"Ingat di pernikahan, saat lu bilang ingin berubah? Apa yang terjadi?"
"Gua sama persis seperti saat-saat masa lalu kita. Apakah itu tidak cukup baik untuk lu lagi?" Radit terkekeh. Seperti biasa menolak untuk menganggap serius apapun. "Apa peduli lu jika hidup gua tidak memiliki tujuan?"
"Karena gua benar-benar peduli! Kenapa lu bisa berubah seperti ini Dit? Mana sosok abang gua yang dulu?" Aku membentak, menegakkan punggungku. "Gua peduli pada lu! Gua tidak ingin lu menjadi tua dan mati dengan penuh penyesalan. Satu-satunya saat lu meninggalkan rumah dan meninggalkan gua waktu itu adalah hal terbuang percuma atau tidak ada arti. Tidakkah lu menginginkan lebih dari hidup ini?"
"Gua sangat punya banyak. Gua tidak akan pernah menciptakan kembali apa yang pernah gua miliki di band waktu SMA."
"Itu omong kosong. Lu punya begitu banyak uang sehingga lu bisa menggunakannya sebagai kertas toilet. Lu tidak memiliki ikatan atau komitmen. Lu berada dalam posisi yang sempurna untuk melakukan apa pun yang Lu inginkan dalam hidup Lu. Sepertinya sia-sia saja."
"Wow. Ini benar-benar mengganggu lu bukan?" Katanya dari seringai nakal berubah menjadi serius.
"Seperti yang gua katakan, gua peduli karena gua adik lu, itu saja. Gua ingin lu bahagia dan gua yakin Angel bukanlah wanita yang baik. Begitu pula hatimu, gua yakin lu tidak benar-benar mencintainya."
"Baik. Ayo lakukan."
"Melakukan apa?" Tanyaku sambil mengangkat alis.
"Carikan gua sesuatu untuk dilakukan bersama hidup gua." Jika aku mengamati wajahnya cukup dekat, aku hampir bisa melihat roda penggerak berputar dalam pikirannya, memaksa dahinya mengerut. "Jadi, Bob memiliki studio rekaman, Michael menulis musik, Gleen membeli peternakan yang aneh, dan Boy di film porno."
"Apa yang menarik bagi Lu?"
"Melihat bagaimana pornografi sebenarnya dibuat benar-benar menghancurkannya. Bagiku jadi itu saja." Sambil tertawa, aku hampir mati karena seteguk bir. "Kembali ke industri musik sepertinya merupakan langkah mundur. Gua pikir itu akan membuat gua semakin rindu berada di band. Sehingga membeli peternakan, dan kuda membuat gua takut."
"Membuat lu takut?"
"Mereka seperti anjing tapi sangat besar. Aku tidak percaya apapun yang hidup jauh lebih besar dari gua."
Aku bersumpah hanya Matthew Carter yang bisa melihat kesamaan antara kuda dan anjing.
"Oke, apa lagi yang lu kuasai? Selain musik." Pernyataan sialan dan konyol.
Dia membuka mulutnya untuk berbicara tetapi kata-katanya tercekat ketika dia menyadari bahwa aku telah menghinanya. Aku setengah tersenyum puas, betapa mudah mengolok-oloknya.
"Minum."
"Kalau buka bar? Atau klub."
"Ya benar. Tunggu… gua bisa melakukan itu. Gua tidak tahu apa-apa tentang menjalankannya, tetapi gua hanya akan mempekerjakan seseorang untuk mengurus semua hal yang rumit, benar bukan? Gua hanya bisa berdiri di belakang konter memikat para gadis."
Sambil menggelengkan kepala, aku menjawab, "Tidak, Dit. Itu hampir sama dengan apa yang lu lakukan sekarang. Ini tentang perubahan, ingat?"
"Kalau begitu gua kira memiliki bar bukanlah ide yang bagus."
"Gua tidak mengatakan kalau lu tidak boleh membeli bar, tetapi intinya adalah Lu harus belajar menjalankannya. Gua bisa mengajari Lu. Gua pernah belajar cukup banyak di bar waktu SMA, karena ayah teman gua punya bar, jadi dia mengajak gua melihat ke sana untuk mengetahui bagaimana karyawannya bekerja."
"Sejak kapan lu punya teman waktu SMA? Bukannya lu cuma mau dekat gua terus dan gak mau gua tinggalkan." Kata Radit mengejekku.
"Lu jangan salah. Gua punya teman dekat waktu SMA, tapi dia cuma 2 bulan habis itu pundah sekolah ke luar negri."
"Benarkah?"
"Bahkan gua berhasil saat belajar bersama ayahnya. Jadikanlah tujuan Lu untuk mengubahnya menjadi sukses, jangan hanya membayar orang lain melakukan untuk Lu."
"Trus bagaimana dengan bengkel?"
"Sudah, jual aja karena pendapatan dari sana semakin merosot."
"Entahlah Rain. Gua mungkin akan mengacaukan segalanya."
"Maka Lu akan kehilangan beberapa gulungan kertas toilet." Gua mengedipkan mata.
"Lu tahu apa? Gua akan melakukannya. Gua akan membeli bar dan mengubahnya menjadi bar terbesar dan terbaik yang pernah ada di negara ini!" Seru Radit dengan yakin.
Sambil tersenyum, rasa bangga membengkak di dadaku. Aku segera mencari ingatanku sebelum memutuskan ini adalah pertama kalinya aku melihat ekspresi kegembiraan murni di wajahnya. Aku hanya berharap antusiasme dia tetap ada setelah pengaruh alkohol ini hilang, dan dia bahkan akan mengingat percakapan ini di pagi hari.
"Membuat bar terbesar dan terbaik yang pernah ada di negara ini!" Aku mengulurkan lenganku, memegang botol birku untuk berdenting di tangannya. "Bersulang."
Sambil menyentakkan lehernya ke belakang dan tampak hampir bingung dengan keputusannya, Radit menyeringai. Seperti benar-benar menyeringai. Senyuman paling menawan yang pernah aku lihat. Kemudian dia menjatuhkan diri ke belakang ke sofa, botol kacanya jatuh ke lantai saat dia pingsan.
"G'night brother." Bisikku, sebelum merebahkan kursiku dan mengikutinya hingga tertidur.
.....…...........
SUARA KERIBUTAN mulai membuat aku bangun keesokan paginya. Aku yakin itu adalah suara truk raksasa yang menabrak rumah Radit, tetapi setelah melompat ke posisi duduk, aku terkejut melihatnya. Itu adalah Angel pacar nya Radit yang mengosongk mesin pencuci piring.
"Pagi, Rain" Katanya setelah mendengarku menggerutu.
"Jam berapa?" Radit angkat bicara, mengusap matanya dengan buku-buku jarinya.
"Hampir jam dua." Jawab Angel." Pada satu titik Radit memegang nya dengan kompak. Dia hanya memeriksa kalau dia masih bernapas.
"Gua butuh kopi." Seluruh tubuh Radit berderit memprotes saat dia merentangkan tangannya di atas kepala. Ketika tatapan Angel tertuju pada matanya, dia mengarahkan pandangan terbaik padanya, tersenyum ketika Angel meraih lemari dan mengambil dua cangkir. "Aku mencintaimu, Angel."
Aku menyipitkan matanya, diam-diam menegurnya. Biarkan dia membantu lu dengan cara itu.
Dia menyadari masih memakai sepatu, lalu menendangnya dan melenturkan jari kakinya. Bahkan dia seperti terluka. "Berapa banyak sebenarnya yang gua minum tadi malam?" Sinar matahari yang menerpa pupil ku terasa seperti seseorang mencungkil mata dengan sendok berkarat, jadi aku menutupnya sambil menunggu kopi ku di buatkan. Seringkali Radit tersenyum melihat percakapan yang terjadi di area dapur. Aku tidak bisa mendengar sebagian besar darinya, dan yang kulakukan hanyalah omong kosong tentang episode terbaru Anatomi Grey, tapi aku hanya tidak suka betapa akurnya Angel dan Radit. Dia membuatnya tertawa, sedangkan aku cenderung membuatnya kesal hampir sepanjang waktu.