Chereads / Suami Pungutan Mama / Chapter 51 - Mandi Bersama

Chapter 51 - Mandi Bersama

"Siapa lagi sih ... itu? Mengganggu saja!" omel Kimberly yang masih sibuk mengguyur tubuhnya dengan shower. Tubuhnya masih melekat di tubuh Khaibar dan berpelukan dengannya. Membuatnya merasa tidak nyaman dengan ketukan yang mengganggu itu, tapi meskipun begitu Kimberly masih menikmati sentuhan Khaibar dengan memejamkan matanya.

Ketukan pintu itu semakin lama semakin kencang. Hanya terdengar suara ketukan saja, suara panggilan terdengar samar dan tidak menembus karena kamar Kimberly terbentuk kedap suara. Kimberly yang sudah tak sabar lagi dan merasa geram, kali ini dia berteriak dengan sangat mengotot. "Heeeey siapa siiiih, aku lagi mandiiii! Jangan mengganggu lagi biiiik! Apa bibik tuli hah! Menyebalkan!" Kimberly mengira itu bik Kaifa lagi yang balik karena ada hal penting, ia juga lupa kalau kamarnya itu kedap suara, mana dengar orang yang dari luar, apalagi dia sekarang ada di kamar mandi, jelas semakin tidak jelas suara itu, karena jauhnya antara pintu luar dan kamar mandi.

"Kiiiim, Khaaaai! Kalian di mana?" Khaibar yang sedikit mendengar suara itu sesosok laki-laki tapi samar, ia sedikit mengerjap dan menghentikan aksinya. Sekejap langsung mematikan showernya agar suara itu sedikit terdengar jelas. Sampai-sampai telinganya juga diangkat bersiap mendengarkan.

"Kenapa airnya dimatikan?" tanya Kimberly yang menatapi Khaibar. Khaibar hanya diam dan tak membalas Kimberly. Malah menaruh jari telunjuk di bibirnya. Agar Kimberly diam dan mendengar panggilan dari luar itu.

"Kiiiim, Khaaaai! Kalian di dalam kan? Papa masuk ya? Jangan membuat Papa menunggu lama!" Suara yang akhirnya sedikit terdengar jelas itu membuat kedua sepasang suami istri kelabakan di dalam kamar mandi. Mereka saling melirik dan tersenyum terpaksa. Mereka bisa menebak kalau itu adalah papa Kendrick.

"Apa! Pa—papa? Hehe kalau papa mana aku berani memakinya bisa-bisa aku digantung olehnya, aku kira bik Kaifa tadi, ya sudah kamu cepat ke luar sana! titah Kimberly dengan sedikit mendorong Khaibar. Tapi malah Khaibar masih sempat-sempatnya menarik Kimberly dan menundukkan Kimberly. Ia berusaha untuk menancapkan kembali tongkat saktinya setelah Kimberly mencondongkan bagian belakangnya.

Kimberly hanya patuh, karena ia tahu kalau hasrat yang belum tuntas dan belum puas akan sangat menyakitkan, apalagi kalau air suci terhambat dan belum ke luar, bisa-bisa malah menggumpal dan menjadi penyakit, jadi dia mengizinkan Khaibar menuntaskan semuanya. Saat sudah tuntas ke luar air sucinya dan nafas Khaibar terengah. Kimberly kembali menyuruh Khaibar dengan dorongan keras.

"Ayo cepat! Kamu ke luar, Sayaaaang! Cepaaaat! Nanti papa marah bagaimana? Papa enggak akan berani lancang, beliau jelasnya tahu kalau kita sedang berhubungan, jadi menunggu beberapa menit, tapi kalau kita lama dan papa tak sabaran bisa-bisa ya nyelonong juga," terang Kimberly agar Khaibar tahu. Khaibar hanya berdecih. Yang diucapkan Kimberly itu benar-benar tak masuk akal, bagaimana bisa tak lancang tapi kalau tak sabaran masuk, ya sama saja dengan bik Kaifa kalau begitu, memang benar-benar keluarga yang agak aneh dan sulit untuk ditebak.

Khaibar malah menyalakan showernya. Dia memejamkan matanya dan mengguyur dari puncak kepala. Menggosok lembut seluruh badannya dan memakaikan shampo ke arah rambutnya serta memberikan sabun ke seluruhnya dari puncak kepala sampai ujung kaki.

Kimberly yang merasa diabaikan dan perintahnya tidak terlaksana, ia langsung mematikan showernya dan berkacak pinggang ke arah Khaibar. Akhirnya Khaibar terkekeh dan membalas ucapan Kimberly.

"Kenapa harus aku? Yang dipanggil papa kan kamu duluan? Jadi kamu yang ke luar, Sayang, lagian kamu enggak melihat aku masih kotor begini, belum selesai ini mandinya." Khaibar terus menggosoki tubuhnya. Rasanya tubuh itu sangat lengket dan butuh gosokan lama, memang Khaibar mandinya sangat lama bagaikan seorang wanita, begitu dari dulu, hanya saja kalau waktu terdesak saja mandinya sangat cepat secepat kilat.

"Enak saja! Kamu saja, Khai! Aku kan cewek, mandiku belum tuntas sama sekali, membersihkan rambut panjangku dan lain-lain, dari tadi shower ini kamu kuasai saja." Kimberly menunjuk ke arah shower yang ada di atas Khaibar. Dan memang benar shower itu mengguyur Khaibar saja. Kimberly hanya sesekali mengguyur badannya. Tempat di bawah shower itu penuh dengan tubuh Khaibar yang sangat kekar. Sehingga Kimberly hanya sesekali terciprati air, kalau mau shower penuh baru Kimberly harus menggeser Khaibar agak jauhan dari shower itu terlebih dahulu.

"Pokoknya kamu!"

"Enggak, tapi kamu!" Keduanya terus berdebat dengan saling mendorong kecil hingga saling melotot disertai berkacak pinggang. Akhirnya Kimberly mencari ide. Ia tersenyum saat ide sudah muncul.

"Oke kalau begitu kita suit saja bagaimana? Yang kalah harus ke luar, bagaimanapun caranya, meskipun mandinya belum selesai sekalipun." Khaibar pun mengangguk sepakat. Mereka pun memulai menjulurkan tangannya dengan gemas. Satu kali gagal karena seri, dua kali pun sama seri lagi. Tapi yang ketiga ternyata Khaibar yang kalah.

Kimberly tertawa dan bersorak penuh kemenangan. Kedua tangannya diangkat ke udara dan ia bergoyang pinggul dengan hebohnya.

"Yaaaa aku kalah, kalau begitu aku yang ke luar duluan deh, tapi yakin nih aku yang ke luar dulu? Apa enggak mau diulang suitnya?" bujuk Khaibar dengan wajah yang memelas. Tangannya sudah siap dijulurkan agar Kimberly termakan rayuannya dan mau melakukan suit kembali.

"No, no, noooo. Kamu kalah, Khaiiii! Cepat ke luar! Ayo cepat!" Kimberly menolak. Tangannya dikibaskan dengan kasar ke arah Khaibar supaya Khaibar benar-benar pergi dan tak membatalkan perjanjiannya.

Khaibar pun mengangguk dan kini sudah setuju. Langkahnya berbalik dan menepuk jidatnya karena hampir lupa untuk mengambil handuk, masak mau ke luar menemui papanya dengan tanpa sehelai benang pun, akan tidak lucu kalau seperti itu, dan bahkan bisa-bisa papa mertua akan memotong tongkat saktinya kembali hingga habis.

Khaibar pun mengambil handuk itu lalu memakainya hingga melilit di dadanya. Dada yang penuh dengan otot dan roti sobek itu memukai dan menggoda Kimberly. Kimberly berjalan mendekat ke arah Khaibar dan menyentuh dada itu. Menciumnya hingga lama dan bergantian, dari sisi kiri ke sisi kanan.

"Kim? Mau apa? Kamu mau menggodaku? Aku ini sudah menahan rasaku, kalau kamu seperti ini aku akan kembali ke pelukanmu dan tongkat ku bangkit kembali, apa kamu mau?" Kimberly hanya tersenyum lebar. Tangannya terangkat dan membentuk peace.

Khaibar pun membalikkan badannya dan ke luar tanpa melirik Kimberly lagi, ia takut kalau melihat ke arah Kimberly lagi bisa-bisa tak akan rela untuk meninggalkannya.

Khaibar pun berjalan dan bersiul santai. Ia terjingkat hingga menghentikan langkahnya saat melihat papa Kendrick yang sudah berada di dalam kamar, duduk di shofa seraya membaca koran.

"Astagaaaa, Pa, Papa?"

"Kenapa seperti melihat hantu?" jawab Kendrick tanpa melihat ke arah Khaibar. Koran pun ditaruh dan ia melirik ke arah Khaibar karena penasaran.

"Kamu! Kenapa mandi sangat jorok sekali! Cepat selesaikan kembali! Papa tunggu di sini!" Khaibar yang tak menyadari itu semua dan tadi tergesa-gesa gara-gara Kimberly menyuruhnya cepat-cepat. Langkah kakinya pun diayunkan ke arah cermin. Matanya sedikit melotot melihat pantulan cermin yang menggambarkan dirinya saat ini.

"Apa!"