"Hei, apa kau tidak tahu jika ia juga seseorang yang berasal dari kelompok penipu? Kau tidak suka dengan mereka, kan?" Hope mengingatkan Calleb.
Ia sangat ingat saat pertama kali mereka bertemu, Calleb bersikap sedikit lebih kasar kepadanya dan kemudian ia tahu apa yang menjadi masalahnya.
"Benar, kau tidak suka dengan seseorang yang berasal dari kelompok penipu." Kace menimpali dan menatap Gamma itu dengan tatapan menghina.
"Hey, itu tidak benar..." Calleb menggerutu. Suara bicaranya sangat pelan, seakan ia bahkan tidak yakin dengan jawabannya sendiri.
Pada masa lalu, ya, ia memang sangat tidak menyukai orang-orang yang berasal dari kelompok penipu, karena ia kehilangan adiknya karena penyerangan yang mereka lakukan, tapi itu tidak berarti ia akan menolak pasangannya hanya karena hal itu.
Walaupu, ia masih tidak menyukai para penipu seperti biasanya, namun ia merasa baik-baik saja terhadap Hope dan Lana, karena mereka berdua tidak pernah melakukan hal yang membahayakan seperti para pencuri pada umumnya. Terlebih lagi, Lana tidak bisa dikatakan lagi sebagai kelompok penipu karena ia sudah berpasangan dengan Raphael.
Di sisi lain, Hope menyelipkan tangannya di sekitar pinggang Kace dan menatap ke arah Calleb dengan menggoda. "Dia adalah adik kelasku di sekolah saat itu dan kami sangat dekat seperti saudara, apa menurutmu yang akan dia pikirkan jika aku berkata kepadanya bahwa kau tidak suka dengan penipu?"
Dalam seketika kedua mata Calleb dipenuhi dengan ekspresi ngeri. ia mengangkat tangannya dengan sikap menyerah, sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, tidak, tidak!" Ia berkata dengan terburu-buru. "Kenapa kau membuatnya terdengar sangat menyedihkan? Aku tidak membenci mereka."
"Ya, tapi kau tidak suka dengan mereka, lalu apa perbedaannya?" Hope mengangkat bahunya, menikmati ekspresi yang diperlihatkan oleh Calleb dan ia berkeringat sebanyak-banyaknya.
"Raine... tolong aku," Calleb menghadap ke arah Raine dan memohon bantuan darinya.
Namun, Torak meletakkan tangannya di atas bahu Raine dan membawanya pergi menjauh. "Jangan libatkan pasanganku." Ia berkata dengan singkat, sehingga mendapatkan pukulan ringan dari Raine di dadanya. "Mari lihat bagaimana usahanya." Torak membalas dengan melihat tatapan tidak setuju dari Raine.
Raine merenungkannya untuk beberapa saat dan kemudian terkekeh. "Semoga beruntung, Call." Ia berkata dengan sikap ceria.
"Tidak kau juga..." Calleb menghela napas dengan sangat menyedihkan.
***
Lilac terbangun ketika ia merasakan sentuhan di lengannya, leher dan pipi, saat Jedrek mengusap kulitnya dengan lembut. Ketika Lilac membuka matanya, sinar matahari yang cerah masuk melalui jendela dan menerangi ruangan, memaksanya untuk menutup mata kembali.
Lilac mengeluarkan erangan kecil dan kemudian sebuah bayangan jatuh di atasnya.
"Kau sudah bangun."
Suara Jedrek menggema dengan indah di kedua telinganya dan saat ketika Lilac membuka mata lagi, ia melihat wajah pasangannya yang sedang menatap penuh dengan kekhawatiran.
"Selamat pagi." Lilac bergumam dan kekhawatiran di ekspresi wajah sang Raja menghilang seketika dan berganti menjadi sebuah senyuman lembut sambil ia memberikan kecupan kecil di dahi Lilac.
"Selamat pagi." Ia menjawab Lilac. "Bagaimana perasaanmu hari ini? Apa yang kau rasakan?"
Lilac meringkuk mendekat, mencari kehangatan dari tubuh Jedrek dan menutup kedua matanya lagi, hendak kembali tidur. Pagi ini terasa sangat nyaman; matahari yang bersinar cerah di luar jendela dan pasangan yang ada di sampingnya. Itu sangat sempurna dan Lilac tidak ingin hal ini untuk segera berakhir.
Melihat pasangannya bersikap seperti itu, Jedrek terkekeh dengan lembut dan membelai rambut Lilac yang sangat halus. Ia sangat menyukainya, hal ini sekrang menjadi hal favoritnya untuk dilakukan.
"Jangan tidur lagi, kau harus memakan sesuatu." Jedrek berkata.
"Aku sangat mengantuk." Lilac berkata dengan suaranya yang masih mengantuk sambil mendekat di dada Jedrek.
"Kau sudah tidur selama dua hari berturut-turut," Jedrek mengeluh. Ia sudah menahan dua hari yang dipenuhi dengan kegelisahan dan ketakutan akan pikiran bahwa Lilac tidak akan membuka matanya lagi, yang mana ia ketahui bahwa itu hanyalah pikiran yang sangat bodoh.
Kali ini, Torak dan Kace tidak mengganggunya lagi, mereka hanya akan datang beberapa kali untuk membahas tentang sesuatu dan membiarkan para guardian angel lain untuk bersama dengan Lilac, sementara mereka mengobrol, namun setelah itu mereka akan pergi tanpa meminta Jedrek untuk pergi bersama mereka.
Jika mereka memintanya untuk pergi pun, Jedrek pasti tidak akan menyetujuinya, apapun yang akan mereka katakan.
"Kenapa? Apa kau merindukanku?" Lilac bertanya, ia membenamkan wajahnya di dada bidang Jedrek, jadi Jedrek tidak bisa melihat ekspresi macam apa yang Lilac tunjukkan di wajahnya.
Di sisi lain, Jedrek tidak menjawab Lilac dengan segera dan melanjutkan untuk mengusap punggung Lilac, sehingga ia mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Jedrek dengan kedua matanya yang tajam, karena Jedrek tidak menjawabnya.
"Aku akan menjawab jika kau bangun dan makan sekarang." Jedrek mencoba untuk menawar dengan pasangan kecilnya.
"Aku tidak akan bangun dan makan jika kau tidak menjawabnya terlebih dahulu." Lilac membalas.
Dengan mendengar hal itu, Jedrek tertawa hingga Lilac bisa mendengar suara gemuruh dari dadanya. "Bisakah kau setuju saja denganku?"
"Tidak." Lilac menjawab dengan singkat.
"Ya, aku merindukanmu." Jedrek menjawab. "Sekarang bangunlah dan makan sesuatu." Ia bergeser menjauh dan melepaskan tubuhnya dari Lilac. "Aku akan mengambilkan makananmu."
Lilac merasa lebih dari bahagia untuk melihat Jedrek sudah bersikap hangat kepadanya, terlebih lagi dengan cara Jedrek memperlakukannya sekarang sudah seribu kali lebih baik dibandingkan dengan apa yang telah ia lakukan di masa lalu.
Jedrek sekarang, terlihat seperti orang lain sepenuhnya. Ia tidak lagi terlihat terlalu galak dan mudah untuk didekati. Masih sangat jelas di dalam ingatan Lilac tentang bagaimana Jedrek sangat membencinya pada saat pertama kali mereka bertemu.
Apakah itu karena ikatan pasangan yang ada di antara mereka?
Dengan linglung, Lilac menyentuh kulit lehernya yang lembut, yang terasa menusuk ketika ia menyentuh bagian itu. Namun, ia tahu bahwa tanda darinya berada disana.
Sebuah senyuman lembut muncul di bibir Lilac, tapi ketika ia melihat Jedrek kembali, ia ingat dengan apa yang telah terjadi di padang rumput.
Apa yang akan Jedrek lakukan kepada para centaurus itu? Atau, apa yang akan ia lakukan kepada Chiron?
Mungkin saja, ia bisa menanyakan hal itu nanti, sebelum ia membuat keputusan singkat dan menyesalinya nanti.
Namun, ada satu lagi pertanyaan yang membuat Lilac merasa takut untuk menanyakannya, yang mana mengenai Serefina...
Tentu saja Jedrek sudah melihat Serefina berada disana, kan? Tidak mungkin bahwa ia tidak melihatnya, kan? Dan jika begitu, apa yang akan ia lakukan sekarang karena Serefina sudah memihak kepada kelompok para iblis?
Lilac juga tidak ingin mempercayainya, namun ia dengan jelas melihat Serefina sudah mengambil darahnya dan itu berarti kesepakatan yang besar untuk pihak mereka.
Penyihir itu seharusnya tahu apa artinya bagi para iblis untuk memiliki darah dari para guardian angel.