Di pintu masuk rumah Jelita, Alex berdiri tenang. Pintu itu terbuka, tapi hanya memberi celah tipis, selebar dua jari. Orang yang membuka pintu tadi sedang memperhatikan Alex dengan waspada.
Alex menunduk untuk melihatnya, badannya sedikit gemetar. Dia hampir tanpa sadar melirik nomor rumah di dinding. Ini benar rumah Jelita.
"Paman, siapa yang kamu cari?" Suara anak kecil di pintu itu terdengar.
Meski hanya ada celah sedikit, Alex tetap bisa melihat penampilannya dengan jelas. Anak kecil itu memiliki kuncir kuda. Dia mengenakan sweater putih dan rok wol merah. Matanya sangat cerah. Mungkin pemanas di dalam rumah ini berfungsi dengan baik, jadi wajahnya merah merona. Namun, tatapan matanya tampak takut.
Tangan kecil gadis itu menggenggam pintu dengan erat. Pipinya yang besar tampak menggemaskan. Wajahnya bulat dan bersih. "Paman?"
Alex memang terlahir dengan wajah dingin, jadi tidak jarang orang dewasa melihatnya sebagai sosok yang menakutkan, apalagi seorang anak kecil.