Xiao Tianyou juga merasa kebingungan. Jika Tetua Dam tidak begitu yakin, maka Xiao Tianyou sangat yakin bawa Senja sangat baik-baik saja sebelumnya. Ia telah sampai lebih dulu dibadingkan mereka, dan ia melihat Ye Xiu tidak melakukan apapun yang membahayakan kepada gadis itu. Karena jika ia benar menyakitinya, Senja pasti sudah pingsan atau meringis kesakitan daripada menangis dengan sedih seperti seorang anak yang hilang.
"Tunjukkan jalan untukku!" Tetua Dam tidak membuang-buang waktu dan meminta Penjaga Bayangan lain untuk menunjukkannya jalan menuju penginapan dimana Wang Yu membawa Senja.
"Ya, Tuan." Penjaga Bayangan itu bangun dari posisi berlututnya dan berjalan dengan tergesa-gesa.
***
Di dalam penginapan.
Senja sudah terbaring di atas tempat tidur sementara Tetua Dam duduk di sebelahnya. Wajah Senja terlihat sangat pucat, tabib sebelumnya memberitahu Tetua Dam bahwa Senja mengalami luka dalam. Itu terlihat seperti seseorang telah menyerangnya dengan menggunakan tenaga dalam.
Bahu Tetua Dam terlihat sangat kaku sambil terus mengepalkan telapak tangannya menjadi bentuk tinjuan ketika ia mendengar laporan dari tabib itu. "Ye Xiu telah menggali kuburannya sendiri!" Tetua Dam menggeram. Ia tidak pernah mengira bahwa seseorang yang menyerang cucunya adalah anaknya sendiri. Mungkin di waktu yang akan datang, jika ia menyadarinya itu pasti sudah terlambat.
Xiao Tianyou melirik ke arah Wang Yu, yang berdiri tidak jauh dari tempat tidur Senja. Tidak ada penyesalan atau rasa bersalah yang terlihat di wajahnya, maka itu Xiao Tianyou tidak dapat menebak bahwa Wang Yu yang telah melukai Senja. Ia telah mendengar sedikit tentang cerita gelap mengenai Wang Yu, dan kurang lebih Xiao Tianyou dapat mengerti bagaimana interaksi yang terjadi di antara Wang Yu dan anaknya.
Meskipun begitu, bagi seorang ayah yang melukai anaknya sendiri hingga seperti ini adalah sesuatu yang tidak dapat dipahami oleh Xiao Tianyou. Ia adalah seorang pria muda yang berada di awal usia 20 tahunan walaupun ia pencapaiannya di dunia Militer sangat menakjubkan, sepertinya ada banyak rintangan yang harus dialami olehnya agar ia bisa melihat dunia dengan lebih baik.
Xiao Jun telah memberitahunya untuk tidak ikut campur dalam masalah ini, itulah kenapa Xiao Tianyou memilih untuk berjalan keluar dari ruangan, meninggalkan pertemuan kecil itu.
Ketika ia hendak membuka pintu ruangan itu, di waktu yang sama seseorang dari arah berlawanan telah membuka pintunya.
Xiao Tianyou sedikit merasa kaget sebelum ia melihat sosok kakaknya. Kerutan di antara kedua matanya seakan meberitahu bahwa pembicaraannya dengan Gurunya tidak berjalan mulus.
"Aku harus bicara denganmu." Xiao Tianyou menyeret siku Xiao Jun untuk menjauh dari pintu ke sisi lain dari lorong.
"Ada apa ini?" Xiao Jun bertanya kepada adiknya ketika mereka berhenti di sebuah balkon dekat lorong. Tidak ada siapapun disana kecuali mereka berdua.
"Kenapa Gurumu melakukannya?���
"Melakukan apa?" Xiao Jun mengangkat kepalanya. "Menculik Senja? Itu adalah keinginannya." Xiao Tianyou berkata dengan lelah, ia mengira bahwa adiknya membicarakan tentang mengapa Ye Xiu menculik Senja, namun Xiao Tianyou menggelengkan kepala.
"Kenapa Gurumu melukai Senja?"
"Guru melukai Senja?" Xiao Jun bertanya kembali karena kebingungan. "Tidak mungkin, Guru tidak akan pernah melukainya."
"Tapi sekarang Senja terbaring di atas kasur tak sadarkan diri karena luka dalam." Xiao Tianyou menatap perubahan ekspresi kakaknya menjadi tak percaya. Sepertinya, Xiao Jun juga tidak percaya tentang informasi ini.
"Tidak mungkin! Itu pasti bukan dia." Xiao Jun berkata untuk memastikan.
Xiao Tianyou mengangguk setuju. "Maka itu pasti Jenderal Wang Yu." Xiao Tianyou sedikit meringkaskan hal itu dan melipat lengannya. "Sekarang beritahu aku apa yang ingin kau lakukan dengan Gurumu? Aku tahu pasti ada sesuatu tentang pembunuhan orang tua kita."
Xiao Jun menyandarkan tubuhnya ke besi pembatas di balkon. Ia menatap jarak di antara mereka, ke cahaya redup yang menyinari setiap rumah. "Ya,"
Xiao Tianyou mendekati kakaknya dan berdiri tepat disebelahnya. "Beritahu aku rencanamu."
Xiao Jun tidak menjawab Xiao Tianyou secara langsung, "Tianyou…" Setelah beberapa saat ia memanggil adiknya dengan lembut, tapi ia terlihat khawatir.
"Berhenti bicara dengan nada seperti itu. Itu sangat menyebalkan, aku bukanlah anak kecil lagi."
Xiao Jun terkekeh karena mendengar jawabannya. "Bagaimanapun kau akan selalu menjadi anak kecil yang nakal bagiku."
"Berhenti bicara omong kosong dan jelaskan padaku urusanmu." Xiao Tianyou terlihat sangat kesal.
Sikap Xiao Tianyou yang tidak suka berbasa-basi mengingatkan Xiao Jun kepada ayah mereka. Bagaimana Xiao Jun mangagumi sisi seperti ini darinya.
Sudah terasa sangat sulit bagi Xiao Jun dalam 7 tahun terakhir ini semenjak kepergian ayahnya, dan tanpa menyadari itu, adiknya telah menjadi cukup dewasa untuk diberitahukan mengenai semua masalah yang ia hadapi ini. Tapi, tentu saja Xiao Jun tidak ingin membahayakan adiknya dengan hal-hal yang tidak perlu.
"Hal ini sungguh sangat berbahaya." Xiao Jun menggoda Xiao Tianyou dengan melebih-lebihkan nada bicaranya. Ia tahu bahwa Xiao Tianyou akan sangat kesal dengan hal ini.
"Hmm… setuju," Xiao Tianyou menegakkan tubuhnya, siap untuk pergi meninggalkan Xiao Jun dan berkata. "Aku akan memberitahu Komandan Dam mengenai hal ini."
Xiao Tianyou hendak melangkah pergi namun Xiao Jun menariknya kembali dengan memegang pundaknya sambil mendengus kesal.
"Aku tidak pernah mengira aka nada hari dimana kau bisa mengancamku."
"Aku tidak mengancam." Xiao Tianyou menyingkirkan tangan Xiao Jun dari bahunya. "Itu bukan ancaman, aku akan melakukannya."
"Aku yakin kau akan melakukannya." Xiao Jun sangat yakin dengan hal ini, adiknya adalah tipe seseorang yang selalu memegang kata-katanya. "Kenapa aku mempunyai adik yang sangat kaku seperti ini?" Xiao Jun bergumam.
"Aku minta maaf atas hal itu, tapi akan lebih baik jika kau menerima saja kenyataannya, karena aku melakukan hal yang sama kepadamu."
Xiao Jun mencibir. "Beritahu aku seberapa sayang kau padaku dari angka satu sampai sepuluh?"
"Lima."
"Seberapa besar kau membenciku?"
"Sekitar tujuh, terkadang delapan."
Xiao Jun tertawa dengan getir. "Sekarang aku penasaran kenapa aku harus memberitahumu tentang rencanaku."
"Karena jika tidak melakukannya, kebencianku akan menjadi sepuluh." Xiao Tianyou menjawab dengan keyakinan yang terukir di wajahnya.
Xiao Jun terkekeh. "Baiklah. Sepuluh sangat buruk."
Xiao Tianyou menyandarkan punggungnya ke dinding dengan santai sambil menunggu kalimat selanjutnya yang akan diucapkan oleh Xiao Jun. "Beritahu aku apa yang sudah kau rencanakan selama ini."