Chereads / Cinta Di langit Seoul / Chapter 3 - chapter 3

Chapter 3 - chapter 3

Tangan Hyun shik yang sedang bergerak membuka pintu mobilnya terhenti di udara, saat ponsel yang berada di saku celananya bergetar menandakan panggilan masuk.

Dia berdecak pelan dan mengalihkan gerakannya untuk mengambil ponsel tersebut. Pria itu sedikit mengernyitkan dahinya ketika saat mengetahui bahwa ibunyalah yang menghubungi.

Ibunya yang nyaris bisa di bilang tidak pernah menelponnya sama sekali. Jadi sepertinya ada sesuatu yang penting sampai - sampai ibunya melakukannya sekarang.

"ya, bu? ada apa?"

"Hyun shik~a!!!"

Kerutan di dahinya Hyun shik semakin bertambah saat ia mendengar nada riang suara ibunya di telpon. Ibunya itu seperti nuna nya, yang sudah jelas memiliki ke pribadian aneh dan tidak dapat di prediksi.

Hyun shik bersandar di pintu mobilnya, mendadak firasat tidak enak melingkupinya. Bukan pertanda baik jika ibunya menelponnya seperti ini dan menyerukan namanya dengan nada mencurigakan seperti itu.

"Kau masih di kampus?"

"Ya, tapi aku sudah mau pulang."

Jawab Hyun shik dengan kewaspadaan yang meningkat.

"Bagus! Mampirlah ke fakultas Hyuna sebentar dan jemput dia. ini juga sudah jadwalnya pulang kuliah. Ibu secara khusus meminta jadwal kuliah Hyuna pada ibunya, nanti akan ibu berikan padamu, jadi kau bisa mengetahui setiap jadwal kuliahnya dan menyesuaikan dengan jadwalmu."

"Apa gunanya aku mengetahui jadwal kuliah nya?"

Sambar Hyun Shik cepat.

"supaya kau bisa mengantarnya dan menjemputnya setiap hari."

"Demi tuhan, ibu!!! aku ini aku ini bukan supir pribadinya!

memangnya gadis itu siapa sampai aku harus mengantar jemputnya setiap hari?"

Teriak pria itu gusar, tidak memperdulikan tatapan ingin tahu dari para mahasiswa yang berlalu-lalang di area lapangan parkir tersebut.

"Tapi dia kan gadis yang akan kau hamili, masa kau membiarkannya begitu saja, berkeliaran sendirian?"

"SIAPA YANG AKAN MAU MEMILIKI ANAK DARINYA, HAH?"

Terdengar gumaman kasak kusuk dari orang-orang yang ada disekelilingnya, membuat Hyun shik tersadar bahwa apa yang baru saja diucapkannya bisa di anggap sebagai pernyataan negatif.

Aish, sial!

"Ya, sudahlah. aku akan menjemputnya."

~~~~

Di sisi lain Hyuna sedang mengetuk ngetukan pensil mekanik yang ada di tangannya ke atas buku notesnya yang terbuka lebar, kosong melompong tanpa sedikitpun catatan di atasnya.

Dia sedang memandang bosan ke arah dosen yang berdiri di depan kelasnya, sibuk berceloteh tentang sesuatu yang terdengar seperti rentetan sejarah membosankan yang nyaris membuatnya jatuh tertidur saat kuliah baru berlangsung sepuluh menit.

Gadis itu menggeliat dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi saat dosen tersebut berdiri membelakanginya.

"Saya rasa kelas hari ini sampai disini dulu. Kita lanjutkan minggu depan. Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya."

Hyuna bersenandung pelan dan menyimpan notesnya asal ke dalam tasnya yang kemudian di sampirkannya ke bahun, sedangkan sebuah PSP sudah berada di tangannya, benda yang di tatapnya dengan berseri-seri seolah sedang bertemu dengan kekasinya yang sudah tidak dilihatnya bertahun-tahun.

Dia terus melangkah sambil bergumam pelan saat tangannya sibuk menekan tombol dengan gerakan super cepat untuk mengalahkan lawannya.

BRUK!!!

Gadis itu merasakan tubuhnya menghantam sesuatu yang cukup kokoh, membuatnya yang tidak waspada Kehilangan keseimbangannya. Tapi seseorang mencekal sikunya, menahannya agar ia tidak terjatuh.

"Perhatikan jalanmu, bodoh!" ucap pria di depannya dengan nada ketus, pria yang sudah di tabraknya sekaligus pria yang menahan tubuhnya.

Gadis itu melongo sesaat sebelum merenggut kesal dan menatap pria itu jam.

"Sedang apa kau di sini? Kau bukannya mahasiswa di fakultas ini, kan?" tanya Hyuna, mendadak menyadari alasan para gadis yang bergerombol di belakangnya itu bergumam-gumam histeris.

Oh, dia tidak terlalu tolol untuk urusan yang satu ini. Bukan karena dia dengan terpaksa mengakui bahwa ketampanan pria itu memang terlalu mencegangkan sampai menyakitkan mata, tapi karena spesies gadis di sekitarnya sering membicarakan topik yang tidak jauh-jauh dari betapa tampan dan mempesonanya Hyun shik. 

"Kau memblokir jalan," ujar Hyun Shik, tidak menjawab pertanyaan nya sama sekali.

"Cih, bisa bisanya kau menimpakan kesalahan kepadaku. Memangnya kau pikir para gadis itu sedang menikmati kecantikan ku?"

Hyun shik menarik pergelangan tangan gadis itu menjauh dari kerumunan, berjalan ke arah lapangan parkir di bagian kiri gedung.

"Aku tidak tahu ibuku mendapatkan pemikiran bodoh dari mana, tapi dia dengan seenaknya memerintahku untuk mengantar jemput dirimu. setiap hari," ucap Hyuna penuh penekanan terhadap dua kata terakhir yang diucapkannya.

Hyuna tersenyum lebar dan menatap pria itu lekat-lekat, tidak tahu dampak senyuman dan tatapannya itu terhadap pria di depannya.

Tidak tahu bahwa Hyun Shik baru saja berusaha tenaga untuk mengendalikan ekspresi wajahnya agar tidak melongo melihat wajah berseri - seri gadis itu.

"Jadi kau bener bener akan menjemput dan mengantarku setiap hari begitu? Menjadi supir pribadiku?"

"Aku tidak suka pemilihan kata yang kau gunakan," sergah Hyun shik.

"Hanya keluargaku berada di pihakmu, bukan berarti kau merasa bisa seenaknya terhadapku."

"Kau tidak tahu bahwa kau berusaja memberikan kebahagiaan tak terhingga untukku?" tanya gadis itu, tidak terpengaruh sedikitpun terhadap sikap ketus pria di sampingnya.

"Coba kau banyangkan, ibu memotong uang sakuku karena aku menghabiskannya untuk membeli kaset game dan komik. Jadi aku harus menabung sekuat tenaga agar bisa membeli kaset game dan komik terbaru.

Hyun shik ternganga mendengar ocehan gadis itu.

Hyun shik menggelengkan kepala dan membuka pintu mobilnya, masuk ke dalam tanpa berkata apa-apa lagi pada gadis yang ternyata lebih mengerikan dari pada kakak nya itu.

Hyuna menjatuhkan tubuhnya ke kursi penumpang dan menatap pria itu penuh minat.

"Kau tidak mau menambah satu kebaikan lagi?"

Sialan, penawaran macam apa lagi yang akan gadis itu tawarkan kepadanya kali ini?

"Mentraktir ku setiap makan siang mungkin?" ucap gadis itu sambil tersenyum tanpa dosanya.

"Apa?"