"Apa kau siap melihatnya, Arin?" Nada bicara Shella terdengar serius.
Arin mengangguk pelan sebagai jawabannya.
Shella meng-klik file tersebut. Layar kini menampilkan video dalam CD. Arin dan Shella menonton dalam diam.
Dalam video tersebut, terlihat sosok pemuda berparas tampan duduk di atas sofa. Siapa lagi kalau bukan Levi.
Latar ruangan dalam video itu familier bagi Arin karena ia pernah beberapa kali datang ke sana. Tentu, bukan karena keinginannya sendiri.
Levi terlihat memangku sebuah gitar akustik. Laki-laki itu tersenyum, tatapannya lurus, seolah sedang menatap lawan bicara. Salahkah Arin mengira kalau tatapan teduh dan menenangkan itu ditujukan untuknya?
Tak lama kemudian, terdengar Levi yang sedang berbicara. Suaranya terkesan berat dan serius.
"Eum ... hai, Arin." Levi terkekeh. Sepertinya laki-laki itu terlihat gugup. Terlihat dari gelagatnya yang mengusap tengkuk. "Aku ... berterimakasih karena ... kau sudah mau menerima perasaanku."