Kimberly sudah berada di dalam taksi dengan memainkan ponselnya. Tangannya gemetaran, seperti ingin menghubungi Khaibar. Namun, dia tidak mau suaminya itu kenapa-kenapa karenanya, jadinya dia memilih untuk diam saja. Hatinya sungguh galau, membayangkan kisah bersama Khaibar yang tak ada habisnya dalam masalah. Ia yang tak kuasa menahan rasa gundah di hatinya, pun menangis. Tapi tangisan itu tak bersuara hanya air mata membanjiri pipinya saja dan nafas yang memburu cepat. Dia tak mau supir taksi mendengarnya dan bertanya kepadanya. Jadi suara tangisan itu ditahannya.