Saat lima sore, Bryana dan Dean telah tiba di rumah sakit. Mereka duduk di koridor depan UGD tepatnya di kursi tunggu yang menempel pada dinding yang berwarna cream.
"Sayang, kakimu berdarah," gumam Dean saat menyadari kaki Bryana mengeluarkan darah. Bahkan, istrinya itu tidak memakai alas kaki, rambut berantakan dan mengenakan kemeja miliknya yang sengaja dia pakaian karena pakaian sebelumnya sudah tak layak pakai.
Bryana tidak menanggapi. Dia hanya diam menyandarkan kepalanya pada pundak kanan Dean. Hatinya masih sangat syok, bahkan tubuhnya masih gemetar karena kejadian yang baru saja menimpanya. Wanita itu juga khawatir mengenai keadaan Alex yang masih belum diketahui karena saat ini dokter sedang mengeluarkan peluru yang bersarang dalam perutnya.
"Aku akan meminta dokter lain untuk mengobati kaki mu," ucap Dean hendak beranjak dari kursi namun Bryana mencegah dengan merangkul lengannya.
