Hari demi hari berlalu, keadaan Hiro yang tadinya memburuk mulai membaik berkat perawatan yang diberikan oleh ayah Kinanti.
Bersyukur—karena luka kepala Hiro tidak ada yang serius. hanya saja saat ini, Hiro tidak mengetahui siapa dia sebenarnya. Dia kehilangan identitasnya.
"Gimana kalau aku kasih nama Andre," saran Kinanti ketika sore itu dia sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya.
Halaman rumah yang cukup luas untuk ukuran rumah di pedesaan yang terpencil.
"Andre?"
"Iya, Andre. Karena aku beberapa hari ini bingung mau manggil kamu apa, jadi aku panggil kamu Andre aja. Mau gak?" Kinanti meletakkan selangnya kemudian menghadap Hiro yang masih dengan kebingungannya sendiri.
"Boleh," sahut Hiro yang akhirnya setuju dengan panggilan tersebut. Tidak buruk juga, daripada dia tak memiliki nama.
"Aku sebentar lagi mau pergi ke rumah bu Jujuk. Kamu tunggu di rumah ya."
"Jauh?"
"Lumayan, aku kerja di sana sebentar abis itu balik lagi nanti malam."
"Gak takut?"