Chereads / Cinta Sang Malaikat Penjaga / Chapter 31 - DIA MENCARI MATI

Chapter 31 - DIA MENCARI MATI

"Tentu saja kau merasa begitu, bagaimanapun dia adalah pasanganmu." Hope mengedipkan sebelah matanya kepada Kace dan mendekat kepadanya. "Jangan khawatir, aku memiliki banyak sekali ide di dalam kepalaku tentang bagaimana membuat Sterling dan Sophia menghangat kepadamu."

Namun, Kace menurunkan Bree dan mencubit telinga Hope. "Berhenti dengan apapun ide yang ada di dalam kepalamu, sekarang kembali bersamaku dan jangan berkeliaran sesuai dengan kemauanmu." Kace memarahi Hope, sementara pasangannya memekik.

Kedua pasangan itu bertengkar satu sama lain sambil berjalan pergi, namun hal ini hanya membuat Calleb merasa sedih, ia juga ingin bercanda bersama dengan Rosie seperti itu, atau bermesraan seperti Torak dan Raine.

Ketika Calleb sedang merenung, ia merasakan sesuatu yang menarik tangannya dan ketika ia menatap ke bawah, ia melihat seorang gadis yang bernama Bree, sedang menatap ke arahnya.

Mereka sudah bertemu sebelumnya ketika Calleb pergi ke dunia coven utara untuk mencari Kace, tapi selain dari itu, mereka tidak pernah bicara satu sama lain.

"Apa yang kau inginkan?" Calleb bertanya kepada gadis kecil itu. Nada suaranya terdengar sangat lelah.

"Apa kau adalah pasangan Rosie?" Bree bertanya, pagi ini ia mendengar Rosie yang membicarakan tentang pasangannya sepanjang waktu dan hal ini juga membuatnya penasaran.

"Ya, aku adalah pasangannya." Calleb berkata dengan sangat bangga.

Bree tersenyum hingga seluruh giginya terlihat. "Rosie dan aku akan berjalan di taman belakang malam ini, kami akan mengambil beberapa barang dari dapur." Ia berkata, sambil berjalan menjauh. "Hanya kami berdua." Ia menambahkan dan mengedipkan sebelah mata kepada Calleb, melakukan apa yang dilakukan oleh Hope sebelumnya.

***

Ketika matahari hampir terbenam dan berubah menjadi langit senja yang indah, Raine merasa ada seseorang yang menyentuhnya dan ia membuka kedua mata.

Ia melihat Torak yang sedang mencoba untuk mengangkatnya, karena ia tertidur di dalam kamar Lilac.

"Torak," Ia berkata dengan mengantuk, mengusap matanya dan turun dari tempat tidur karena ia sudah melihat Jedrek masuk ke dalam ruangan ini juga dan sedang berbicara dengan Raphael sekarang.

"Ayo kembali ke kamar kita, aku akan meminta seseorang untuk membawakan makan malam kita." Torak berkata dengan lembut, ia membantu Raine untuk turun dari tempat tidur dan berjalan menuju ke arah pintu.

Raine mengangguk dan menguap. Dari ujung matanya, ia melihat Lilac yang masih tertidur dengan pulas. Ia sungguh sudah menjadi lebih baik, tapi masih berada dalam fase pemulihan dari tanda yang ia dapatkan dari Jedrek dan kejaian sebelumnya, maka dari itu ia cenderung tidur lebih lama.

"Ayo pergi." Torak meraih pinggang Raine dan menariknya mendekat kepadanya. Hari ini sangat melelahkan dan ia membutuhkan Raine untuk berada di dekatnya.

Mereka berjalan melewati Jedrek dan Raphael, yang masih sedang berbicara mengenai sesuatu, yang sepertinya sangat penting.

Raine menundukkan kepalanya ke arah Jedrek dengan sopan, karena ia merasa bahwa Jedrek lebih susah untuk didekati, tidak seperti Kace, yang memiliki sifat yang hampir sama seperti Torak.

Jedrek membalas tundukan hormat dari Raine dan kembali fokus kepada Raphael lagi.

"Bagaimana hari ini?" Raine bertanya, memeluk lengan Torak, sementara Torak mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang ketika mereka berjalan di lorong dengan deretan jendela besar yang berada di sisi kanan mereka.

"Seperti biasanya saja." Torak mengangkat kedua bahunya.

"Apa yang akan kau lakukan kepada para centaurus?" Raine bertanya dengan lebih detail, ia tahu bahwa mereka bertiga pergi ke penjara bawah tanah untuk mengurus masalah ini dan ia berharap tidak akan ada hal buruk yang terjadi lagi.

"Jedrek memiliki ide lain mengenai masalah ini." Torak berkata lalu kemudian menghela napas di akhir kalimatnya.

"Apakah dia akan membunuh mereka?" Raine bertanya dengan khawatir. Ia tidak ingin melihat tubuh tak bernyawa lainnya, tapi dalam waktu perang, itu bukanlah sesuatu yang bisa ia hidarkan.

Meskipun Raine terlihat tenang sepanjang waktu, namun ia tidak bisa berhenti untuk memikirkan tentang perang yang akan datang. Ia merasa takut jika ia harus berkata jujur.

Ia takut untuk melihat orang lain mati, namun yang paling penting, ia tidak ingin melihat orang lain yang ia kenal berada di dalam bahaya, terlebih lagi semua orang yang berada dekat dengannya.

"Itu akan tergantung dari mereka sendiri." Torak menjawab, mengusap kepala Raine, ia bisa merasakan ketakutan yang dirasakan oleh pasangannya dan merasa bersalah karena ia harus menghadapi semua ini.

Namun, Torak juga tidak bisa menyingkirkan kenyataan bahwa Chiron telah mengatakan kepada mereka bahwa para iblis telah memiliki darah dari ketiga guardian angel dan sekarang Serefina berada di pihak mereka, dua hal itu sendiri saja sudah menjadi pukulan besar bagi mereka.

Tidak perlu menyebutkan kemungkinan bahwa mereka akan kehilangan para guardian angel dalam perang. Itu sama sekali tidak membantu dengan semua rencana yang sedang mereka coba untuk buat.

"Jedrek menawarkan sesuatu kepada Zarrn dan apakah seluruh centaurus akan menerima hukuman atau tidak, itu akan tergantung dari bagaimana Zarrn bisa meyakinkan seluruh centaurus untuk benar-benar mengabdikan kesetiaan mereka kepada Jedrek." Torak mencoba untuk menjelaskannya kepada Raine.

Raine menjadi lebih terlihat sedih ketika ia mendengar hal itu. "Aku merasa bahwa Jedrek memaksa mereka terlalu keras, maksudku, kesetiaan dan kehormatan adalah sesuatu yang harus kau dapatkan, bukan? Kau tidak bisa memaksakannya." Raine bergumam.

"Itu benar." Torak berkata dengan lembut dan mengecup kening Raine. "Tapi, situasi yang berbeda membutuhkan solusi yang berbeda juga dan terkadang dengan cara memaksa itu dibutuhkan untuk membuat semuanya tetap berada di dalam jalur yang seharusnya."

Raine memeluk lengan Torak dengan lebih erat, ia mencoba untuk mengerti dengan hal itu.

Pada saat itu, Torak menolehkan kepalanya ke arah dimana Calleb akan muncul, berlari dengan cepat menuju ke arah Raine dengan senyuman konyolnya yang terlihat jelas di dalam ekspresi wajahnya.

"Raine!" Calleb memanggil namanya dengan sangat ceria dan dengan melihat senyuman lebar dari Calleb, Raine merasakan dirinya juga ikut tersenyum.

"Ada apa?" Raine menjerit ketika Calleb mengangkatnya dan berputar bersama, sambil memeluknya. Pemandangan ini membuat Torak mengerutkan dahinya.

"Aku bicara kepada Rosie dan nanti aku akan bertemu dengannya di taman belakang!" Ia berkata dengan sangat gembira. Ia membutuhkan seseorang untuk berbagi kebahagiaan yang sedang ia rasakan. "Aku rasa aku harus menyegarkan diriku dan mengganti pakaian terlebih dahulu!"

Raine terkekeh. "Bagus, katakan padaku apa yang terjadi, oke?"

"Tentu!" Calleb berkata dan menurunkan Raine. Sang Gamma terlihat seperti seorang anak kecil yang sedang berbahagia karena baru saja menerima sebuah hadiah. "Sampai bertemu nanti, Raine!" Calleb mengecup pipi Raine dan berlari menjauh.

Raine terlihat sangat terkejut, tapi tidak keberatan sama sekali, namun ketika ia memutar balik tubuhnya, ia melihat Torak dengan ekspresinya yang sudah sangat suram.

"Dia mencari mati." Torak bergumam.