkan kepunggung mas Andry. "Duh, senangnya menggoda mas Andry." Fikirku dalam hati.

Kemudian mas Andry mempercepat laju motornya, hingga tidak beberapa lama kemudian, sampailah kami di basement apartementku. Dengan terburu-buru kami memasuki apartementku.

Begitu memasuki apartemen, mas Andry dengan tidak sabar mencumbu diriku. Disandarkannya aku pada pintu apartemen, hingga pintupun tertutup. Kami saling melucuti pakaian kami dengan tidak sabar. Dapat kudengar mas Andry menarik paksa kemejaku hingga kancingnya berhamburan.

Aku tersenyum penuh kemenangan, dalam hatiku berucap, "Aku akan memuaskanmu mas, hingga kau akan menceraikan istri yang tidak bisa memberikan keturunan untukmu.

Namun, ditengah kemesraan kami, gawai mas Andry berdering terus menerus, membuat kegiatan kami terganggu. Mas Andry mengabaikan deringan pada gawainya. Namun, gawainya terus menerus berdering. Dengan kesal dan muka yang memerah karena napsu dan juga emosi, mas Andry mengangkat gawainya. Tepat saat ia mengangkat gawainya, gawai itu berhenti berdering.

"Siapa mas?," tanyaku kepada mas Andry.

Mas Andry mengecek gawainya, "Ida, yang menghubungiku. Maaf, sepertinya aku tidak dapat melanjutkan apa yang kita lakukan, maafkan kekhilafanku, aku sungguh-sungguh minta maaf, aku tidak bermaksud untuk..um melakukan hal...ini kepadamu. Aku harus segera pulang, istriku menungguku."

Mas Andry mengecek gawainya, "Ida, yang menghubungiku. Maaf, sepertinya aku tidak dapat melanjutkan apa yang kita lakukan, maafkan kekhilafanku, aku sungguh-sungguh minta maaf, aku tidak bermaksud untuk..um melakukan hal...ini kepadamu. Aku harus segera pulang, istriku menungguku."

Kemudian Mas Andry meninggalkan apartemenku. "Apa dia bilang, khilaf dan tidak akan melakukan hal ini lagi kepadaku, tenang saja mas. Ini bukan yang pertama, dan juga bukan yang terakhir." Tekadku dalam hati.

Aku benar-benar merasa kesal, lagi-lagi usahaku untuk menjebak mas Andry digagalkan oleh Ida. Kurasa aku harus bertemu dangan Ida dan memintanya untuk melepaskan mas Andry.

Sebuah ide licik terbayang di kepalaku. Aku tidak perlu terburu-buru untuk bertemu langsung dengan Ida. Akan kujalankan strategi mendapatkan mas Andry secara perlahan.

Kurebahkan badanku di atas sofa yang ada di kamar tamu. Penampilanku terlihat berantakkan, tetapi aku tidak peduli. Tiba-tiba sebuah ide terselip di kepalaku. Segera kuambil gawaiku, kemudian ku potret diriku, yang dalam keadaan setengah naked. Hanya dengan bra dan rambut yang acak-acakkan, bibirku tampak bengkak, serta leherku yang sangat aku yakini terdapat banyak tanda hasil gigitan mesra mas Andry.

Setelah kuambil beberapa gambar diriku, segera kukirim gambar tersebut kepada Ida, istri mas Andry. Aku mendapatkan nomor Ida, saat aku pinjam gawai mas Andry dengan berpura-pura ikut mengirim pesan buat ibuku, karena gawaiku sedang drop. Saat itulah kumanfaatkan untuk menyalin nomor kontak Ida.

Setelah pesan gambarku terkirim, yang kusertai dengan tulisan, 'Mas Andry memang hebat ia mampu membuatku terpuaskan dan melayang." Kemudian kutambahkan dengan tulisan, "Aku tahu mas Andry sudah beberapa minggu tidak tidur denganmu, karena aku mampu memberikan apa yang dicarinya."

Senyumku mengembang setelah pesanku terkirim. " Selamat merasakan sakit hati dan menangis yang kencang. Kudoakan kalian bertengkar hebat...dan kalimat yang sangat kuharapkan saling kalian ucapkan. Aku ingin bercerai!," aku terkekeh kesenangan karena khayalanku.