Raymond mendekatkan tubuhnya pada Monica, kemudian tangan kanannya merengkuh pinggannya sambil menunduk menatap matanya.
"Raymond, aku ... aku malu berdansa di hadapan orang sebanyak ini," ucap Monica tergagap sambil mendongak menatap Raymond. Entah kenapa rasanya gugup sekali, padahal dia biasa menjadi pusat perhatian orang-orang saat rapat ataupun presentasi mengenai perusahaan.
"Apa yang membuatmu malu, Hem? Kamu sangat cantik tanpa kekurangan apapun. Mereka menatapmu, menatap kita, karena kita adalah pengantin. Jadi buang jauh-jauh rasa malu itu, anggap saja kita hanya berdua di sini." Raymond berbicara sangat lirih, dengan tatapan begitu meyakinkan.
"Tapi .. tapi aku tidak pernah berdansa sebelumnya," ucap Monica masih saja gugup.
"Kamu hanya perlu mengikuti langkahku," seru Raymond sambil memegang tangan Monica hingga meletakkan tangan itu ke pundaknya. "Dan tatap mataku, bayangkan hanya ada aku dan kamu di sini."