Pupil matanya sedikit melebar, dan untuk sesaat, sepertinya napasnya tidak beraturan. Mata mereka bertemu, tidak ada yang berbicara. Gadis itu menatapnya, dan Alex juga menatapnya.
Gadis bernama Jelita itu mengenakan sweater turtleneck. Wajahnya menghadap ke atas, dan lehernya yang indah terpampang seluruhnya. Wajah itu, yang tampak akrab bagi Alex, tampaknya ditutupi dengan rona merah. Dia terlihat segar dan cantik. Penampilannya membuat orang lain susah mengalihkan pandangannya.
Ketika melihat Jelita, seolah-olah bintang dan bulan di langit tidak berarti lagi bagi Alex. Meski restoran itu cukup ramai, hanya gemerisik daun-daun di pepohonan yang terdengar. Angin sepoi-sepoi dari pendingin ruangan menyelimuti tubuh mereka, tapi mereka justru merasa hangat karena kontak fisik ini. Segalanya menjadi mendebarkan.
Juwita mengendurkan tangan Alex di pergelangan tangannya, tetapi Alex justru memegangnya dengan erat dan menariknya. "Kamu…"