Stasiun yang sebenarnya cukup sepi itu jadi seperti tempat wisata bagi Kacia. Suara pengumuman dari speaker seolah seperti nyanyian pembangkit semangat bagi bidadari bertubuh mungil itu. Saat kereta datang, dia berdiri. Saat kereta pergi pun, ia bangkit. Layaknya anak kecil, matanya berbinar cerah saat kereta berhenti atau berangkat.
Rava cuma bisa mengamati bidadarinya itu. Dia sendiri tak terlalu menikmati tempat itu. Bahkan ia justru salah tingkah karena terkadang diperhatikan petugas-petugas yang lewat. Mungkin mereka curiga mengapa dirinya dan Kacia tak kunjung naik kereta. Belum lagi, dirinya dan Kacia tak membawa tas barang sama sekali.
Yang Rava nikmati sekarang adalah kebersamaannya dengan Kacia. Melihat senyum lebar dan tingkah polah bidadarinya itu, Rava merasa dadanya dipenuhi kehangatan. Dia merasa bahagia kalau bidadarinya itu senang.