Chereads / Sang Kelabu / Chapter 2 - Lahirnya Tekad

Chapter 2 - Lahirnya Tekad

Bima berlari masuk ke dalam rumah sakit di susul dengan Baron , dia menanyakan dimana kamar Rika di rawat kepada suster penjaga dan posisinya berada di lantai 4.

Bima segera menuju lift, tapi lift masih di gunakan karena perasaan Bima yang saat ini tidak karuan membuatnya nekat berlari menaiki tangga sampai lantai 4.

Langkah demi langkah dia ambil sesekali dia di peringati orang-orang untuk tidak berlari di rumah sakit tapi itu semua seolah-olah bagaikan angin lewat baginya.

Hingga akhirnya dia berhenti di hadapan sebuah pintu kamar bernomor 112, Bima membuka pintunya dan dia melihat pemandangan yang sungguh menyakitkan.

Tubuh mbaknya terbaring dalam keadaan lemas , hampir seluruh tubuhnya di tutupi perban, di celah-celah perban itu terlihat luka memar dan melepuh, di samping mbaknya ada tiga orang yang berdiri melihat ke arah Bima , salah satu di antara mereka adalah Bas.

Bas yang melihat kedatangan Bima langsung berlutut dan meminta maaf.

"MAAFKAN SAYA..., MAAFKAN SAYA TUAN MUDA..." kata Bas sambil menangis.

Tapi tangisan Bas tidak di hiraukan oleh Bima , tatapan matanya kosong memandangi tubuh Mbaknya seolah-olah dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Baron yang menyadari terpukulnya Bima mengisyaratkan ketiga orang yang ada di ruangan itu untuk keluar dan mereka meninggalkan Bima sendirian dengan Mbaknya.

"Aku pertama kalinya melihat ekspresi wajah tuan muda seperti itu" kata orang yang memakai pakaian batik.

"Nona adalah satu-satunya keluarga Tuan muda yang tersisa Joko , tentu Tuan muda akan sangat terpukul" kata Baron

"Ya.., kau benar , jadi.., apa yang sebenarnya terjadi? , bagaimana bisa Nona sampai terluka separah ini?" tanya Joko dengan herannya.

Bas menghapus air matanya dan ingin bercerita tapi di hentikan oleh seorang wanita yang ada di sampingnya , seorang wanita berpakaian celana jeans panjang memakai tank top dan jaket kulit hitam.

"Biar aku yang bercerita , kau sudah cukup mendapat tekanan yang berat hari ini, beristirahatlah dan tenangkan dirimu, soal Nona biar kami yang menjaganya" kata wanita itu.

Bas pun mengiyakannya dan pergi keluar untuk menghilangkan penat.

"oh iya benar juga , saat aku sampai tadi , Rin sudah ada di sini terlebih dahulu" kata joko.

"aku bahkan yang membawa Nona ke rumah sakit ini bersama Bas, saat kejadian berlangsung aku ada di dekat tempat itu"kata Rin.

"Kalau begitu ceritakan apa yang terjadi.!" kata Bima sambil menutup pintu.

Bima yang awalnya terpukul kini memasang wajah yang serius , sorot matanya menajam fokus ke arah Rin , tapi Rin terdiam.

"Kenapa kau diam Rin ? , cepat katakan" kata Bima dengan tegas.

Rin tetap tidak mau bicara , sebagai salah satu anggota gangster keluarga Bima Rin menahan rasa takut di dadanya , Rin hanya bisa terdiam dan menunduk tidak berani menatap ke arah Bima.

Bima yang merasa di hiraukan berusaha mendekati Rin tapi di hadang oleh Baron.

"Apa maksud mu Baron?" kata Bima dengan tatapan tajam.

"Tuan muda ,Rin biasanya tidak seperti ini , dia pasti memiliki alasan mengapa dia tidak mau menceritakannya ,untuk saat ini saya mohon ayo kembali ke rumah bersama saya dan kita serahkan masalah Nona ini kepada para anggota" kata Baron dengan memohon.

Mendengar perkataan Baron membuat emosi Bima meluap-luap dia pun menggenggam kerah baju Baron dengan kuat ,Joko dan Rin yang melihat itu langsung terkejut ,Joko berusaha melerai mereka dan Rin gemetar dan mulai menangis.

"To-tolong tenanglah Tuan muda" kata Joko sambil melerai mereka.

"TENANG KAU BILANG...?!?!?! ,APA KAU BUTA HAH....!?!? ,APA KALIAN BUTA....!?!?! , LUKA SEMACAM ITU JELAS-JELAS MENUNJUKKAN INI PERBUATAN SESEORANG ,TIDAK MUNGKIN LUKA SEMACAM ITU TERJADI KARENA KECELAKAAN"kata Bima dengan kerasnya.

Bima melempar Joko dan Baron dengan kedua tangannya sampai mereka terjatuh.

"Di saat..., aku tau bahwa orang yang ku sayang.. dicelakai oleh orang lain..., kau meminta ku untuk tenang"Kata Bima dengan nada sedih.

Baron dan yang lain hanya bisa terdiam dan tidak berani membalas perkataan Bima ,terlihat mata Bima berkaca-kaca tangannya mengepal sampai berdarah ,dia memang tidak menyukai gangster tapi dia tetap menyayangi keluarganya rasa sakit yang dia rasakan begitu besar hingga dia tidak bisa mengendalikan emosinya.

Bima pun berjalan menjauh dari mereka.

"Tuan muda ,tunggu..., tolong tenangkan diri anda" kata Baron.

"Benar Tuan muda ,saat ini keadaan sedang bahaya ,dan Nona masih tak sadarkan diri ,di saat-saat seperti ini Tuan muda lah yang menjadi pemimpin kami ,jika sampai Tuan muda celaka.." kata Joko.

"Pemimpin?" kata Bima memotong perkataan Joko.

"oh benar..., sekarang aku pemimpin ya..." kata Bima sambil bertingkah aneh.

Melihat reaksi Bima yang aneh membuat mereka bertiga heran ,tidak seperti biasanya Bima bertingkah seperti ini.

"Tenang saja Rin ,aku tidak akan memaksamu jika memang kau tidak ingin bercerita apa boleh buat ,sebagai gantinya sampaikan pesan ku pada seluruh anggota Gang ,untuk tidak menghalangi jalan ku mencari orang yang mencelakai mbak ku ,siapapun yang berani menghalangi ku maka dia adalah musuhku" kata Bima dengan tegas.

Bima melanjutkan langkah kakinya ,Baron berlari mendekati Bima untuk menghentikannya dan saat Baron hampir menyentuh pundak Bima ,Bima memberikan tatapan yang mengintimidasi seketika Baron pun terhenti dan membiarkan Bima terus berjalan.