Pagi ini aku membuatkan bubur untuk Rain. Dia masih tertidur di kasur empuknya. Syukurlah badannya sudah tidak panas lagi. Kasihan juga aku melihatnya kemaren menangis sambil memelukku.
Omong-omong, si nenek sihir kayaknya semalam tidak pulang. Baguslah kalau begitu, rumah ini akan terasa tentram jika tak ada dia. Kalau ada dia, suara bisingnya tak akan henti-henti mengomel.
Dari kecil kami memang sering dimarahinya. Makanya sampai dewasa kami tak ada rasa sayang sedikitpun padanya. Malah rasa benci yang tumbuh sedari kecil.
Selesai, akhirnya bubur ku sudah masak. Aku menuangkan ke mangkok untuk Rain, agar dia bisa pulih kembali. Aku pun naik ke atas menuju kamar.
Rain masih belum bangun. Aku meletakkan bubur tersebut di atas meja dan membangunkan Rain.
"Rain, Rain bangun!" Seruku menepuk bahu Rain.
Rain membuka mata dan mengucek nya pake tangan. Dia pun bangun dan duduk di kasur.
"Sarapan dulu, gua udah buatin bubur." Seruku.
"Hoooaaammm, jam berapa sekarang Dit?" Tanya Rain.
"Jam 9, ini buburnya. Mau gua suapin atau makan sendiri?"
"Suapiiiin." Seru Rain manja.
"Dasar bayi raksasa." Sahutku. "Ni ayo makan gua suapin."
Aku menyuapi Rain hingga buburnya habis. Aku senang, apapun yang ku masak pasti di habiskan Rain. Lalu aku mengambilkan air minum untuknya.
"Gua mau ke bengkel. Lu istirahat dulu di rumah, biar cepat pulih." Seruku.
"Gua gak mau tinggal, gua ikut." Sahut Rain langsung berdiri.
"Gak boleh, lu istirahat aja. Ketusku melarang Rain ikut.
Susah sekali kalau Rain di larang ikut. Kalau aku terus berdebat dengannya, ujung-ujungnya pasti berantem. Akhirnya aku mengalah dan membolehkannya untuk ikut.
Kami pun segera mandi dan bersiap pergi ke bengkel.
Kalau mood Rain lagi baik, dia selalu mengoceh di perjalanan. Sepanjang jalan dia selalu berbicara tanpa henti. Tapi kalau sudah ngambek, diamnya minta ampun. Aneh memang adikku satu-satunya ini.
Baru saja sampai di bengkel sudah 2 pelanggan kami yang menunggu di depan. Ya begitulah, para pelanggan kami senang dengan pelayanan kami.
Aku segera membuka bengkel, lalu menyuruh Rain untuk istirahat di kamar. Tapi dia menolak, dia ingin mengerjakan motor pelanggan yang sudah menunggu dari tadi. Rain segera membuka bajunya dan memakai singlet kotor yang tergantung di kamar bengkel.
"Susah sekali anak ini dibilangin." Gumamku.
Aku pun langsung turun tangan mengerjakan motor yang satunya lagi. Beginilah keseharian ku dengan Rain. Kami bekerja di bengkel untuk biaya hidup. Kalau hari minggu kami tutup.
Tak lama Angel pun datang, aku sangat senang sekali melihat kekasihku selalu datang menemaniku di bengkel. Tapi seperti biasa Rain selalu tidak suka kalau Angel datang. Wajahnya langsung berubah. Aku juga tidak mengerti dengannya, kenapa dia benci sekali dengan Angel.
"Kalian sudah makan? Aku bawa nasi goreng buat kalian." Seru Angel menghampiriku yang sedang sibuk.
"Gua belum makan, taruh dulu di meja. Gua selesaikan dulu motor ini." Sahutku sambil mengganti oli motor pelangganku.
"Hai Rain, bagaimana kabar lu?" Sapa Angel dengan senyumannya.
"Baik." Jawab Rain ketus.
"Lu duduk aja di sana. Nanti lu kotor." Seruku.
Angel pun duduk di meja kasir sambil main game di HPnya.
Akhirnya motor pelanggan kami selesai di service. Aku menerima uang dari pelanggan dan memasukkan ke kotak kasir.
"Gimana kabar lu sayang!" Seruku menghampiri Angel dan mencium keningnya.
"Baik, lu yang gak ada kabar. Semalam di telpon gak di angkat-angkat." Ketus Angel.
"Sori sayang, semalam gua ketiduran." Seruku mengambil nasi goreng yang dibawa Angel tadi. "Ayo Rain, makan lagi."
"Gua gak lapar, lu aja yang makan." Sahut Rain sambil membereskan alat-alat bengkel.
"Masih berantem kalian?" Tanya Angel.
"Gak, udah baikan kami semalam." Jawabku sambil menyuap nasi goreng ke mulutku.
"Owhhh, baguslah. Lu sebagai kakak, harusnya mengalah sama adik lu." Seru Angel mengambilkan air minum untukku.
Akhirnya aku selesai makan. Nasi goreng yang dibawa Angel enak sekali. 1 bungkus lagi biar dimakan Rain untuk siang nanti.
Rain orangnya sangat rajin bekerja. Kadang hampir semua kendaraan yang masuk dia yang mengerjakan. Makanya otot lengan Rain lebih besar dari ku. Badannya pun sixpack, membuat para pelanggan cewek kami banyak yang tergila-gila padanya.Tapi Rain menanggapi mereka biasa saja. Bukan berarti badanku gak bagus. Badanku juga bagus dan Sixpack, tapi lebih sedikit berlemak dibanding Rain. Pingin juga melihat dia punya pacar yang bisa dibawanya jalan. Tapi tak satupun cewek yang menggoda Rain membuatnya tertarik.
Baru saja aku selesai makan, Rain sudah mengerjakan motor pelanggan yang baru datang. Aku langsung menghampiri Rain yang keringatnya bercucuran.
"Sudah, biar gua yang ngerjain ini. Lu istirahatlah di kamar, wajah lu pucat sekali." Seruku mengambil peralatan dari tangannya.
Rain pun berdiri dan menghapus keringat di wajahnya dengan tangan. Lalu dia beranjak menuju kamar. Lalu Aku melanjutkan pekerjaan Rain. Aku mendengar Angel menyapa Rain. Tapi dia tidak menyahut sama sekali. Sia terus saja masuk ke kamar.
Setelah selesai aku membawa motor langgananku ke luar untuk di tes meninggalkan bengkel sejenak. Tak jauh aku membawa motor tersebut lalu kembali lagi. Lalu pelangganku membayar sesuai harga yang kusebutkan.
Saat aku masuk ke bengkel, aku tak melihat Angel. Aku mencarinya dan ternyata dia berada di dalam kamar. Dia mencoba berbicara dengan Rain, tapi adikku itu malah tidur membelakanginya.
"Angel.....! Sini, biarkan Rain istirahat. Dia lagi tak enak badan" Seruku memanggil Angel.
Angel pun menghampiriku meninggalkan Rain. "Kenapa sih adik lu gak pernah mau gua ajak ngobrol. Gua kan pengen juga dekat dengan calon adik iparku"
"Hehehe, biarkan saja nanti dia juga akan terbiasa dengan lu." Seruku tersenyum sambil merangkul Angel.
"Terbiasa apanya, kita sudah 3 tahun lho pacaran. Tapi dia tetap begitu-begitu aja." Ketus Angel kesal.
"Duhhh jangan kesal kayak gitu, jadi jelek tau." Ejekku seraya mencubit kedua pipi Angel.
Memang benar sudah 3 tahun kami pacaran, tapi Rain masih saja tidak suka melihat Angel. Padahal Angel adalah wanita yang baik dan lembut. Sudah sering ku perhatikan kalau Angel berusaha mengajak Rain berbicara. Tapi Rain hanya cuek dan terkadang dia hanya menjawab singkat. Itulah yang membuat aku pusing melihat sikap Rain. Dari kecil aku membesarkan dan merawatnya, tapi makin dia dewasa semakin susah untuk ditebak.
Apalagi dia terlalu manja denganku. Kadang untuk pergi jalan dengan Angel saja, aku harus pergi diam-diam. Kalau dia tahu, pasti bermacam cara yang dia lakukan untuk menahanku agar tidak pergi. Pusing juga melihat sifat adikku itu.
"Tadinya gua mau ngajak lu jalan. Tapi setelah lihat kondisi Rain, gua di sini aja nemenin lu yank!" Seru Angel.
"Iya yank, gua juga gak bisa meninggalkan dia saat ini. Maaf ya, lain aja kita jalannya." Sahutku sambil membelai rambut Angel.
"Gak apa-apa yank! Santai aja, gua kan masih bisa di sini nemenin lu." Seru Angel tersenyum.
Aku mengelus pipi Angel dengan jari-jaruku. Lalu kupegang dagunya sambil mendekatkan wajahku. Aku langsung mencium bibir lembut Angel. Dia menikmati ciumanku sambil menutup mata.
"Gua sayang lu Angel!" Seruku
"Gua juga." Sahut Angel.
Tiba-tiba ada suara dari dalam kamar. Sepertinya itu adalah suara sebuah kunci peralatan bengkel yang jatuh ke lantai. Aku tahu, itu adalah perbuatan Rain. Mungkin dia melihat kami ciuman hingga membuatnya kesal.
"Suara apa itu, ayo kita lihat." Seru Angel.
Aku langsung menahan Angel lalu menggelengkan kepala. "Biarkan saja."