Angel merasa sangat puas sudah bisa membuat Allicia dibuang, mom kini aku anak daddy hanya aku putri daddy, aku juga akan buat wanita perusak rumah tangga mom dan dad itu pergi seperti putrinya, hanya mom yang pantas jadi istri dad, wanita itu jahat mengusir mom padahal mom hamil aku dan kondisi mom tidak baik, wanita itu benar benar iblis, tingkahnya sok baik padahal sudah membuatku tidak punya mom dan dad lagi, baik Daffa, Bella, Austin, Aurora dan juga Allicia mereka tidak berhak memanggil daddyku dengan panggilan daddy, tak akan kubiarkan. Tatapan penuh dendam berkilat dimata hazel itu. Hanya aku...aku satu-satunya putri Jashon Klein. Angel menatap sebuah foto seorang wanita cantik, dia selalu menyimpan foto Mommynya di kamarnya. Dia tersenyum bahagia sambil mengusap pelan foto Mommynya.
"Angel... Angel... Keluar," Suara gedoran dan teriakan Jashon terdengar.
Khayalannya terganggu oleh teriakan daddynya didepan pintu, ada apa?batinnya. Kenapa daddy memanggilnya dengan berteriak seperti itu, apa ada hal buruk yang terjadi pada Aurora, kalau itu benar maka langkahnya semakin mudah bukan? Angel tersenyum miring dengan pemikirannya
Dia membuka pintu kamarnya segera, dia ingin tahu, apa hal yang ada dalan pikirannya itu benar? Dia melihat daddynya didepan pintu kamarnya, dengan penampilan acak acakan, pakaiannya tidak serapih biasanya, matanya memerah, apa daddy habis menangis, apa pemikirannya benar, tanpa disadari sudut bibirnya terangkat, meski sekilas tapi Jashon sempat melihatnya, dan satu pemikirannya, buah jatuh tak jauh dari pohonnya, ibunya licik begitupun dengan putrinya, bahkan dia tidak pernah menyangka jika gadis kecil ini bisa merencanakan hal ini dengan begitu sempurna, tanpa cela...
"Ada apa dad?" tanyanya bingung, melihat mata itu penuh amarah.
"Ikut dad!" perintah Jashon dingin, tangannya mengepal menahan emosi, ingin rasanya dia menghajar atau bahkan membunuh gadis didepannya itu, tapi dia sadar masalah tidak akan selesai dengan menyakiti gadis licik itu.
Diruang keluarga sudah berkumpul anggota keluarga minus Allicia, bahkan Aurora didatangkan dari rumah sakit, untuk hal ini, ada hal penting apa?batin Angel. Apa? Jadi bukan kabar buruk tentang Aurora? Lalu apa?batinnya.
"Duduk!!" perintah Jashon penuh penekanan.
Kini semua perhatian tertuju pada Jashon.
"Bisa kau katakan apa yang terjadi seminggu yang lalu Rora?" tanya Jashon lembut, memandang putri yang wajahnya serupa dengan putri yang sudah disakitinya, membuat hatinya teriris pisau tak kasat mata.
"Katakan yang sebenarnya, daddy mohon," Pandangannya penuh luka, dia tidak akan siap jika putrinya yang serupa dengan Cia ini akan mengeluarkan kebohongan, dia akan semakin terluka.
"Aku... aku dan kak Angel ingin mengupaskan apel pada Allicia, tapi... tapi... dia menolak," ucap Aurora terbata bata matanya nyalang memandang daddynya dan Angel, Angel mengangguk memberi dukungan padanya, dan itu tak lepas dari perhatian Jashon, kenapa dulu dia tidak melihat kejanggalan ini.
"Lalu?" tanyanya masih dengan nada lembut, tapi bagi Kanaya yang mengenal suaminya lebih baik dari siapapun, dia tahu suaminya menahan amarahnya, karena putri kecilnya tidak mengatakan yang sebenarnya, bahkan di rekaman CCTV tidak ada acara kupas mengupas apel.
"Lalu Cia... dia... dia... marah karena kami mengganggunya, dia... dia merebut pisau dan... dan menusukku," wajah Aurora tampak ketakutan. Jashon melihat kearah Angel.
"Lalu seperti apa yang sebenarnya terjadi Angel, katakan yang sebenarnya, jika daddy tau kalian berbohong, maka Daddy akan mengusir kalian seperti Allicia," Kalimat itu penuh penekanan.
"Sama seperti yang Aurora katakan dad, sungguh aku berniat berbaikan dengannya maka kami berniat mengajaknya memakan apel bersama, tapi dia malah marah dan tak tau kenapa dia malah menusuk Aurora, aku benar benar tidak menyangka kenapa dia melakukannya," sahut Angel tenang, seakan kebenaranlah yang diucapkannya.
"Apa dulu yang merusak bonekamu juga Allicia, Rora?" tanya Jashon lemah, airmatanya berurai, apa yang harus dilakukannya pada putri putrinya. Jika tidak melihat cctv dia mungkin akan langsung mempercayai kedua pembohong didepannya, sama seperti beberapa tahun yang lalu, bahkan seminggu yang lalu dia tanpa bertanya tentang kebenarannya dia sudah menyimpulkan sendiri siapa pelakunya, daddy macam apa dirinya ini? Dan putri kecilnya itu, Cia...dia bahkan tidak bersalah, dia masih mengingat tatapan terluka dari mata biru itu...
Tuhan aku sudah sangat menyakitinya, yang jahat bukan Angel atau Rora, tapi DIA! DIA!!
"I... iya... dad," sahut Aurora tak berani menatap wajah ayahnya.
"Tatap mata daddy, kamu mengatakan yang sesungguhnya?" tanyanya terakhir kalinya, dia masih berharap putri yang disayanginya mau berkata jujur.
"I... iya dad," jawab putrinya lagi, dia sudah tidak tahan dengan kebogongan ini, dia muak dengan segala kemunafikan ini, amarahnya menggelegak, dia sudah berada diambang batas kesabarannya.
"Kenapa kamu berbohong Rora, Kenapa kalian berdua memfitnah Cia, kenapa kalian sangat membenci Cia hingga berbohong pada daddy, membuat daddy salah paham dan menuduh Cia, membentaknya atas kesalahan yang bahkan tidak dilakukannya, daddy kecewa padamu, karena kebohongan kalian daddy sudah menyakiti putri daddy sendiri," ujarnya lirih , suaranya begetar campuran antara menahan amarh dan kesedihan, tapi masih bisa di dengar oleh semuanya.
Sontak ucapan daddynya membuat yang ada di ruangan itu terhenyak kecuali Kanaya yang sudah mengetahui kebenarannya, dan dia ikut kecewa dengan kebohongan Aurora. Airmatanya mengalir dari tadi, dia memikirkan putri kecilnya, yang dia sakiti, ia ingat terakhir kali dia melihat mata biru itu menatapnya penuh harap tapi ia menatap putri kecilnya dengan tatapan penuh kecewa, dan bisa dilihatnya mata itu menatapnya terluka. Rasa sesak memenuhi dadanya.Bagaimana dia bisa menghakiminya tanpa bertanya padanya, anak yang dilahirkannya dengan berkorban nyawa, dia sangat mengenal Cia, kenapa dia tega menuduh putrinya sudah melakukan hal yang buruk, kenapa baru sekarang dia menyadarinya? Dia bukan ibu yang baik, bisik batinnya pilu.
"Cia... maafkan mommy sayang, maaf," gumamnya lirih, Bella yang tau mommynya sangat merindukan Cia langsung memeluk mommy nya erat, dia masih belum mengerti kenapa mommy minta maaf.
"Dad Rora tidak berbohong, Angel saksinya!" bentak Angel tak terima.
Tanpa dia sadari dia sudah membentak kepala keluarga ini.
Dia tidak mau Rora ketakutan dan mengatakan yang sebenarnya pada semuanya, dia tidak mau semua perjuangannya sia sia.
"Diam Angel! Cukup!! Cukup sudah kebohonganmu!!" bentak Jashon sudah tidak mau lagi mendengar kebohongan.
"Kalian berdua Pembohong, Kalian tahu daddy benci pembohong, daddy menyesal mengetahui kebenarannya setelah daddy sudah menyakiti Allicia bahkan putri kecilku pergi dengan amarah" geram Jashon, bahkan gadis licik itu berani membentaknya.
"Apa maksud perkataan dad?" tanya Austin masih tidak mengerti.
"Iblis cilik ini, membuat seolah Allicia yang menusuk Aurora, bahkan dulu dia juga yang membuat dad berpikir kalau Allicia yang merusak boneka Aurora," Geram Jashon sambil menunjuk nunjuk Angel penuh amarah. Setiap katanya mengandung penekanan.
"Lalu kalau bukan Cia, siapa pelakunya dad?" tanya Austin masih bingung kemana pembicaraan ini bermuara.
"Iblis cilik tak tau terimakasih ini pelakunya, DIA!" teriak Jashon sambil mencengkeram bahu Angel penuh amarah, tangannya menghentak tubuh Angela kedepan belakang memembuat tubuh kecil itu berayun sesuai hentakan Jashon.
Amarah sudah menguasainya, dia tidak perduli akan melukai Angel, dia sungguh tak perduli, kalau dia tidak takut hukum, saat ini dia pastikan akan membunuh Angel dengan tangannya sendiri.
"Benarkah? Tapi bagaimana bisa?"tanya Austin masih tidak percaya.
"Kalian masih tidak percaya, daddy ada buktinya, dan daddy menyesal baru mengetahuinya hari ini, setelah Cia pergi," sesalnya, dia berjalan menuju laptopnya yang dia letakkan di meja kerjanya di rumah.
Dia kembali ke ruang keluarga, tanpa kata, dibukanya gambar cctv, mulai dari Cia yang memasuki gazebo, suara merdunya saat bernyanyi kadang desahan nafasnyapun terdengar lirih, mereka juga mendengar curahan hati Cia kepada ikan ikan kecil itu sambil memberi mereka makan, dia bahkan tertawa disana, tawa yang sudah lama tidak dilihat oleh semuanya, lalu mereka melihat kedatangan Aurora dan Angel di belakang Cia, bahkan digambar terlihat jelas Cia sedang larut dalam irama yang keluar dari iPhonenya menggunakan headset, dia bahkan memejamkan matanya, berdendang tak menyadari kehadiran kedua orang dibelakangnya, kemudian semuanya terpekik ngeri dengan tayangan yang ada disana kecuali mereka yang sudah tahu kejadian itu, Mereka terdiam beberapa saat. Entah apa saja yang berkecamuk dalam pikiran mereka.
Suasana menjadi hening, sampai sebuah suara yang membuat mereka semakin bungkam.
"Tapi daddy yang sudah menuduhnya melukai Aurora tanpa mendengar alasan nya, aku bahkan tak mengatakan apapun saat itu, aku hanya berteriak minta tolong, daddy sendiri yang menyimpulkannya" ujar Angel dingin Mereka menatap Angel yang bahkan tidak tampak menyesali perbuatannya
Skakmat!!
~~~~~~