Chereads / UNREQUITED / Chapter 6 - Maaf Al...

Chapter 6 - Maaf Al...

Malam ini Kalisha berserta Reva main ke apartemen Alvin. Reva senang sekali saat diajak Kalisha untuk pergi karena Alvin dan teman-temannya sedang berkumpul di apartemen. Dengan kata lain, Reva dapat bertemu dengan Kai dan melancarkan aksinya.

Kolam renang apartemen malam itu terlihat cukup indah. Kebetulan yang berada di kolam renang saat ini hanya Kalisha, Reva, Alvin dan kawan-kawan. Meskipun, udara terasa lumayan dingin, Kalisha tetap lincah berenang bolak-balik menyusuri kolam Renang yang berbentuk elips. Rasa penatnya seketika hilang saat ia menceburkan diri ke dalam kolam. Sementara itu Reva sedang membantu Kai menyiapkan makanan yang baru saja di beli oleh Reva, Kai dan Ari untuk makan malam.

Kalisha menatap Alvin yang sedari tadi hanya duduk di kursi santai di tepi kolam sambil mendengarkan musik dan membaca buku.

'Tumben dia gak nyebur?' Bingung Kalisha dalam hati. 'Biasanya dia paling semangat kalau udah berenang.' Kalisha menatap heran ke arah Alvin.

"Shaaa...makan dulu yuk!" Teriak Reva memberitahukan kepada Kalisha bahwa makanan sudah disiapkan.

"Ran, makan dulu!" Panggil Kai. Yang dipanggil hanya diam asik mendengarkan musik sambil membaca buku. Sepertinya tidak mendengar.

Kalisha pun naik serta memakai piyama birunya lalu berjalan menghampiri meja tempat makanan disiapkan.

"Eh, minumannya ketinggalan! Bentar, ya aku ambil dulu!" Ujar Kai kala memeriksa minuman dan tidak menemukannya.

"Gue bantu." Ucap Ari lalu pergi dengan Kai keparkiran untuk mengambil minuman yang tertinggal di mobil. Sementara Visto duduk agak jauh dari mereka sedang menerima telepon dari pacarnya.

"Cieee...tadi ngapain aja sama Kai!?" Ledek Kalisha setengah berbisik kepada Reva. Ia mencomot satu buah french fries dari salah satu fast food terkenal di Jakarta yang tadi dibeli oleh Reva, Kai dan Ari.

"Apaan sih? Orang cuma beli makanan aja kok!" Reva terlihat malu-malu. Kalisha malah semakin senang menggodanya.

"Gak yakin. Hehehe...udah ngobrol apa aja sama Kai?"

"Eh, Sha kalo kita pasangin lilin bagus kali, ya?" Reva berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Gak mempan! Buruan jawab, udah ngobrol apa aja sama Kai?"

"Mana koreknya sih?"

"Vaaaa....tuh, lo mah gitu sih! Gue kan penasaran tau!!"

"Eh, ini dia!" Ucap Reva lalu mengambil sebuah lighter milik Visto, untuk kemudian dinyalakan.

"Va, lo mah gituuu!!" Kalisha mengguncang-guncang tubuh Reva yang hendak menyalakan sebatang lilin merah di tangan kirinya. Tanpa diduga api dari lighter itu mengenai tangan Reva. Reva yang merasa kaget mendorong tubuhnya mundur beberapa langkah untuk menghindari api itu membakar tangannya lebih lanjut. Namun, apa daya. Reva sudah berada di tepi kolam saat itu. Maka, mau tak mau Reva pun tercebur ke dalam kolam.

"REVA!!!" Teriak Kalisha kala melihat sahabatnya tercebur ke dalam kolam. Kalisha teringat akan satu hal yaitu, bahwa Reva tidak dapat berenang.

Alvin yang mendengar teriakan Kalisha kaget melihat Reva berada di dalam kolam sedang berusaha mengambil nafas dan mengapung untuk menyelamatkan dirinya. Namun, kemampuan Reva untuk berenang memang tidak ada sama sekali. Seketika Alvin melepas earphonenya dan terjun ke dalam kolam untuk menyelamatkan Reva. Visto yang melihat kejadian itu segera menutup teleponnya lalu berlari menghampiri Kalisha. Sementara itu Kalisha dan Visto hanya dapat menunggu dari tepi kolam.

Kalisha benar-benar kaget. Tubuhnya menjadi kaku. Ia benar-benar tidak menyangka perbuatannya dapat menyebabkan sahabatnya seperti itu. Kalisha berdoa di dalam hati, karena saat ia melihat Reva sudah tidak lagi timbul di permukaan air.

"Puah!" Alvin akhirnya timbul ke permukaan. Ia menarik tubuh Reva yang sudah lemas Karena banyak meminum air. Kalisha benar-benar merasa takut. Ia merasa sangat bersalah. Visto membantu Alvin mengangkat tubuh Reva ke tepian.

"Va, bangun va!!" Kalisha panik bukan main. Ia benar-benar tidak tau harus berbuat apa. Alvin segera mengambil tindakan cepat. Ia menekan-nekan perut Reva beberapa kali, namun masih juga tidak mendapat reaksi. Alvin membuka mulut Reva, menghirup napas lalu melakukan pernapasan buatan dan kembali menekan-nekan tubuh Reva. Beberapa kali Alvin melakukan hal itu hingga akhirnya, ia mendapat reaksi dari Reva. Kai dan Ari yang baru datang kaget melihat kejadian itu, segera menghampiri mereka. Hampir-hampir minuman yang dibawa mereka jatuh ke lantai.

Reva tersadar dengan batuk-batuk di sertai air yang masih tertinggal di dalam dadanya. Seketika Kalisha langsung memeluk Reva dan menangis menyesal meminta maaf kepada Reva. Reva hanya diam, kesadaranya belum sepenuhnya pulih. Alvin lega begitu melihat Reva sudah sadar. Ia berusaha berdiri hendak duduk di atas kursi pantai yang ada di dekatnya. Entah mengapa, Alvin merasakan hal yang janggal pada tubuhnya. Nafasnya tiba-tiba menjadi sesak, matanya berkunang-kunang dan tiba-tiba saja, kesadarannya hilang. Alvin terjatuh.

Ruang IGD terlihat cukup sibuk. Beberapa orang terlihat cemas di luar ruangan bertuliskan "Instalasi Gawat Darurat". Reva duduk menunggu dengan cemas, Ia sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang Kalisha bawa. Di depannya ada Visto yang juga menunggu tidak kalah cemas. Sementara itu Ari sedari tadi berdiri mondar-mandir di depan pintu. Kalisha yang berdiri paling jauh. Ia lah yang merasa paling bersalah dengan semua ini. Ketakutannya muncul dengan cepat. Kenangan-kenangannya yang dulu kembali muncul. Kalisha memilih untuk berada jauh dari mereka dulu, terlebih kepada Reva yang sejak ia sadar masih tidak mau berbicara dengan Kalisha. Kalisha sadar ini semua adalah kesalahannya.

"Minum ini dulu, Kal. Biar tenang." Ucap Kai yang datang dengan dua buah gelas teh ditangannya. Kalisha pun menerima gelas itu satu. Kai berjalan lagi menghampiri Reva lalu memberikan gelas yang satunya lagi kepada Reva, kemudian kembali menghampiri Kalisha.

Semua masih menunggu dengan cemas. Kalisha hampir tidak dapat meminum tehnya, tubuhnya masih bergetar hebat. Ia benar-benar merasa ketakutan. Kai hanya dapat Merangkul Kalisha berusaha untuk menenangkannya. Tiba-tiba seorang dokter keluar dari ruangan tersebut. Seketika, semuanya bangkit.

"Gimana keadaan teman kami, Dok?" Tanya Ari cepat yang saat itu berada paling dekat dengan pria yang baru keluar itu.

"Sepertinya saudara Alvin terkena shocked karena asmanya sedang kambuh dan berenang dimalam hari." Jawab Dokter itu singkat. Semuanya saling berpandangan.

"Ng…iya, Dok. Dia memang punya asma." Ari mengiyakan. Semua yang berada di sana kecuali Reva, memang mengetahui bahwa Alvin mempunyai asma yang cukup parah apabila sedang kambuh.

"Iya, apa lagi berada di dalam kolam renang dalam cuaca malam seperti ini memperparah keadaannya" Jawab Dokter itu.

"Di-dia menyelamatkan saya yang tenggelam, Dok…" Ujar Reva lirih. Kalisha semakin merasa bersalah mendengarnya. "Tapi, Alvin baik-baik aja kan, Dok!!" Lanjut Reva lagi penuh cemas.

"Iya, untung saja ia segera dibawa ke sini, jadinya ia tertolong. Ia baik-baik saja. Tadi sudah diinhalasi dan saat ini sedang diberikan obat tidur agar dapat beristirahat. Kalian boleh menjenguknya tapi, jangan berisik!" Jawab Dokter itu membuat mereka semua lega lalu pergi.

Mereka semua menghela napas lega. Kalisha bersyukur doanya dikabulkan oleh Tuhan YME. Mereka semua memasuki ruangan itu. Alvin terbaring diam di atas sebuah ranjang. Kalisha terpaku melihat sosok yang terbaring lemah itu.

"Kenapa lo gak bantuin Alvin tadi!? Ucap Ari sedikit menuduh kepada Visto.

"Maksud lo apa?" balas Visto.

"Sadar gak sih sama omongan kalian berdua?" Kai berusaha melerai. "Ini rumah sakit!"

"Kalo lo bantuin Alvin tadi, ini semua gak akan terjadi! Lo tau kan kalau asmanya itu lagi kambuh!" Ari tidak perduli, suaranya sedikit meninggi. Kalisha tersadar, pantas Alvin tidak ikut berenang tadi.

"Dan lo tau kan kalo gue gak bisa berenang!!"

"Udah, STOP!!" Reva melerai, air matanya mulai mengalir. "Bukan Visto yang salah di sini!" Lanjut Reva lagi. Kalisha tersentak mendengar omongan Reva itu. "Kalau kalian masih mau ribut di sini, lebih baik lo semua keluar! Biar Alvin, gue yang jaga!" Lanjut Reva lagi menatap Kalisha tajam. Jelaslah sudah, untuk siapa ucapan itu sebenarnya tertuju. Kalisha merasakan sakit yang teramat di dalam hatinya. Akhirnya, ia memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Kalisha berlari keluar ruangan.

"Sha!" Panggil Kai kemudian turut berlari menyusul Kalisha.

Kalisha berhenti di koridor tak jauh dari situ. Perasaanya benar-benar sakit. Bukan Karena omongan Reva tadi. Ada hal yang membuatnya jadi merasa sesakit itu. Melihat sosok Alvin yang terbaring lemah karena dirinya benar-benar membuat Kalisha tidak berdaya. Rasa bersalah yang melandanya sangat tak tertahankan. Kalau saja ia dapat menggantikan posisi Alvin saat ini. Maka, tanpa perlu menunggu lagi, Kalisha akan menggantikannya.

"Sha?" Panggil Kai pelan dari belakang Kalisha. Kalisha hanya diam. Kai menghampiri Kalisha. Ia memegang pundak Kalisha dari belakang. Kai membelai rambut Kalisha lembut, berharap Kalisha dapat merasa sedikit tenang. Kalisha menatap Kai, seketika air matanya tumpah. Kai mendekap Kalisha pelan. Kalisha benar-benar tidak tau lagi harus berbuat apa. Yang ia bisa hanya menangis. Menangisi rasa penyesalan yang amat menghantuinya.

"Calm down...everything's gonna be alright." Ujar Kai lembut, ia mengusap-usap rambut Kalisha kemudian memeluknya. Kalisha menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Kai. Kai jadi ikut merasakan sakit yang diderita Kalisha. Meskipun tidak sebesar Kalisha, Kai sadar betapa Kalisha merasa bersalah.

"Semua ini semua gara-gara aku, Kai..." Ucap Kalisha disela-sela isak tangisnya. "Alvin begini karna aku!" lanjut Kalisha menyalahkan dirinya.

"Sshhh...jangan bilang begitu...kita semua gak ada yang mau Alvin begini kan?" Kai menenangkan kembali. Dekapannya semakin kuat. Rasanya Kai ingin menggantikan Kalisha merasakan semua sakit itu. Ia benar-benar tidak sanggup melihat wanita yang disayanginya menangis sedih. Apapun akan dilakukannya untuk menenangkan Kalisha.

"Alvin, Kai...Alvin..." Kalisha semakin terisak. Air mata penyesalannya tidak dapat berhenti mengalir, Kalisha tidak sanggup melihat Alvin seperti itu. Ingin sekali ia menggantikan posisi Alvin saat ini. Kai terdiam. Entah mengapa, Kai merasa sedikit iri. Hati kecilnya berkata, Kalisha tidak akan pernah bisa ia miliki. Kai mulai menyadari satu hal.

'Kalisha...' desah Kai pelan dalam hati. 'kamu benar-benar menyayangi Alvin, ya?' Melihat tangis yang dikeluarkan Kalisha, Kai menjadi semakin yakin bahwa perasaan itu sangatlah dalam. Kai tidak dapat berbuat apa-apa, ia mendekap Kalisha lembut. Saat ini, ia hanya ingin dapat berguna bagi Kalisha.

Kalisha masih tidak dapat menghentikan air matanya yang terus mengalir. Kai mengajak Kalisha untuk pergi ke kantin. Kai ingin Kalisha merasa sedikit tenang terlebih dahulu. Kai meminta Kalisha makan karena sejak peristiwa itu, makan malam mereka jadi batal. Kalisha menolak untuk makan. Nafsu makannya sudah hilang. Ia merasa sangat tidak pantas untuk makan dengan keadaan seperti ini.

"Nanti kamu bisa sakit..." Kai memaksa. Terlebih, Kai tau benar seperti apa rasa lapar yang melanda setelah berenang.

"Nggak, Kai! Aku gak nafsu makan." Kalisha tetap menolak. Kai pun menyerah. Kalisha kembali meminum teh hangat yang dipesannya. Ia sudah merasa sedikit tenang.

"Habis ini, aku antar kamu pulang, ya!" Ucap Kai lagi. Kalisha menggeleng.

"Aku mau jaga Alvin sampai dia sadar."

"Tapi, kamu butuh istirahat, Sha..."

"Aku mau jaga Alvin!" Kalisha menegaskan. Kai kembali terdiam. Ia menatap Kalisha dalam. Pikirannya bergerak.

'Kalau aku yang ada dalam posisi Alvin, apa kamu akan seperti ini, Sha?' Tanyanya dalam hati. Kalisha tidak tau apa yang sedang dipikirkan Kai saat ini. Setelah Kalisha merasa lebih tenang, barulah mereka kembali ketempat Alvin tertidur. Di kamar itu hanya ada Reva yang duduk di kursi di samping Alvin berbaring.

Kalisha menatap sosok yang terbaring itu. Lagi-lagi rasa sakit menusuk-nusuk hatinya. Namun, Kalisha berusaha tenang.

"Gue udah selesaikan administrasi Alvin, sebentar lagi dia akan dipindah ke kamar inap no.7." Ucap Visto yang baru datang bersama Ari menginformasikan kepada Kai, Kai mengangguk.

"Sudah malam banget nih, sebaiknya gue anter Kalisha sama Reva pulang dulu!" Ucap Kai kepada Ari dan Visto.

"Ak-"

"Gue mau jaga Alvin di sini!" Reva memotong omongan Kalisha. Kalisha hanya diam. Ia tau tidak akan ada gunanya memaksakan kehendak di sini. Kai, Ari dan Visto saling berpandangan.

"Mendingan lo istirahat dulu di rumah, Va! Besok baru kesini lagi." Ari memberitahukan.

"Nggak! Gue mau di sini!!" Reva tetap bersikeras. Sama sekali ia tidak mau menatap Kalisha. Ari dan Visto lepas tangan.

"Ya sudah, biar di sini kita bertiga yang jaga. Kamu pulang dulu aja, Sha." Ucap Visto menyuruh Kalisha pulang. Kalisha hanya diam. Kai menarik Kalisha untuk keluar dari ruangan itu dan segera pergi sebelum Kalisha berubah pikiran lagi.

Kai mengantar Kalisha pulang ke rumah. Sepanjang jalan Kalisha hanya diam. Kai tidak mengerti harus berbuat apa untuk mengembalikan senyum di wajahnya. Hingga mereka sampai di depan gerbang rumah Kalisha. Kai mematikan mesin mobilnya. Kalisha tidak segera turun. Ia masih merasa enggan untuk pulang ke rumah.

"Kamu kenal Alvin kan, Sha!?" Kai memecah kesunyian diantara mereka tiba-tiba. Kalisha tertegun, ia menatap Kai. Kai balas menatap Kalisha lembut.

"Kamu yang lebih mengenal Alvin, bahkan dibanding aku, Ari ataupun Visto. Alvin gak akan kalah begitu saja sama penyakit macam ini! Kamu yang paling tau akan hal itu." Lanjut Kai lagi memastikan. Kalisha tertunduk. Ia kembali teringat senyum dan tawa Alvin. Lagi-lagi hatinya menjadi sakit. Kalisha takut, setelah kejadian ini Alvin akan membencinya dan Kalisha tidak akan dapat melihat senyum itu lagi.

"Gak akan ada gunanya kalau kamu terus-terusan menyalahkan diri kamu sendiri. Kalau Alvin sadar saat ini, kamu pasti tau apa yang akan dia katakan kalau dia melihat kamu begini! Alvin gak akan terima ngeliat kamu begini." Kai masih berusaha menenangkan Kalisha. Kalisha masih diam, ia kembali teringat. Ia sangat mengenal tabiat Alvin. Kalisha membayangkan kata-kata apa yang akan diucapkan Alvin kalau tau ia seperti ini. Tiba-tiba Kalisha tersenyum geli. Ia membayangkan Alvin yang panik melihat Kalisha menangis seperti saat di puncak dulu semasa mereka kecil. Kala itu keluarga mereka sedang berlibur bersama. Kalisha menangis Karena boneka beruang kesayangannya jatuh ke dalam sungai. Alvin kecil panik tidak tau harus berbuat apa. Ia tidak pintar berkata-kata manis untuk mendiamkan Kalisha.

"Udah dong, jangan nangis lagi! Itu kan cuma boneka beruang!" Pinta Alvin saat itu. Mendengar kata-kata Alvin tangis Kalisha malah semakin keras. Alvin jadi semakin bingung.

"Duh, Alvin harus apa, Sha? Jangan nangis lagi dong..." Pinta Alvin kecil lagi. Kalisha mulai tenang. Alvin senang melihatnya.

"Tapi...itu kan boneka dari Alvin..." Ucap Kalisha di sela isak tangisnya. 'Doooong!!' seperti ada lonceng yang menghantam di kepala Alvin. Alvin terpaku sesaat. 'Kirain karena apa!?' Ucapnya dalam hati. Ia menghela napas lega. Ia jongkok di depan Kalisha yang masih menangis.

"Ya sudah, nanti Alvin beliin lagi, ya." Ucapnya lembut. Tangis Kalisha perlahan mulai berhenti. Alvin tersenyum.

"Dua, ya!" Kalisha menawar saat itu. 'Toweeeennggg' Kali ini seperti ada suara pegas yang memantul-mantul di dalam kepalanya. Alvin sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Kalisha saat itu. Akhirnya Alvin hanya dapat mengangguk dan Kalisha sudah kembali ceria.

Kai lega, akhirnya dapat melihat senyum di wajah manis gadis itu lagi.

"Kamu gak mau kan kalau aku, Ari sama Visto dimarahin Alvin gara-gara ngebiarin kamu nangis." Kai ikut membayangkan. Alvin pasti akan mengejar-ngejar ketiga orang itu untuk meminta pertanggungjawaban atas janjinya untuk menjaga Kalisha selama ia tak ada. Padahal yang membuat Kalisha menangis adalah dirinya sendiri. Kai juga jadi geli sendiri.

"Iya, makasih, ya Kai..." Ujar Kalisha pelan akhirnya. Mendengar kata-kata Kai membuatnya sedikit lebih tenang.

"Sama-sama..." Kai tersenyum lembut. "Sekarang kamu istirahat aja dulu, ya! Besok kalau kamu mau ke rumah sakit, hubungin aku aja, nanti aku jemput." Lanjut Kai lagi. Kalisha hanya terdiam. Kai keluar dari mobil lalu memutar ke sisi seberang kemudian membukakan pintu mobil untuk Kalisha. Kalisha pun turun. Kai mengantar sampai pintu gerbang Kalisha.

"Have a nice dream, sweety... semua akan baik-baik saja… jangan sedih terus, kamu lebih terlihat cantik saat tersenyum." Ujar Kai lembut sesaat sebelum Kalisha masuk ke dalam rumah. Ingin rasanya saat itu Kai mencium kening Kalisha untuk mengucapkan selamat tidur, namun Kai sadar betapa tidak tepatnya saat ini. Kalisha hanya tersenyum mengangguk. Seperti kata Kai, Kalisha berusaha percaya kepada Alvin kalau dia akan baik-baik saja. Kalisha pun masuk ke dalam rumah. setelah melihat Kalisha masuk ke dalam rumah, Kai pergi. Dan hari yang penat itu pun usai.