Hari mulai petang...
Seluruh murid sudah menggendong tas mereka masing-masing dan hendak pulang, mereka berdoa sejenak sebelum akhirnya meninggalkan ruangan kelas. Riena melangkah pergi menuju rumahnya dengan jantung yang berdegup kencang, sudah sedari tadi siang dia begini.
Wajah Jonathan terus terngiang di pikirannya, hingga ia tak sadar bahwa dirinya telah sampai di rumah. Ia pun tersadar dari lamunan beratnya.
Riena memasuki rumah dan lekas membersihkan diri, ibunya selalu pulang malam karena profesinya sebagai wanita rumah bordil. Selama ibunya tidak ada, ia membersihkan seisi rumah sampai ke halaman depan. Setelah itu ia berdiam diri di kamar sambil membaca buku cerita yang dibelinya dua minggu. Judul buku itu adalah Sang putri.
Buku ini ia beli dengan uang saku yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit, ibunya sangat jarang memberikan uang padanya. Buku yang berisi cerita tentang kisah seorang putri yang terbuang dan terinjak harga dirinya, pada awal cerita diperlihatkan Sang putri direndahkan oleh kedua saudarinya dan bahkan oleh ibunya, karena ia berbeda
Putri tidak memiliki paras secantik ibu dan saudari-saudarinya, ia terlahir dengan rupa cacat, sungguh nasib yang buruk. Semua saudarinya menjahili dia setiap hari, sedangkan ibunya memarahinya setiap waktu. Sekujur tubuh putri berbekas luka-luka akibat ulah dari saudari-saudarinya.
"Sepertinya pemeran utama dalam cerita ini senasib denganku," batin Riena.
Suatu hari saat putri sedang mencari kupu-kupu di hutan, salah seorang saudarinya menjahilinya hingga ia terperosok ke dalam sebuah jurang. Saudarinya berlari meninggalkan dia yang terkapar di dasar jurang, putri mengalami luka parah akibat ulah saudarinya itu.
Dengan tubuh yang bersimbah darah, putri bergerak tanpa arah, dia tidak tahu harus pergi kemana. Jurang itu begitu gelap, ia bahkan tidak dapat melihat tangan kirinya yang jelas sudah patah. Sekilas, terlihat seberkas sinar ungu dipandang matanya yang buram, perlahan ia mendekati cahaya itu.
Rupanya cahaya itu berasal dari tubuh sosok makhluk supranatural, makhluk yang berada diluar nalar manusia. Makhluk itu disebut sebagai iblis, sosok iblis bertanduk memandang putri dengan senyum menyeringai. Putri awalnya merasa takut saat melihatnya, namun karena kondisinya yang parah, ia pun memohon kepadanya agar ia menolongnya.
Tetapi iblis tidak akan memberikan pertolongan secara cuma-cuma, ia ingin putri mengabdi kepadanya dengan seluruh jiwa dan raganya sebagai balasan atas pertolongan yang ia berikan.
Pada bagian ini, Riena mulai berdebar-debar...
"Iblis, pasti sangat menakutkan. Apakah putri tidak ketakutan saat bertemu dengannya?" gumam Riena.
Ia lanjut membaca cerita itu...
Putri tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran dari iblis, dengan kekuatannya, iblis menolong Sang putri. Seketika seluruh luka pada tubuh putri pun lenyap, putri merasakan kekuatan aneh mengalir ke dalam tubuhnya. Iblis membawa putri keluar dari jurang yang gelap.
Setelah keluar dari jurang, iblis memberikan sebuah cermin kepada putri dan menyuruh putri untuk berkaca. Betapa kagetnya putri melihat rupanya yang kini amat menawan melebihi ibu dan saudari-saudarinya yang lain, ia melihat rupanya yang cantik dan bersih dari bayang-bayang cermin.
Putri tidak mampu menahan perasaan senang, ia melompat kegirangan. Bagian cerita ini membuat Riena gigit jari, ia membayangkan jika saja ia yang berada di posisi Sang putri.
"Wajahnya berubah?" batin Riena, sedikit iri.
Kembali ke cerita yang Riena baca...
Sang putri amat bahagia, akhirnya takkan ada lagi yang mengejeknya. Saudari-saudarinya pasti tidak akan mengusili dia lagi dan ibunya pasti akan memperhatikannya. Akan tetapi putri memiliki pemikiran sendiri.
"Apa yang putri pikirkan?" batin Riena, ia lanjut membuka halaman selanjutnya.
Karena sudah terlanjur sakit hati dengan perlakuan ibu dan para saudarinya yang keterlaluan, putri pun berencana menundukkan mereka semua dibawah kakinya.
Dengan kekuatan yang diberikan oleh iblis, ia berhasil mewujudkan keinginannya, ia kembali ke tempatnya dan menundukkan semua orang yang merendahkannya. Seluruh orang-orang yang menertawakan dirinya, kini jatuh dibawah kuasanya.
Disinilah Sang putri merasakan kebahagiaan tiada tara. Ia menginjak kepala para manusia bermulut kotor, bahkan ia mempersembahkan jiwa mereka kepada Sang iblis. Iblis pun senang dan semakin memberi putri banyak kekuatan serta kekayaan. Pada akhirnya, putri pun hidup bergelimang kuasa atas pengabdiannya kepada iblis, ceritanya pun tamat.
Riena menutup buku ceritanya, bayangan akan sosok putri dalam cerita itu semakin terngiang-ngiang di kepalanya. Baginya cerita ini agak sedikit menakutkan.
"Siapa yang menulis cerita ini?" tanya Riena.
Ia melihat bagian cover buku, tepat diatas judul tertera nama "Princess Cerlia". Riena pun mencari informasi tentang penulis itu di internet, rupanya Princess Cerlia adalah salah satu penulis cerita terbaik. Karyanya begitu digemari oleh banyak orang, disana juga tertera data dari Princess Cerlia beserta fotonya.
Princess Cerlia memiliki paras yang cantik jelita, kulitnya putih bersih dan berambut pirang. Riena begitu terpukau dengan kecantikan penulis itu.
"Wah..., cantiknya," ucap kagum Riena, ia sampai lupa berkedip.
Ia tak menyangka kalau penulis buku cerita yang ia baca, memiliki kecantikan yang luar biasa. Riena ingin sekali memiliki wajah cantik seperti penulis itu, sekilas terlintas sosok Jonathan dibenaknya.
Ia membayangkan, andai kata ia memiliki paras yang cantik, ia akan lebih percaya diri untuk memandang wajah laki-laki yang ia kagumi itu dan pastinya Jonathan akan lebih terpikat padanya. Sayangnya itu semua tidak mungkin, bagi Riena.
Dia hanya bisa membayangkannya saja, wajah cacatnya takkan mungkin bisa ia perbaiki. Riena sudah menerima nasibnya memiliki wajah cacat seperti ini, lagi pula dia takkan mungkin mendapatkan hati pria tampan seperti Jonathan. Ia merasa tidak pantas untuk pria yang disukainya itu.
"Sepertinya aku terlalu banyak berkhayal, tidak mungkin manusia sepertiku disukai olehnya. Aku ini tidak pantas untuknya," batin Riena.
Ini adalah kali pertama ia menyukai seseorang, ia sangat ingin sekali dekat dan tahu banyak tentang orang yang ia sukai itu. Tapi ia menyerah pada keterbatasannya.
"Lebih baik aku segera istirahat, kuharap ibu tidak bekerja terlalu larut. Dia bisa sakit kalau terus begini," ucap Riena, ia masih mencemaskan ibunya.
Ia meraih selimut kusutnya dan lekas berbaring di ranjangnya yang keras. Ia berdoa sejenak sebelum memejamkan mata, harapannya untuk hari esok masih tetap sama...
"Semoga besok akan jadi hari yang lebihnya baik."
Bersambung....