Keesokan harinya ....
Saat pagi tepatnya pukul enam, Dean terbangun saat menyadari Bryana buru-buru ke kamar mandi. Dia segera beranjak dari ranjang dan menyusul istrinya itu dengan khawatir.
Setibanya di kamar mandi, Bryana memuntahkan cairan bening hingga Dean datang menghampirinya.
"Sayang." Dean memijat tengkuk leher Bryana dan menatap Bryana dengan khawatir.
Rasa mual yang menerpa tiada tara, membuat Bryana selalu ingin muntah tetapi sudah tidak ada lagi yang dimuntahkan. Dia pun menghela napas dan membasuh wajahnya dengan air, menyibakkan rambutnya.
"Kamu pucat sekali." Dean menatapi Bryana sambil mengambilkan handuk kecil untuk mengusap wajahnya.
"Entah sudah ke berapa kali aku muntah, rasanya lemas sekali," ucap Bryana lesu dengan mata yang sayu. Dia memijat keningnya sendiri dan merasakan pandangannya mulai kabur, tubuh gemetar, kakinya terasa lemas hingga perlahan dia tidak bisa menopang tubuhnya sendiri dan pandangan mulai gelap.