UnSeen: Mereka yang Tak Terlihat Hanya Ingin Diperhatikan

caramel_universe
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 5.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

"hey kau! Jangan lari yaaa akan ku tangkap kauu!!" Aku berlari mengejar dia yang sedang menertawakanku ketika kita sedang bermain di taman kala itu. 

Aku memang tebiasa bermain dengan dia, karena dia temanku. Iya, satu-satunya teman yang aku punya. Aku memang tidak mempunyai teman waktu itu, ya mereka bilang sih, aku itu aneh dan selalu bermain sendirian.

Padahal, aku bermain dengan dia. Si gadis berambut coklat lurus nan panjang dan cantik. Dia bilang, dia bernama Mizuki. Kata Mizu, aku ini saudara perempuannya. Entahlah, aku juga tidak tahu Mizu mendapat informasi itu darimana.

Aku dan Mizu sudah berteman selama 11 tahun. Aku bertemu Mizu ketika aku sedang menunggu jemputan bis sekolahku. Aku masih ingat, ketika aku bertemu dengan Mizu. Kala itu, aku melihat Mizu sedang termenung di tangga ruang tamu sekolahku. Aku sedikit terkejut dengan keadaannya. Dia sangat memperihatinkan.

Bajunya lusuh, kulit dan bibirnya pucat, matanya sayu, serta dia tak seperti anak-anak di usiaku dulu. Aku juga masih ingat percakapanku saat bertemu dengannya.

Januari, 2004.

Sore itu, aku sedang menunggu jemputan bisku. Ketika aku sedang duduk sambil memainkan kedua kakiku, secara tidak sengaja aku mendengar seorang anak perempuan menangis. Karena aku penasaran akhirnya aku mendatangi suara tersebut dan aku bertemu dengan gadis yang amat cantikkkk sekali.

"Ya ampunn apa benar dia seorang anak perempuan bukan boneka? Mengapa dia cantik sekaliiii" batinku.

Karena aku kasian dengan dia, akhirnya aku memberanikan diri untuk mengajaknya bicara.

"Hai, namaku Akina Hariri Husein. Kamu bisa panggil aku Kina atau Akina, terserah sih—tapi biasanya aku dipanggil Kina kalo di sekolah, nah kalo dirumah aku biasa dipanggil Nana. Nama kamu siapa?" Cerocosku.

Dengan takut-takut dia menjawab pertanyaanku.

"H-halo, n-namaku Mizu-uki Miki I-isamu. K-kamu bisa memanggilku-u Izu a-atau Mizu" Ia pun tersenyum kecil.

"Haiii Mizu, senang bertemu denganmu. Kamu kenapa disini? Kamu tidak takut sendirian? Dimana orang tuamu? Apa mereka belum menjemputmu sehingga kamu menangis disini?" kataku waktu itu.

" Aku disini sedang menunggu ibuku, ayahku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Aku tidak takut karena sekarangkan ada dirimu." Katanya sambil tersenyum manis. 

" Baiklah Mizu aku akan menemanimu, aku juga sedang menunggu jemputan sekolahku. Mungkin tak lama lagi bis itu akan datang. Oh iya, ibumu naik apa?" Kataku.

"Sepertinya, naik taksi. Aku tidak tahu." Katanya bingung.

Kemudian aku melanjutkan perbincangan ringan dengannya, sampai tak terasa bisku sudah datang. Aku pun meminta maaf karena aku tak dapat menemaninya lagi.

Kemudian ia pun berkata "Iya, tidak apa. Kamu hati-hati dijalan ya, adik kecil. Karena mulai sekarang kita adalah sepasang saudara yang tak terpisahkan" katanya sambil tersenyum manis .

Mendengar hal itu, aku mengerenyit bingung. Maksudnya apa? Kenapa dia berkata seperti itu?

Dengan mengacuhkan perkataannya, aku segera duduk di kursi bis sambil melambaikan tangan ke arahnya.

Itulah awal mulaku bertemu dengan Mizu. Sampai sekarang, kita tak dapat dipisahkan, karena perkataan Mizu hari itu. Walaupun orang sekitar memandangku aneh karena berbicara sendiri, tapi tak mengapa, asalkan ada Mizu aku tetap bahagia.

Ah yaa, contohnya seperti sekarang, aku sedang bermain kejar-kejaran dengannya, dan aku tak dapat menangkapnya.

"Hahahahah dasar gadis payah! Masa segitu aja kamu ga kuat ngejar aku. Hahahaha, payah kamu Kina." Dia terbahak-bahak menertawakanku.

" Heyyyy!! Enak saja, aku bisa ya menangkapmu tapi aku butuh istirahat dulu tahu. Karena aku sudah lari-larian sejak tadi dan sekarang matahari tepat diatas kepalaku, gimana aku gak capek coba. Huhh!" Kataku dengan tersungut-sungut karena kesal dan lelah.

"Hahahaha, maafkan aku adik kecil. Baiklah sekarang kita istirahat dulu ya, lagipula aku juga capek karena aku gak tertangkap oleh mu terus, hahahah." Katanya, sambil menjulurkan lidah ke arahku. Walaupun aku kesal dengannya, aku tetap tertawa melihatnya. 

Namun, tawaku berubah ketika diriku mulai menyadari segala keanehan yang ada. Terbongkarnya rahasia Mizu satu persatu ketika aku mengalami insiden kecil dengan salah satu taruna di SMA tempatku menuntut ilmu secara tak sengaja.

"Hai, perkenalkan namaku Akina Lentera Hariri atau kalian bisa panggil aku Kina. Namaku indah tidak? Indah dongg. Iya, aku ada keterunan Jepang dari nenek buyutku. Makanya, namaku ada campuran Jepangnya. Kata ibuku, arti namaku itu sangat indah. Akina artinya bunga musim semi, Lentera? Iya, penerang yang menghangatkan dan Hariri berarti sutra. Indah bukan? Makanya aku sangat menyukai namaku.

Aku lahir dari keluarga yang sederhana dan aku mempunyai seorang adik lelaki bernama Andromeda Akeno Husein. Aku tidak kembar, tapi entah kenapa nama Jepang kita hampir sama.

Entahlah hanya orang tuaku yang tahu. Cerita ini baru dimulai, kamu tak perlu takut. Karena apa yang tak kasat mata, tidak semuanya buruk.