Sebentar lagi, matahari sudah akan sampai di atas kepala. Sambil menenteng satu ember yang penuh dengan ikan berbagai ukuran, Robin berjalan santai melewati tepian jalan desa yang aspalnya berlubang di sana-sini. Dengan sandal jepit pasaran, kaos oblong hadiah dari produk cat, celana pendek bergambar karakter kartun hewan warna kuning, jenggot yang sengaja dipanjangkan, pria itu sama sekali tidak menunjukkan keartisannya.
Mata Robin terus saja memandangi hamparan sawah hijau yang begitu asri. Ia tak pernah bosan melihat pemandangan itu. Ia bersyukur telah memutuskan untuk pulang.
"Kamu emang pembawa rezeki, Rob," kekeh ayah Robin. Pria dengan rambut putih panjang yang dikucir, tubuh kekar seperti Robin, wajah yang mulai dihiasi keriput, serta memakai topi fedora lusuh itu memanggul dua alat pancing di pundaknya. Wajahnya tampak begitu sumringah. "Dari dulu, kalau Bapak ngajak kamu buat mancing, Bapak pasti dapat ikan banyak!"