Chereads / UNREQUITED / Chapter 4 - Sendiri

Chapter 4 - Sendiri

Istirahat sekolah siang ini, Kalisha tidak segera ke kantin tempat ia biasa janjian dengan Reva. Ia berjalan melalui ruang komputer yang menjadi penghubung antara kelas XI IPA dengan XI IPS. Kalisha terus berjalan menuju kelas yang berada paling ujung koridor itu, hingga akhirnya berhenti berhenti di depan ruangan bertuliskan XI IPA-1.

Kalisha masuk ke dalam kelas itu. Padahal istirahat sudah berjalan selama 10 menit. Namun, di dalam kelas masih banyak murid yang membuka atau membaca buku pelajaran. Sangat berbeda dengan kelas IPS yang langsung berhamburan keluar kelas saat jam istirahat bahkan, saat guru belum sepenuhnya keluar dari dalam kelas.

"Rivannya ada?" Tanya Kalisha kepada seorang wanita yang duduk di dekat pintu kelas setelah ia berusaha mencari sendiri namun, sosok yang di carinya tidak juga ia temukan.

"Sebentar, ya" Ujar wanita itu lalu mengalihkan pandangannya ke belakang kelas tempat duduk Rivan berada. "Rivan masuk gak?" Tanya wanita itu kepada seorang anak laki-laki yang duduk di sebelah tempat duduk Rivan.

"Ke kantin." Jawab pria itu singkat lalu kembali menekuni buku yang dari tadi di bacanya.

"Duh, Rivannya di kantin." Ujar wanita itu kepada Kalisha yang sebenarnya Kalisha juga mendengar omongan pria tadi.

"Ooh...iya, makasih, ya!" Balas Kalisha tersenyum. "Mm…bisa titip pesan?" Tanya Kalisha lagi. Wanita itu tersenyum. "Nanti kalo Rivan sudah kembali ke kelas, tolong bilangin kalau tadi Kalisha cari dia. Makasih, ya sebelumnya." Lanjut Kalisha lagi. Wanita itu tersenyum mengiyakan. Kalisha pun pergi dari kelas itu. Lalu melanjutkan perjalanannya menuju kantin untuk menemui Reva.

Untuk sampai ke kantin, Kalisha harus melewati lapangan basket terlebih dahulu. Kalisha berjalan melewati lapangan basket yang biasa ramai di penuhi anak-anak yang bermain basket.

'Siapa sih yang lagi main?' Pikir Kalisha. Ia menatap penuh ke arah lapangan yang ramai. Terlihat seorang pria sedang mendrible bola saat itu.

'Anak kelas XII' pikir Kalisha lagi dalam hati saat melihat sosok yang membawa bola itu merupakan kakak kelasnya. 'Terus lawannya?' Pikir Kalisha lagi. Kali ini Kalisha melihat sosok yang lagi-lagi tak asing di matanya.

"Ooh...anak kelas X." Ucap Kalisha datar begitu melihat sosok itu adalah Dill. 'Coba Tami ada di sini...' pikir Kalisha. 'Tapi, mana mungkin Tami mau ke sini!? Pasti dia bakal bilang, 'Itu kan panas! lagian juga..'

"Lho, Tami!!?" Kalisha kaget kala melihat Tami berdiri di sisi lapangan sedang memberikan dukungan kepada Dill CS.

"Eh, Kal!" Tami antusias, ia menghampiri Kalisha. "Dill lagi main!! Kali ini lawannya anak kelas XII!" Tami memberi tahukan kepada Kalisha. Kalisha tersenyum.

"Terus, siapa yang menang?" Tanya Kalisha.

"Belum tau! Kalau dari score, anak kelas X masih ketinggalan 8 poin!"

"Ooh..." Kalisha angguk-angguk. "Eh, Tam, maaf banget aku mau ke kantin nih! Gak enak udah ditungguin Reva. Kamu mau ikut?" Kalisha menawarkan.

"Ng...nggak usah, aku masih mau di sini! Masih mau dukung Dill."

"Ooh...ya sudah, aku ke sana dulu, ya!" Pamit Kalisha.

"Iya, salam buat Reva."

Lalu Kalisha pun terus berjalan ke arah kantin.

Sesampainya di kantin, Kalisha tidak mendapati sosok Reva di tempat janjiannya berada.

'Ke mana tuh anak!?' Bingung Kalisha dalam hati Begitu memasuki pintu kantin dan tidak mendapati sosok Reva. Kalisha akhirnya duduk di salah satu kursi di kantin langganannya berada.

'Memang begitu, ya! Cinta bisa merubah segalanya...' Pikir Kalisha mengingat Tami tadi. 'Bagus deh, sekarang Tami ada kemajuan!' Kalisha tersenyum membayangkannya.

Kalisha bangkit kembali untuk memesan minuman kemudian kembali menunggu Reva datang. Hingga pesanan Kalisha datang Reva tidak juga kunjung tiba.

"Bener-bener deh..." Kalisha tidak habis pikir mengapa Reva tidak juga menemuinya. Atau paling tidak mengabarinya kalau ia tidak bisa datang.

"Sendiri aja, Kal?" tanya sebuah suara tiba-tiba dari belakang. Kalisha pun menoleh.

"Eh, Raihan!" Kalisha kaget kala tau suara itu berasal dari Raihan ketua OSISnya. Raihan tersenyum kemudian duduk di depan Kalisha.

"Gimana, perkembangan acara kita?" Tanya Raihan lembut tersenyum. Kalisha yang disenyumi hanya dapat diam. Wajahnya bersemu juga disenyumi seperti itu.

Raihan yang berasal dari Aceh itu memang mempunyai senyum yang siap menyihir semua orang. Bahkan saat pemilihan ketua OSIS. Selain Karena jiwa kepemimpinan yang dimilikinya, tidak ada kandidat lain yang mempunyai senyum seindah itu, sehingga Raihan hampir menang mutlak.

"Tadi aku sudah ke kelas Rivan, mau membicarakan mengenai pengisi acara tapi, Rivannya lagi gak ada di kelas jadi mungkin baru nanti aku coba hubungi Rivan lagi." Kalisha menjelaskan sambil mengaduk-aduk minumannya.

"Hmm…" Raihan angguk-angguk. "Kalau gitu, aku tunggu kabar secepatnya dari kamu, ya." Lanjut Raihan lagi. Gantian Kalisha yang tersenyum.

"Oia, nanti kalau kamu mau menemui Band Rivan, kalau gak ada temannya, hubungin aku aja! Biar aku temani." Ucap Raihan lagi tiba-tiba.

"Iya." Jawab Kalisha. Lalu keduannya terdiam.

"Eh, sudah mau masuk nih. Ke kelas yuk!" Ajak Raihan tiba-tiba. Kalisha ragu, ia takut Reva datang tiba-tiba. Kalisha melirik jam tangannya.

'Sudah hampir masuk…' Pikir Kalisha 'Gimana, ya?' Kalisha bingung.

"Ayo, bentar lagi masuk lho!" Raihan memperingatkan. Kalisha pun sadar, ia tidak dapat terus-terusan menunggu Reva dikantin. Akhirnya Kalisha tersenyum bangkit menerima ajakan Raihan untuk meninggalkan kantin.

Berjalan di sekolah bersama Raihan membuat Kalisha menjadi pusat perhatian. Banyak pasang mata yang kebanyakan adalah wanita, memperhatikan Raihan dan menatap iri kepada Kalisha. Kalisha tidak tau betapa tenarnya Raihan di sekolah.

"Aku duluan, ya Rai." Pamit Kalisha kala sampai di tangga yang harus dinaikinya.

"Iya." Raihan tersenyum.

"Dah..."

"Eh, Kal!"

"Iya?"

"Eh, nggak jadi deh. Hehehe..."

"Ooh...ya sudah, aku duluan, ya!" lalu Kalisha pun pergi menaiki tangga menuju kelasnya.

"Akh…payah banget sih, Rai!!" Raihan mengomel pada dirinya sendiri kala telah memastikan Kalisha sudah pergi. Ia tidak memperdulikan tatapan asing yang menatapnya.

"Apa susahnya sih tinggal bilang, 'Kamu nanti pulang sama siapa? Bareng aku aja, gimana?' gitu doaaangg!!!" Raihan mengomel pada dirinya sendiri. Rasanya ia kesal sekali dengan dirinya yang pengecut Karena, tidak berani mengajak Kalisha untuk pulang bersamanya.

'Lain kali, lo harus berhasil, Rai!' Ucapnya dalam hati penuh keyakinan lalu pergi menuju kelasnya.

Sementara itu, Kalisha yang sampai di kelasnya langsung dibuat kaget dengan cerita Tami.

"Serius, Tam!?" Ucap Kalisha kaget.

"Iya, aku juga kaget, Kal!" Ucap Tami berseri-seri. "Tiba-tiba dia dateng ke kelas. Aku juga kaget! Awalnya sih dia keliatan bingung tapi, pas dia melihat aku, tiba-tiba dia kasih ini!" Tami menyerahkan secarik kertas kepada Kalisha. Kalisha membuka lipatan kertas itu.

Aku tunggu pulang sekolah di gerbang belakang!

Dill.

"Huwaaa...surat cinta!!" Kaget Kalisha begitu membacanya.

"Bukan, Kal! Dia cuma mengajak aku ketemu." Tami menenangkan.

"Ooh..." Kalisha tersadar.

"Kira-kira apa yang harus aku lakukan, ya Kal?"

"Ya ampun, Tam! Gitu aja pake tanya! Ya kamu harus menemui Dill! Nggak boleh nggak!"

"Tapi, gerbang belakang tuh yang mana?" Tami bertanya kepada Kalisha. Seketika Kalisha tersadar.

'Gerbang belakang...' Ucap Kalisha dalam hati. Ada sedikit rasa tidak rela apabila tempat kenangannya dengan Tian ada yang mendatangi selain Kalisha. Namun, Kalisha tersadar, ini semua untuk Tami, temannya.

"Gerbang belakang ada di samping perpustakaan!" jawab Kalisha tersenyum. "Memang sih rada ketutup tempatnya, tapi kalo kamu lihat ke sisi kiri perpustakaan nanti juga ketemu." Lanjut Kalisha lagi.

"Aku takut, Kal..."

"Lho, kenapa harus takut?"

"Jangan-jangan yang mau diajak bertemu itu bukan aku."

"Mi, Dill kasih kertas itu ke kamu kan!" Tami mengangguk pelan.

"Ya sudah, berarti yang dia cari itu kamu!" Kalisha meyakinkan.

Tiba-tiba guru masuk ke dalam kelas.

"Pokoknya, kamu samperin dia dulu di gerbang belakang biar gak penasaran lagi, okay!" Ucap Kalisha mengakhiri obrolan itu. Dan pelajaran pun di mulai.

Pulang sekolah Kalisha berjalan sendiri melalui gerbang depan sekolah. Ternyata, Reva tidak masuk sekolah dikarenakan terlambat. Kalau di sekolah Kalisha ini di sebut "DP" alias 'dipulangkan'.

"Pantas gue tungguin di kantin gak ada!" Omel Kalisha kala Reva meneleponnya dari rumahnya sepulang sekolah.

"Hehehe...maaf deh..."

"Bukannya kasih kabar biar gue gak nunggu!"

"Iya, maaf ya cinta..."

Dan akhirnya, kini Kalisha harus pulang sendiri.

Gerbang depan sudah mulai terlihat sepi. Kalisha sengaja keluar kelas agak belakangan. Karena, di awal bubar sekolah, gerbang depan akan penuh dengan kendaraan bermotor murid-murid yang penuh sesak. Entah mengapa, Kalisha merasa malas sekali pulang sendirian.

Kalisha berjalan sendiri ke arah depan jalan. Kini ia sedang menunggu agkutan umum untuk pulang ke rumah. Biasanya ia mengobrol seru dengan Reva saat sedang menunggu angkutan umum yang akan mereka naiki. Kalisha melirik jam tangannya.

'Well, udah telat satu jam buat pulang ke rumah' Ucap Kalisha dalam hati. Kalisha masih menunggu angkutan umum yang akan mengangkutnya. Tiba-tiba saja ada yang memanggilnya.

"Sha!" Suara itu berasal dari belakangnya. Kalisha pun menoleh. Terlihat Rivan sedang berlari ke arahnya dari parkiran mobil.

"Rivan?" Ucap Kalisha bingung.

"Aku kira kamu sudah pulang…" ucap Rivan begitu sampai. Nafasnya masih tersengal-sengal.

"Ng…iya, aku sengaja pulang akhir, kenapa?"

"Katanya tadi kamu cari aku, ya?"

"Oh, iya!" Kalisha antusias kala ingat bahwa ia mencari-cari Rivan tadi.

"Maaf, ya! Tadi aku lagi ke ruang guru dipanggil sama wali kelasku. Ada apa?" Rivan berusaha tersenyum di sela-sela nafasnya yang masih memburu.

"Ng...begini..." Kalisha berusaha menyusun kata-katanya. "Kira-kira 3 bulan ke depan Band kamu ada acara gak?"

"Aku gak hafal jadwalnya, memangnya kenapa?"

"Kamu tau kan sekolah kita mau ngadain PENSI!?"

"Iya."

"Panitia mau minta band kamu jadi salah satu pengisi acaranya, gimana?"

"Pengisi acara, ya?" Rivan berfikir.

"Aku sie acaranya, aku disuruh cari pengisi acara PENSI kita dan kebetulan, temen-temen semua setuju Band kamu yang jadi pengisi acara utamanya, itu pun kalau kamu tidak keberatan.." Kalisha menjelaskan. Rivan mendengar kata Kalisha yang menjadi penanggung jawabnya, seketika berbinar-binar.

'Ini kesempatan buat tolong Kalisha! Siapa tau, kita bisa deket lagi!?' Pikir Rivan.

"Oke, aku akan bicarakan ini sama manajerku!"

"Wah, makasih banyak, ya Van!" ucap Kalisha senang. Rivan lebih senang lagi melihat Kalisha seperti itu.

"Mm...kamu pulang sama siapa?" Tanya Rivan lagi.

"Sendiri aja."

"Kalo aku anter kamu pulang, boleh?" Rivan menawarkan takut-takut. Air muka Kalisha seketika berubah.

"Bukannya gak boleh, tapi gak usah aja."

"Kenapa?"

"Nggak kenapa-napa. Aku cuma lagi ingin sendiri aja. Gak apa-apa kan? Mungkin lain kali."

"Ooh...oke, lain kali ya!"

"Iya." Kalisha tersenyum meyakinkan. Tiba-tiba dari kejauhan Kalisha melihat angkutan umum yang ditunggunya datang.

"Aku duluan, ya Van!"

"Oke, aku akan kabari kamu secepatnya." Dan Kalisha pun pergi meninggalkan Rivan yang menunggunya sejak tadi pulang sekolah.

Sesampainya di rumah, dari ujung jalan rumahnya, Kalisha kaget melihat seorang pria berseragam putih-abu mengenakan helm dan jaket sport hitam duduk di atas motor besar di depan rumahnya seperti sedang menunggunya pulang.

'Siapa ya?' Bingung Kalisha dalam hati ketika memperhatikan sosok yang tak dikenalnya itu. Kalisha berjalan perlahan, ia memperhatikan seragam sekolah yang dipakai pria itu. 'SMU PERSADA' tertulis di bet yang berada di saku seragam pria itu yang juga merupakan sekolah Kalisha.

'Eh, satu sekolah!' Kalisha semakin penasaran. Untuk masuk kedalam gerbang rumahnya, ia harus melewati pria itu. Ia jadi takut untuk masuk ke dalam rumah. Kalisha perlahan menghampiri gerbang rumahnya.

Pria itu turun dari motor kala melihat Kalisha telah datang. Kalisha jadi semakin ingin buru-buru masuk ke dalam rumah lalu segera mengunci pintunya dari dalam.

"Kenapa tadi bukan kamu yang datang?" Ucap pria itu dari balik helmnya. Kalisha terdiam. Ia jadi semakin bingung. Kalisha celingak-celinguk merasa tidak yakin kalau pria ini berbicara dengannya.

"Hei, aku bicara sama kamu, Kirana Kalisha Ashadi!" Ucap pria itu lagi. Pria itu pun membuka helmnya.

"Dill!!?" Ucap Kalisha tak percaya.