Aretha berdiri di depan pintu kamar Arin.
Mendekati pukul 22:45 wanita itu belum tidur. Ia masih terjaga. Ada yang harus ia lakukan dan selidiki terhadap anak satu-satunya yang bernama Arin.
Tangan Aretha memegang gagang pintu. Ia mendorong dengan sangat pelan pintu di depannya ini, mencegah adanya bunyi derit yang kemungkinan terjadi. Aretha melongokkan kepalanya dari balik pintu. Ia menemukan putrinya yang sudah berbaring dan tidur lelap di atas ranjang.
Bagus! Ini kesempatan emas bagi Aretha untuk menemukan jawaban atas rasa penasaran sekaligus curiga pada anaknya selama ini.
Aretha memasuki kamar Arin dengan langkah pelan. Ia berjalan menuju meja belajar. Sasarannya adalah ponsel yang pinjamkan pada Arin beberapa jam yang lalu. Aretha melirik sekilas ke arah Arin. Syukurlah gadis itu masih memejamkan matanya. Hal itu membuat Aretha tidak mengalami kesulitan sama sekali.