Khaibar tak perduli meskipun dia dibilang matre juga terserah. Hati dan rasa malunya setebal baja, yang penting hanya keselamatan ibunya. Dia hanya tersenyum kecut melihat cacian yang menusuk, ada di mata gadis muda yang bernama Kimberly itu.
Kini Keysa yang bertindak agar anaknya tak mempermalukan dirinya lagi dan bertindak ceroboh. Keysa pun berbisik di telinga Kimberly dengan cepat. "Hey, Kim, kamu jangan macam-macam! Cukup kamu sudah mempermalukan Mama, jangan harap Mama akan membantumu selanjutnya, kalau Papamu tau bisa-bisa kamu digantung dan dicoret dari harta warisan, mau?"
Ancaman Keysa berhasil membuat Kimberly semakin membungkam mulutnya. Kimberly hanya menggeleng dan mengangguk patuh, tapi matanya selalu melirik dan melotot menatapi Khaibar yang bersikap datar dan tak banyak tingkah.
"Baiklah, kalau begitu kalian berbincang-bincang terlebih dahulu, Tante sudah deal dan kita sepakat saling menguntungkan, kalau kamu berkhianat, Tante gak akan segan-segan membunuhmu, ingat itu! Masalah uang nanti kasih nomer rekening ke Kimberly dan langsung saya transfer semua." Keysa pergi meninggalkan Khaibar juga Kimberly yang diam di tempat. Awalnya Kimberly merengek ingin ikut dan pergi karena muak dengan Khaibar, tapi Keysa menatapnya dengan tajam, sehingga Kimberly tak berani berkutik.
Kali ini Khaibar berhadapan dengan Kimberly, tapi dia menunduk dan tak berani menatap Kimberly, karena menurut Khaibar tak ada gunanya juga untuk berbicara, hanya saja dia tak bisa menolak Keysa yang sudah memberi dan menolong kehidupan ibunya. Khaibar memainkan kakinya yang lusuh tanpa alas kaki itu dengan diayunkannya dan menaruh tangannya di belakang. Karung yang berisi rongsokan tak jauh darinya tergeletak lusuh dan sudah penuh terisi botol bekas juga kardus bekas.
Kimberly sesekali melirik rongsokan itu dengan jijik. Tangannya mengusap dan menutupi hidungnya. Sesekali dia menghela nafas panjang. Akhirnya dia yang sudah tak tahan melangsungkan obrolan dengan kesepakatan yang dia buat tanpa bisa diganggu gugat. Merogoh secarik kertas kosong yang ada di dalam tasnya.
Kemudian Kimberly menyodorkan ke arah Khaibar dengan bolpoin berwarna hitam pekat. Khaibar menerimanya dengan dahi yang berkerut karena tak paham dengan maksud Kimberly yang hanya diam membisu.
"Ini maksudnya apa, Mbak?" tanya Khaibar dengan menggoyangkan secarik kertas yang sudah ia pegang tepat di depan wajah Kimberly.
"Tanda tangan cepat! Jangan berlagak bodoh, aku tak ada waktu lagi!" balas Kimberly dengan ketusnya. Khaibar hanya bisa tersenyum pura-pura lalu menandatangani kertas itu dengan cepat dan memberikan kertas itu kembali kepada Kimberly. Tak lupa Kimberly menyodorkan kartu nama yang tertera nomor teleponnya.
Khaibar tak bertanya lagi. Dia menerimanya dan paham apa yng dimaksud dengan kartu nama itu. Dia hanya mengangguk sebagai tanda rasa terima kasih sudah membantunya. Tapi Kimberly tak perdulia dia selalu acuh dan langsung pergi begitu saja tanpa menatap Khaibar lagi.
Khaibar hanya tersenyum melihat keangkuhan gadis cantik itu. Baginya dia sadar dia siapa, tapi apa salahnya mencoba barangkali nanti gadis itu bisa suka sama dia, karena Khaibar rasanya sedikit tertarik kepada gadis cantik itu.
"Dia benar-benar cantik, aku suka gayanya, meskipun aku dan dia bagaikan bumi dan langit, tapi bukan Khaibar namanya kalau tak bisa menaklukkan seorang gadis," celoteh Khaibar dengan percaya diri, karena memang benar para cewek banyak yang mengejar Khaibar, dengan ketampanan yang sungguh luar biasa itu, hanya saja takdir buruk menimpanya, sehingga membuat para gadis sedikit menjauh karena uang di atas segalanya.
Khaibar langsung membalikkan badannya, membungkuk dan meraih karungnya dan pergi dengan senyuman yang mengembang di pipinya. Dia menuju ke tukang pengepul untuk menjual rongsokannya, setelah sudah menunggu antri dan kini gilirannya, akhirnya dia mendapatkan upah atas jerih payahnya.
Dia tersenyum dan menggeleng karena uang yang dibayar hanya berjumlah 20 ribu rupiah saja. Dia tertawa, andai dia tak dapat bantuan dari orang kaya itu bagaimana bisa dia membayar biaya operasi dengan menyicil segitu sedikitnya, sampai kiamat pun gak akan lunas. Dia tertawa menertawakan hidupnya sendiri.
Khaibar lalu teringat ibunya dan bergesa-gesa untuk pulang ke rumah, bersih-bersih dan ganti baju terlebih dahulu, setelah itu dia berniat menuju ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya.
Pada saat dia berjalan dengan lesunya ke arah rumah. Khaibar tak sengaja melihat Kimberly dari kejauhan yang masih ada di dalam mobil bersama mamanya, seperti sedang berdebat. Terlihat mulut mereka yang tiada habisnya berkomat-kamit dan dimonyongkannya.
Khaibar yang sungguh penasaran dia pun mengendap-endap mendekati ke arah mobil itu dengan tanpa bersuara. Dia ingin menguping dan kepo dengan apa yang dibahas oleh anak dan ibu itu. Akhirnya Khaibar bisa mendengarkan dengan baik.
"Ma, kenapa Mama memungut gembel itu sih, cih gak ada bagus-bagusnya, mending cari pegawai gak apa-apa, rendahan juga oke, dari pada pemulung gak jelas masa depannya itu, disamping itu bau lagi, enek aku melihatnya," oceh Kimberly yang tak terima. Membuat Khaibar yang mendengarnya mengelus-elus dadanya. Penghinaan sungguh terlalu, dia tak menyangka akan dihina sedemikian rupa, tapi semua ini tiada bandingannya dengan sayangnya kepada ibunya.
Khaibar pun mendengar lagi. Dia benar-benar ingin tau mengapa dia dipilih bukan orang lain yang layak saja, dia menajamkan telinganya lagi.
"Sudahlah, cukup Kim! Kamu kenapa tak mengerti juga sih, kamu apa tak paham hah Mama ini sangat menyayangimu, banyak pengorbanan Mama buat kamu, dan yang kali ini kamu sungguh kelewatan! Bukankah dulu Mama sudah bilang jangan hubungan sama Koko bajingan itu, nyatanya kamu hamil kan dan Koko meninggalkanmu! Siapa lalu yang mau sama kamu kalau hamil, bahkan pegawai mana mau, Mama mencari seseorang yang paling rendah, dengan begitu dia pasti akan mau dan menurut, paham!" terang Keysa panjang lebar.
Khaibar yang mendengar itu semua hatinya sungguh hancur, teganya dia dipermainkan. Menikahi seseorang hamil di luar nikah. Khaibar pikir Kimberly orang yang bisa menjaga kehormatannya, secara dia sangat cuek dan sombong, tapi nyatanya semua tak seperti apa yang dilihatnya.
"Apa! Jadi mereka memanfaatkanku? Ya sudah kalau itu mau mereka, yang penting uang, mulai sekarang aku akan mengeruk harta mereka, tak perduli apapun itu, nyatanya kita sama, cih gitu sombong sekali dia, awas saja kalau kamu jatuh cinta padaku," seru Khaibar dengan pelan. Takutnya kedua orang itu mendengar ocehan Khaibar.
Dan benar Kimberly yang sedikit mendengar ocehan Khaibar dia berteriak kencang. "Heeeey siapa di sana! Siapa yang mengintip! Beraninya! Keluar kamu!" peluh Khaibar berjatuhan. Dia sungguh gawat karena kepergok, tapi Khaibar tak putus asa, dia tak mau belum apa-apa terbongkar, jadi dia langsung mengendap dan melarikan diri. Hingga Kimberly dan Keysa mencari keberadaannya tak ditemukan.
Khaibar terus berlari. Dia ngos-ngosan dan tertawa saat sudah berada di depan rumahnya.