"Aku kerja dulu ya," pamit Rivan, dia hendak mengecup puncak kepala Nadila tapi ditepis oleh wanita itu.
Rivan terkejut melihat perubahan mendadak istrinya tersebut tapi dia tak mengatakannya. Namun yang membuat Rivan heran adalah mengapa Nadila enggan menatap wajahnya sebelum pergi.
Ada apa lagi dengannya? Apa ini ada hubungannya dengan sindrom kehamilannya?
"Nanti aku pulang cepat," kata Rivan saat mengenakan sepatunya.
Nadila tak menyahut. Ia bangkit dari bangku lalu masuk ke dalam kamarnya.
"Kenapa lagi sama dia?" gumam Rivan, perasaannya mulai tak enak lagi melihat gelagat istrinya seperti barusan.
**
Nadila masuk ke dalam toko, di sana sudah ada Aksa dan satu perempuan yang sepertinya teman satu kampusnya. Cantik dan juga—langsing.
Melihat seperti itu Nadila langsung melirik ke arah perutnya. Rasanya dia malu karena hamil di usia muda, di mana banyak perempuan seumurannya masih belajar untuk mengejar cita-cita mereka.