Sebuah kepatahan terberat benar-benar dirasakan oleh diri seorang Balqis.
Dia sampai dibuat terpaku selama beberapa saat ketika melihat seorang Mahes berada di hadapannya tadi.
Bahkan bukan hanya karena itu.
Dia juga sungguh tak tahu harus melakukan atau mengatakan apa ketika mendengar Mahes sudah bisa berbicara dengan lantang.
Antara ingin menangis, kaget, marah, kesal, tak percaya semuanya tercampur aduk menjadi satu.
Dia bahkan tak sempat untuk menanyakan kabar, kondisi keadaannya atau apa pun yang berhubungan dengan Mahesa.
"Kamu kenapa diem aja?" tanya Arnaf ketika mereka berdua sudah berada di mobil untuk menyantap lontong kari pembelian Balqis tadi. "Apa kamu nggak suka sama makanannya?"
"Ah em, engga kok." jawab Balqis sambil berusaha mengalihkan suasana yang ia pikirkan. "Makanannya enak."
"Eh iya. Awalnya aku emang berniat buat ngenalin kalian dan ngobrol sama Mahes lebih jauh lho. Ak-"
"Bukannya waktu itu kamu bilang lupa sama namanya?" seru Balqis.