Chereads / Sang Kelabu / Chapter 1 - Awal

Sang Kelabu

🇮🇩Nover
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Awal

"Mbak sudah kubilang berapa kali kalau menjemput ku ke sekolah jangan gunakan mobil gang".

Seorang pemuda tengah memprotes mbaknya dengan nada rendah di depan gerbang sekolah karena adanya sebuah limousine, tapi perempuan yang lebih tua itu membalasnya dengan senyuman.

"Sudahlah..., sesekali tidak masalahkan, ayo cepat masuk Bima awannya sudah mendung loh".

Bima pun menyerah dan menuruti omongan mbaknya, dalam perjalanan Bima terus mengecek smartphone nya.

"Dari tadi melihat smartphone terus, apa kegiatan sekolah sepadat itu?" tanya mbaknya.

"ya... sudah tidak mengherankan Nona, sebagai ketua OSIS tuan muda pasti menjadi orang yang penting di sekolah" kata supirnya.

Mereka pun tertawa di dalam mobil kecuali Bima, nampaknya Bima tidak memperdulikan mereka.

Bima merupakan ketua OSIS di sekolahnya, dia merupakan siswa teladan dan di banggakan oleh para guru, tapi dia memiliki sebuah rahasia.

Dia merupakan keturunan dari pemimpin sebuah Gangster yang terkenal keluarganya sudah menjadi pemimpin dari generasi ke generasi, saat ini mbaknya Bima yang bernama Rika menjadi pimpinan Gang tersebut.

Para Gangster bersifat bayang-bayang dan tersembunyi jadi identitas soal siapakah anggotanya atau siapakah pemimpinnya hanya orang-orang tertentu yang tau.

Walaupun Bima merupakan adik dari Rika tapi Bima tidak ingin menjadi pemimpin Gangster selanjutnya, menurut Bima dunia para Gangster tidak menguntungkan dan hanya membawa petaka.

Sesampainya di rumah Bima langsung masuk menuju kamarnya dan menguncinya seolah-olah dia mengisolasi dirinya dari lingkungannya.

"Sepertinya Tuan muda memang benar-benar tidak ingin menjadi penerus" kata supir.

"Biarkan saja dia Bas, selama dia bahagia itu sudah lebih dari cukup" kata Rika dengan senyuman di wajahnya.

Keesokan harinya di teras kediaman Bima , dia sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, dia melihat ke halaman rumahnya dan menyadari sesuatu.

"Baron, Mbak ku pergi kemana ?" tanya Bima

seorang pria berbadan tegak dengan berpakaian jas hitam sedang berdiri di dekat mobil yang akan Bima gunakan.

"Nona sedang ada urusan Tuan muda , tapi saya tidak tau kemana tujuannya" jawab Baron.

Bima masuk ke dalam mobil dan mobil pun berangkat, sesampainya di depan gerbang sekolah Bima langsung di sapa oleh seorang siswi berambut hitam dan berkacamata.

"selamat pagi Bima" sapa siswi itu.

"Oh selamat pagi juga Wulan" balas Bima.

"Hari ini teman-teman dari club sepak bola ingin mengadakan negosiasi soal anggaran, apakah bisa di lakukan hari ini?" tanya Wulan.

"Club sepak bola ya..., mereka benar-benar keras kepala soal anggaran" kata Bima sambil mengeluh.

"hahahah.., semangat ya.. pak ketua OSIS" kata Wulan sambil menyemangati.

"Siap bu wakil" balas Bima.

mereka pun tertawa bersama sebuah suasana yang jauh berbeda ketika Bima sedang berada di rumah, bagi Bima kehidupannya di sekolah lebih berarti dari pada menjadi seorang pemimpin Gangster.

Di sebuah kelas yang hening para murid sedang mengerjakan soal termasuk juga Bima, karena soalnya terlalu mudah baginya dia selesai lebih dulu dari yang lain.

"wah kamu hebat seperti biasanya Bima" puji gurunya

Bima membalas pujian itu dengan senyuman , para murid lain pun terkagum melihat Bima dengan mudahnya menyelesaikan soal sesulit itu.

Setelah mengumpulkan lembar jawabannya Bima kembali ke tempat duduknya, Bima menyadari bahwa smartphonenya telah di telfon sebanyak 34 kali tapi tidak terangkat, Bima merasa ada yang aneh dan meminta ijin kepada guru untuk menggunakan Smartphonenya.

Dia keluar dari kelasnya dan menelfon balik nomor itu , seketika Bima mendengar suara Bas yang sedang panik.

"TUAN MUDA , TUAN MUDA....!!!" teriak Bas.

mendengar Bas yang panik membuat Bima menjadi bertanya-tanya apa yang terjadi.

"Tuan muda , Nona Rika sekarang sedang koma di rumah sakit"kata Bas.

Jantung Bima serasa berhenti berdetak matanya melebar menggambarkan betapa terkejutnya dia, Bima berlari dengan kencang sambil menanyakan lokasi rumah sakitnya, sesampainya di gerbang dia melihat Baron sudah menunggunya dan mereka berangkat menuju rumah sakit.