Brak!
Suara gebrakan meja membuat Anggasta terperanjat. Masih dalam keadaan menundukkan kepala, dan Anggasta tidak berani untuk menatap ayahnya. Saat ini ayahnya tengah dirundung amarah tinggi. Kalau seperti itu, tidak ada satu orang pun yang berani untuk menjawab setiap perkataan ayahnya.
"Kenapa nilaimu tidak sempurna?! Jawab Ayah!" bentak ayahnya.
Anggasta enggan untuk menjawabnya.
Rupanya lembar jawaban ulangan harian yang diletakkan di atas meja belajar, telah berhasil ditemukan oleh ayahnya. Anggasta memang tidak mendapatkan nilai sempurna. Dan hal itu yang membuat ayahnya sangat marah. Sekarang Anggasta menjadi bahan amukan sang ayah. Tidak bisa mengelak, dan Anggasta hanya dapat mendengarkan semua ocehan dari ayahnya.
"Ayah tidak mau tahu! Kamu harus belajar lebih giat lagi. Dan ingat, jika sampai nilai kamu tidak sempurna. Maka kamu akan tahu akibatnya."