"Huwaakkhh! Cobaan murid teladan begini amat, Ya Tuhan?!" jerit Joon sembari mengacak kasar rambutnya.
"Apa yang kau lakuan di situ, eum?" Sebuah suara yang begitu familiar menyapa gendang telinga Joon.
"Otousan?! Kenapa di sini?" Joon memekik tidak percaya saat mengetahui bahwa yang berada di bawah sana adalah Akiyama Takeyuki, otousannya.
"Memangnya kenapa? Aku masih menjadi guru di sini, kalau kau lupa." Takeyuki tersenyum angkuh. Ia berdiri bersidekap sembari mendongak ke arah putranya yang masih duduk di atas tembok dengan ketinggian 5 meter.
Joon mencebikkan bibir. Ia yakin, pasti otousan-nya itu berniat mengajaknya pulang ke Singapura atau malah ke Jepang lagi.
"Maafkan saya, Akiyama-sama! Tapi, saya tidak akan lagi mau mengikuti Anda," sungut Joon, masih berada di atas pagar ptembok.