"Halo, Ibu."
"Kamu hari ini pulanglah ke rumah, pamanmu sudah kembali dari luar negeri…"
"Tapi masih ada hal yang harus kulakukan." Qiqi telah kembali, dia masih harus menyiapkan sesuatu untuk menyambutnya.
"Tidak bisa!" Ibunya mengeluarkan nada yang tidak bisa dibantah lagi, dia kemudian berkata lagi, "Pamanmu baru saja kembali dan sekarang sudah dalam perjalanan untuk menjemputmu. Kamu tunggu dia di luar sekolah."
"Apa? Bu, halo, halo!"
Melihat telepon yang telah ditutup, An Ge'er hanya bisa menunduk dengan sedih.
Sejak dia kecil… Jika ketidakpedulian orang tuanya membuatnya merasa sedih, perhatian mereka terhadap An Ruxue adalah yang paling membuatnya lebih sedih.
Apakah hanya karena An Ruxue telah menderita di luar selama bertahun-tahun, lalu dia diperlakukan seperti ini?
Mereka mungkin tidak akan memukulnya atau memarahinya, tetapi pada saat tatapan tajam itu menyorotnya, An Ge'er merasa jika itu sudah lebih menyakitkan dan menyeramkan daripada senjata apa pun…
…...
An Ge'er sudah cukup lama menunggu di depan sekolah, menunggu orang yang disebut 'paman' untuk menjemputnya. Jika bukan karena kakek yang selalu merindukannya ketika dia pulang, dia pasti sudah tidak akan kembali ke rumah.
Setelah beberapa saat, hampir semua siswa di sekolah sudah pulang. Di seberang jalan selain ada sebuah mobil Passat, sebuah mobil Audi, juga ada sebuah mobil Maybach hitam yang minimalis namun mewah terparkir di sana.
Paman apa? Sudah tidak pernah bertemu selama lebih dari sepuluh tahun, An Ge'er sendiri sudah hampir lupa bahwa dia memiliki paman yang satu ini.
Setelah beberapa saat An Ge'er pun merasa bingung. Apa mungkin paman… sedang menunggunya di dalam mobil itu?
Setelah ragu-ragu untuk waktu yang lama, An Ge'er memutuskan untuk berjalan ke mobil tersebut.
Saat melewati mobil Passat yang pertama, ada seorang wanita paruh baya di dalamnya. Dia lalu terus berjalan menuju mobil kedua. Itu adalah Mobil Audi A6 dengan jendela yang sangat gelap. Dia tidak bisa melihat ke dalam, jadi dia agak mendekat untuk mengeceknya.
Sebelum dia bisa melihat dengan jelas, jendela mobil Audi itu tiba-tiba terbuka. Seorang lelaki tua dengan perut buncit muncul di depan matanya. An Ge'er terkejut, lelaki tua itu memandangi wajahnya yang polos dan cantik dengan tatapan mesum sambil seperti sedang menilai penampilannya, "Adik Kecil, apakah kamu ada urusan dengan paman?"
An Ge'er mengerutkan keningnya lalu pergi begitu saja.
Benar-benar tidak tahu malu! Umurnya saja lebih tua dari ayahnya, tapi berani-beraninya dia memanggilnya adik kecil?
Pamannya seharusnya baru berusia sekitar tiga puluhan, kan?
Tersisa satu mobil terakhir yang ada di pinggir jalan, tetapi saat An Ge'er melihat ke arah mobil Maybach hitam itu, dia sama sekali tidak berniat melangkah sedikit pun untuk mendekatinya.
Qiqi adalah penggemar mobil, dia pun akhirnya ikut terserang virus mobil karenanya. Dia mengetahui bahwa Maybach adalah mobil Millennium Marriott edisi terbatas di dunia. Sekali pun punya uang, kamu belum tentu bisa membelinya. Jadi dia merasa pasti bukan itu mobilnya. Bisa berpapasan atau melihat secara langsung saja… rasanya sudah luar biasa sekali.
An Ge'er memutuskan untuk menunggu lima menit lagi. Jika paman yang dikatakan itu tidak kunjung datang, dia memutuskan untuk pulang naik taksi.
Dia berdiri tidak jauh dari mobil Maybach itu. Entah firasatnya benar atau salah, An Ge'er merasa bahwa ada seseorang di dalam mobil yang sedang mengintainya.
An Ge'er merasa tidak tahan dan akhirnya menoleh ke arah mobil itu. Dia samar-samar melihat melalui jendela mobil wajah seorang pria dengan rambut hitam cepak, rahangnya yang kokoh tampak begitu tampan dan sempurna.
Ada sebatang rokok terjepit di sela jarinya, asap yang tertinggal di mobil membuat keadaan di dalam sana terlihat samar, sulit untuk mengungkapkannya dengan kata-kata.
Pria itu terlihat malas-malasan namun elegan.
An Ge'er sedikit terkejut, dia merasa seperti tersihir oleh perasaan yang tidak bisa dijelaskan.
Tiba-tiba jendela belakang mobil itu turun perlahan, An Ge'er pun dengan cepat menoleh ke arah lain, seolah dia tertangkap basah oleh orang di dalam mobil itu.
Jendela mobil telah diturunkan sepenuhnya, sebuah tangan keluar dan diletakkan di atasnya. Terlihat jari-jari ramping dan panjang bagaikan pahatan giok sedang memegang rokok, sendinya terlihat jelas dan begitu indah hingga sulit untuk dideskripsikan.
Di sisi lain, An Ge'er tidak tahu apa yang harus dia lakukan…
Pria di dalam mobil itu seperti seekor serigala jahat yang sedang memandang kelinci kecil yang kebingungan.
Sampai pada saat pria itu melihat An Ge'er mengulurkan tangannya hendak memanggil taksi, sorot matanya masih terlihat acuh tak acuh, bibir tipisnya terbuka sedikit, "Turun!"
Begitu selesai mengatakannya, Ah Dong yang mengemudi di depan pun segera turun dari mobil.
An Ge'er yang sedang memanggil taksi, sekilas melihat seseorang turun dari mobil. Dia pun reflek menoleh ke arah itu dan mendapati seseorang berjalan ke arahnya…
"Paman?"
An Ge'er melihat pemuda tampan berjas yang berjalan menghampirinya itu, matanya terbuka lebar, dia kemudian bertanya lagi dengan ragu-ragu.
"Paman?"
Ah Dong sejenak tampak bingung, tapi dia langsung bereaksi lagi, "Pamanmu ada di dalam mobil, kami datang untuk menjemputmu."
Meskipun dia tidak tahu siapa 'paman' yang dimaksud An Ge'er, namun perintah bosnya untuk meminta dia naik mobil pasti benar.
Di dalam mobil?
An Ge'er mengarahkan pandangannya ke sosok di dalam mobil itu, dia samar-samar dapat melihat seorang pria yang sedang duduk di sana…
Apa mobil ini benar-benar milik pamannya?
Meskipun An Ge'er sedikit tidak menyangka, dia mengangguk dengan cepat dan mengikutinya ke mobil.
Ah Dong membukakan pintu belakang mobil untuknya, dia meletakkan jari-jarinya di atas kepala An Ge'er dengan lembut karena takut kepalanya akan terbentur. An Ge'er mengucapkan terima kasih dan pintu mobil pun ditutup.
"Anda pasti pamanku… uhuk… uhuk…!"
Sebelum sempat menyelesaikan pertanyaannya, dia mengerutkan kening dan terbatuk-batuk. Dia paling tidak bisa mencium bau asap rokok, walaupun jendela mobil sudah terbuka.
"Tidak nyaman?"
Suara rendah dan dalam itu tidak hanya membuatnya bingung, tapi juga membuatnya merasa sedikit familiar.
An Ge'er masih terbatuk-batuk, ketika dia hendak mengangkat kepalanya untuk melambaikan tangannya dan mengatakan jika dia tidak apa-apa, dia langsung berteriak kaget dan memucat saat melihat orang di depannya!
"Buka pintunya, buka pintunya! Turunkan aku!"
Dia berbalik dengan cepat dan mencoba membuka pintu mobil, tetapi tidak peduli bagaimana dia mendorong atau memukul pintu mobil, pintu itu terkunci dengan kuat.
An Ge'er tidak bisa membuka pintunya, jadi dia segera mengambil tas sekolahnya dengan satu tangan dan melindungi bagian depannya tubuhnya, wajahnya langsung pucat dan waspada saat menatap pria di depannya.
Ya Tuhan! Bagaimana dia bisa bertemu dengannya lagi?
Di mana pamannya yang berusia tiga puluh atau empat puluh tahunan itu?!
Pria di depannya ini terlihat baru berusia dua puluh tahunan, dan lagi dia bukan orang lain, melainkan pria yang tidak sengaja dia tampar di hotel waktu itu.
Ketika melarikan diri, dia menggertakkan giginya dan berkata bahwa dia berharap tidak akan pernah melihat pria ini lagi dalam hidupnya. Tetapi dalam sekejap mata, dalam waktu sebulan lebih, dia tidak hanya muncul kembali, dia sekarang malah duduk di dalam mobilnya!
An Ge'er terlihat sangat panik, seluruh tubuhnya dalam kondisi waspada.
"Apakah orang rumahmu tidak menelepon untuk menyuruhmu pulang?"
Pria itu sedikit mengerutkan alisnya, tiba-tiba dia memalingkan wajahnya untuk menatap An Ge'er lalu bertanya dengan suara ringan.
"A… apa?"
An Ge'er terkejut, matanya pun terbuka lebar. Dia sedikit sulit mempercayai apa yang sedang terjadi, bagaimana dia tahu bahwa keluarganya meneleponnya?
Bo Yan memalingkan wajahnya hendak menyalakan rokok, namun dia teringat bagaimana An Ge'er merasa tidak nyaman dengan asap rokok. Dia pun mengurungkan niatnya dan berkata dengan suara yang datar dan sedikit acuh tak acuh, "Apakah kamu tidak tahu jika pamanmu akan datang menjemputmu?"
Pa… Paman…
"Aku… aku tahu, hanya saja…" An Ge'er tiba-tiba membeku seolah teringat akan sesuatu.
An Ge'er menatapnya dengan hati-hati dari ujung kaki hingga ujung kepala sekali lagi…
Pria ini… tidak mungkin adalah pamannya, kan?
Mata dingin Bo Yan bahkan tidak meliriknya, tapi pria tersebut kemudian mengatakan satu kalimat dengan santai.
"Aku adalah pamanmu."