"Pa," panggil Nadila. Ia menggigil menatap wajah Rafael yang malam itu membukakan pintu untuknya.
Karena Nadila sudah mengatakan pada Rafael sebelumnya, jadi lelaki itu sudah menyiapkan kamar untuk anak dari wanita yang pernah ia cintai tersebut.
"Kamu lagi ada masalah?" tanya Rafael, ia kemudian memeluk Nadila.
"Boleh kan Nadila tinggal di sini sementara waktu?" Nadila mengurai pelukannya, kemudian mendongak menatap wajah Rafael dengan sedih.
"Boleh, kamu bisa tinggal di sini kapan pun kamu mau. Jangan sungkan, karena papa kan masih papa kamu."
Nadila tersenyum, untuk sementara dia bisa bersembunyi di rumah papanya sampai keadaan sedikit mereda.
Rafael pun menuntun Nadila masuk ke dalam rumah. Lalu menunjukkan di mana kamar yang akan ia tempati selama dia tinggal di sana.
Karena hanya ada satu kamar kosong itu pun bekas gudang yang sudah dibereskan oleh pembantu Rafael tadi sore. Ketika Nadila mengatakan ingin tinggal di sana sementara.