Beberapa jam kemudian. Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi, usai mandi dan sholat shubuh. Khaibar sudah berada di depan cermin dengan baju muslim yang masih dipakainya, tak lupa dengan peci yang juga masih berada di lingkar kepalanya. Dia memang tampan dari segi memakai baju apapun, tiada duanya bagaikan lukisan yang sangat indah.
Tangannya mengulur ke arah cermin. Mengusap bayangannya dan tersenyum, dia seperti itu mungkin karena tidak jelas dan saking gugupnya. Maka-nya untuk menghilangkan nervousnya, ada saja yang dilakukannya.
Dan pada saat sudah merentangkan tangannya, bersiap untuk memeluk bayangan itu. Khaibar langsung mengurungkannya karena tersentak oleh handle pintu yang tiba-tiba digerakkan dengan kerasnya. Membuat dia menoleh dan terkejut karena yang masuk ada Kanha, adiknya yang resek itu.