Rasa sayang kakek kepadanya itu tidaklah palsu, tetapi dia juga tidak ingin membuat kakek berada di posisi yang sulit.
Semua hidangan sudah hampir tersaji di atas meja, tetapi ketika mereka semua telah duduk, An Ge'er baru sadar bahwa An Ruxue telah menduduki tempat duduknya, dia pun tidak memiliki tempat untuk duduk.
…...
Semua orang sibuk berbicara dengan paman dan tidak ada yang memperhatikan An Ge'er, jadi dia pun diam-diam berbalik hendak pergi ke dapur dan tetap menunggu di sana.
"Tunggu."
Tiba-tiba terdengar suara datar laki-laki dari belakangnya.
An Ge'er menghentikan langkahnya sejenak, kemudian dia lanjut berjalan lagi.
"Ini pertama kalinya paman kembali… Lalu kenapa keponakan kecilku ini tidak menunjukkan wajah dan makan bersama?"
Begitu kata-katanya terucap, suasana yang semula hidup pun tiba-tiba menjadi sunyi.
An Ge'er membalikkan badannya dan melihat pamannya itu duduk di kursi dengan malas, meskipun begitu dia masih tampak begitu elegan, jari-jarinya yang ramping sedikit menekuk mengetuk-ngetuk ringan meja, sorot matanya yang tajam penuh dengan makna itu menatapnya lurus.
Wajahnya langsung memucat, dia benar-benar ingin mengumpat kepada pamannya ini di dalam hati. Dia tidak tahu masalah apa yang akan bisa ditimbulkan karena tindakannya, "Aku…"
"Aku apa? Tunggu apa lagi, cepat ambil kursi dan duduk! Dasar tidak paham dengan keadaan sedikit pun!" Neneknya yang keras dan kaku itu mendengus dingin sambil menatapnya tajam.
Bibir An Ge'er tertutup rapat, tidak ingin melihat matanya lagi.
Semua orang tahu bahwa nyonya besar di dalam keluarga ini sangat tegas dan kaku, bahkan kakek yang merupakan seorang komandan tentara terkadang juga bisa dikontrol olehnya, apalagi terhadap generasi yang lebih muda darinya? Apa pun yang berkaitan dengan masalah keluarga, semua harus diputuskan melalui persetujuan darinya.
Selain itu Bo Yan adalah putra keduanya, karena mengalami distosia saat melahirkan, Bo Yan pun diberi marga mengikuti pihak ibu. Kini akhirnya putranya kembali, dia tidak ingin siapa pun membuatnya tidak senang.
An Ruxue yang melihat suasana langsung berubah menegang pun seketika tersenyum manis, "Nenek, lihatlah paman yang baru saja kembali, tidak perlu berkata seperti itu. Adikku masih muda dan belum mengerti banyak hal, jadi jangan salahkan dia."
Dia mengatakan itu seolah-olah untuk membantu An Ge'er berbicara, namun sebenarnya dia bermaksud untuk mengungkapkan bahwa An Ge'er tidak memahami aturan walau dirinya sudah dewasa.
Seperti yang diharapkan, raut wajah nyonya besar itu menjadi semakin buruk.
Ketika selesai mengatakannya, entah apa yang dia pikirkan, dia berdiri dari duduknya dengan malu-malu dan tersenyum canggung, "Bagaimanapun juga ini semua salahku, kursi ini sebenarnya adalah kursi adik. An Ge'er, duduklah di sini, kakak akan mengambil bangku sendiri."
"Tunggu! Xue'er, kamu tetap duduk di sana, ini seharusnya adalah tempatmu, dan kamu akan tetap duduk di sana sampai seterusnya!" Nyonya besar itu berkata sambil mengerutkan alisnya dan menatap An Ge'er, "Masih tidak bergegas mengambil kursi juga?!"
An Ge'er hanya berdiri terdiam di sana, mendengarkan apa yang An Ruxue dan nenek katakan, kedua tangannya sudah mengepal erat, tapi wajahnya masih tenang dan lembut seperti sebelumnya, "Baik."
Setelah dia menemukan kursi dan duduk di tempat yang posisinya sedikit agak ke belakang, dia pun mencoba untuk menjaga agar semuanya tetap tenang dan tidak menarik perhatian mereka.
Tapi dia sepertinya masih bisa merasakan tatapan tersembunyi yang terus tertuju padanya.
Ketika dia mengangkat matanya dan melihat ke depan, tatapan tersembunyi itu tiba-tiba menghilang, namun dia merasa jika arah tatapan itu berasal dari… pamannya!
"Paman, kamu benar-benar fenomenal! Aku mendengar dari mami bahwa kamu menyelesaikan gelar profesor bidang Ekonomi dan Psikologi di MIT di usia tidak sampai dua puluh tahun, lalu mendirikan Grup SUM hanya dalam beberapa tahun. Ya Tuhan, itu perusahaan yang nilainya miliaran yuan, bagaimana kamu bisa mencapainya, Paman?"
An Ruxue berkata dengan wajah yang gembira dan bersemangat, sorot matanya juga menunjukkan tatapan obsesif.