Wanita itu berlari sejauh mungkin dari tempat itu tanpa memberi tahu siapapun termasuk Arnaf.
Dia berlari dalam gelapnya awan yang menghitam, dan perlahan menurunkan rintik-rintik hujan dari sana.
Dia berlari mengikuti kakinya yang tak tentu arah.
Tas dan sandal ia tanggalkan. Tak peduli kini keberadaan kedua benda itu ada di mana.
Mau ada orang yang mengambilnya pun, ia tak peduli.
Kini dirinya hanya bisa berlari hingga ketika melihat satu bangunan, tubuhnya seketika melemas dan terduduk di depannya.
Sebuah bangunan berwarna hijau, berlantai tiga dengan kibaran bendera merah putih yang terlihat dari ujung pandangannya, membuat wanita itu seketika menangis histeris.
Tidak ada seorang pun yang berlalu lalang di sana.
Kondisi sekolah pun tampak sepi dan tidak ada orang di dalamnya. Kini, hanya terlihat seorang wanita yang sudah kehilangan semangat cintanya dalam hidup hanya karena satu suara dari orang yang sangat ia rindukan.