Victor seketika matanya memerah dan tangannya mengepal saat mendengar ucapan Roman.
"Lebih baik anda keluar dari mansionku ini," perintah Victor.
"Hahaha kau mengusirku, Victor. Victor, aku salut akan keberanianmu," kata Roman sambil tertawa mengerikan.
"Harusnya kau bersikap profesional, dan satu lagi ajarkan anakmu itu untuk menjadi pengusaha yang benar," balas Victor ketus.
"Jadi pengusaha yang benar? Saya tidak mungkin bisa seperti itu, bisa-bisa saya hanya memiliki mansion kecil sepertimu," kata Roman mendecakkan lidahnya.
Victor mengepalkan tangannya dan rahangnya mengeras mendengar ejekan Roman padanya.
"Iya saya tahu saya bukan pengusaha hebat sepertimu, saya lebih suka kesederhanaan dan yang terpenting saya tidak suka merebut milik orang lain," balas Victor.
"Saya juga sudah sesak di mansionmu yang kecil ini," kata Roman dengan nada mengejek lalu ia pergi keluar dari pintu diikuti beberapa pengawalnya.
"Saya pulang dulu, sampai ketemu nanti lagi. Suatu hari nanti di pelaminan putraku akan ada calon menantumu di sana," lanjut Roman terkekeh.
"Tidak akan saya biarkan itu semua terjadi," balas Victor ketus.
Roman mengangkat tangannya menyuruh Victor diam lalu dia berlalu meninggalkan kediaman Victor. Roman masuk ke mobilnya yang disetirin oleh Nicholas dan diikuti oleh mobil para pengawalnya dari belakang. Roman di dalam mobil tersenyum kecil melihat pertemuannya dengan Victor setelah sekian lama.
Victor dulunya merupakan teman baik Roman tapi karena adanya cinta segitiga di antara mereka hubungan pertemanan mereka hancur begitu saja tanpa sisa. Ya cinta pertama Victor adalah Reine yang merupakan istri dari Roman. Semuanya sangat berantakan disaat Reine memilih Roman di hadapannya ketika mereka akan segera menikah, Victor sangat terpuruk saat itu tapi untungnya dia bertemu dengan Vina istrinya. Vina yang selalu ada untuknya disaat ia terpuruk dulu, Vina dulu adalah sekretarisnya.
"Victor, Victor, kau memang sama seperti dulu, terlalu bodoh. Aku ingin melihat bagaimana putraku mengambil calon menantumu itu, pasti akan menjadi sangat dramatis," gumam Roman dengan senyum liciknya.
***
Di Mansion Keluarga Bowie, Arga masih mengamuk di dalam kamar.
"Ma, aku ingin Sienna. Kenapa papa malah menyuruhku sekarang pindah ke negeri paman Sam itu?!" teriak Arga frustasi.
"Arga anak Mama, tenanglah, papamu pasti sedang memikirkan cara terbaik untuk anaknya," kata Reine lembut.
Reine mengulurkan tangannya dan memeluk Arga putranya semata wayangnya.
Ma, Arga cuma mau sama Sienna tidak yang lain," kata Arga merajuk.
"Iya, Sayang. Mama berjanji kamu akan bersama Sienna itu tapi kamu tetap bersekolah di Amerika ya," bujuk Reine.
"Baik, Ma, tapi tolong carikan Sienna untukku, aku janji akan segera menyelesaikan pendidikanku di sana dan menggantikan papa memimpin perusahaan," balas Arga mengalah.
Kali ini Arga mengalah dengan egonya karena saat ini dirinya juga membutuhkan papanya untuk mencari keberadaan gadisnya.
***
Roman yang sudah sampai di mansionnya melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Semua para pelayan dan pengawal di rumahnya membungkuk hormat padanya.
"Ke mana istri dan putraku?" tanya Roman pada Ina.
"Masih di dalam kamar, Tuan," jawab Ina dengan hati-hati.
"Oke," balas Roman sambil mengibaskan tangannya.
Roman melangkahkan kakinya ke kamar Arga putranya. Dia sangat mengetahui pasti istrinya berada di kamar putranya.
Cklek
Pintu terbuka. Roman menatap Arga dan istrinya sedang tertawa bersama, entah apa yang dibicarakan mereka. Roman tidak ingin merusak suasana yang ada sekarang. Reine menatap suaminya yang masuk ke dalam kamar putranya.
"Bagaimana? Apa anak kita sudah mengambil keputusan, Reine?" tanya Roman santai.
"Sudah, kami sudah sepakat Arga akan menempuh pendidikannya di Amerika. Ya kan, Arga?" kata Reine memastikan.
"Iya Ma, Pa, aku akan melanjutkan pendidikan ke sana sesuai dengan yang kalian inginkan," balas Arga dengan wajah datarnya.
Reine tersenyum ke arah suaminya dan Roman membalas senyuman istrinya.
"Semuanya sudah disiapkan untuk keberangkatan kamu hari ini, Arga. Papa harap kamu belajar yang benar di sana," kata Roman tegas.
"Iya, Pa," balas Arga.
Reine memanggil pelayan untuk membereskan barang-barang putranya. Tidak lama para pelayan datang dan mulai membereskan semua kekacauan yang terjadi, Arga juga ikut membereskan barangnya karena ia tidak ingin ada yang tertinggal. Sedangkan Reine mengikuti suaminya yang sudah keluar dari kamar putra mereka.
"Papa, tadi kamu ke mana?" tanya Reine mengikuti suaminya dari belakang.
Roman berhenti lalu berbalik dan menatap istrinya.
"Kamu ingin tahu aku ke mana, istriku?" tanya Roman merangkul pinggang Reine erat.
Reine hanya diam melihat wajah suaminya yang tadinya tersenyum menjadi datar.
"Suamiku sayang, ada apa sih? Kok kamu jadi badmood gini?" tanya Reine.
Begitu masuk ke dalam kamar, Roman membuka jasnya dan menaruhnya di kursi lalu dia mendudukan dirinya di kursi. Reine mendudukkan dirimya di tepi ranjang menghadap suaminya.
Sudah lama sekali Reine tidak melihat wajah datar itu semenjak dirinya bersama dengan Roman.
"Kamu ingin tahu siapa yang aku temui tadi, Sayang? Pasti kamu akan terkejut, sudah lama juga kita tidak bertemu dengannya," kata Roman.
"Kamu buat aku penasaran, Pa. Siapa sih yang kamu temui sampai buat kamu badmood begini?" tanya Reine dengan wajah bingungnya.
"Hahaha hidup ini sangat lucu istriku. Kamu mau tahu dulu aku merebut hatimu, sekarang aku akan merebut calon menantu orang lain juga dan hahaha," kata Roman sambil tertawa mengerikan dan terpotong oleh tawanya.
"Papa kalau bicara yang benar, Mama jadi bingung," balas Reine kesal.
"Papa ketemu sama teman lama, Victor. Apa kamu masih mengingatnya?" kata Roman sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Victor," lirih Reine menyebutkan nama itu setelah sekian lama.
Reine sangat mengingat pria itu, cinta pertamanya yang ia tinggalkan demi Roman suaminya sekarang.
"Jangan sebut nama itu dengan bibirmu, Ma, aku tidak suka," perintah Roman tajam.
"Iya, tadi aku nyebut juga gara-gara kamu. Jadi calon menantunya itu Sienna, Pa? aku jadi tidak enak dengannya, Pa," kata Reine lirih.
"Untuk apa dipikirkan, Ma, Victor itu memang lemah dari dulu hobinya mengalah. Aku ingin lihat bagaimana dia mempertahankan calon menantunya dari putraku nanti," balas Roman dengan senyum liciknya.
"Pa, Mama mohon sudahi ini semua. Kita semua sudah memiliki keluarga masing-masing, tolong jangan memancing keributan lagi, Pa," pinta Reine lirih.
"Dunia itu penuh dengan kompetisi, Ma. Kalau dia lama tanggapannya ya direbut orang, jangan membela laki-laki lain Ma," balas Roman tajam.
"aku tidak membelanya, Pa. Aku tahu anak kita tergila-gila pada Sienna Reagan itu tapi kita sebagai orang tua seharusnya mencontohkan yang baik bukan seperti ini," kata Reine.
"Kalau mau mencontohkan yang baik lebih baik aku tidak membantu Arga bukan, dan membiarkan putra kita selalu marah jika tidak mendapatkan apa yang dia mau," balas Roman tersenyum kecil.
Dalam hati Roman bersorak gembira, terkadang putranya itu bisa membuat lemah istrinya ini karena istrinya tidak akan pernah membuat putra mereka kecewa. Kalau bisa mengambil bulan, Reine pasti akan mengambilkannya juga untuk Arga.