Di dalam taksi Kimberly terus menangis, dia benar-benar tak menyangka papanya itu rela menamparnya demi perjodohan dan kekuasaan saja. Padahal sebelum ini Kimberly tidak pernah dibentak oleh siapa pun apalagi ditampar seperti ini, oleh papanya pula jadi dia sungguh tak terima dan memilih untuk kabur, menenangkan pikirannya, karena dia memang anak kesayangan dan terkaya, sudah terbiasa dimanja, tapi sekarang kisahnya sudah berbeda gara-gara Ferdinand itu, jadi rasanya dia sangat terpukul.
"Huh, aku gak boleh cengeng, lebih baik aku matikan teleponku saja! Biar Papa tak akan tau keberadaanku, aku tidak akan pulang pokoknya, aku benciii!" celetuk Kimberly berbicara dengan sangat lirih agar tak terdengar oleh supir taksi. Namun, tangannya juga sibuk mengusap air matanya yang jatuh tanpa diminta dengan sesekali menggerutukkan giginya karena sangat kesal.