"Nah, ini pasti hukuman anak pembangkang. Sudah Otousan bilang, kalau besok saja 'kan masuk sekolahnya. Kenapa hari ini sudah bersikeras masuk, huh?"
"Bosan di rumah, Otousan. Ayah dan Daddy udah keluar rumah pagi-pagi. Enggak tahu mereka pergi ke mana. Otousan juga berangkat ke sekolahnya pagi sekali tadi. Padahal Joon mau nebeng."
"Otousan ada perlu dengan guru lain tadi. Jadi, berangkat pagi."
"Kenapa enggak bangunkan Joon dulu, huh?"
"Kau saja yang tidurnya seperti kebo, Joon. Makanya tidak dengar keributan di pagi hari rumah kita."
Joon hanya mencebikkan bibir sebagai tanggapan. Ia malas saja berdebat dengan orang Jepang yang sangat pintar berkilah lidah itu. Seperti mirip seseorang, batin Joon.
Joon tidak merasa saja, jika yang sering berkilah lidah itu justru dirinya, bukannya Takeyuki. Joon memang tidak pernah berkaca.
"Bisa jalan sendiri?" tanya Takeyuki, lembut. Ia masih menahan tubuh putranya dengan melingkarkan tangan Joon di leher Takeyuki.