Chereads / Simfoni Asmara Sepasang Bintang Jatuh / Chapter 43 - Pemadaman Listrik

Chapter 43 - Pemadaman Listrik

"Perusahaan kita hanya menaungi film dan televisi, dan tidak ada lisensi untuk mendistribusikan rekaman musik. Dan aku baru beberapa waktu menandatangani kontrak dengan perusahaan, tetapi kontrak musikku ditandatangani di HK's. Kontrak asli dengan HK's sebenarnya adalah tiga tahun. Aku sudah merilis tiga album. Setelah habis masa kontraknya, sekarang kontrakku diubah menjadi kontrak sementara. Jadi aku hanya perlu datang ke HK's untuk rekaman dan merilis lagu!"

"Jadi bisa seperti ini?" Andi tercengang. "Bukannya agensi bisa mengelola segalanya?"

"Memang secara teori mereka seharusnya menaungi segalanya, tetapi bukan berarti mereka bisa!" Zidan tersenyum. "Dalam industri hiburan, pada dasarnya industri senilah yang mengkhususkan diri di dalamnya. Bagi sebuah agensi, manager dapat membantu artis mendapatkan pekerjaan, mengatur jadwal, dan bahkan membantu kita menjaga kehidupan pribadi kita, namun bukan berarti mereka dapat membantu mempromosikan sebuah lagu. Ada banyak jalan menuju industri musik, tapi kasarnya, kedua bidang tersebut seperti dipisahkan oleh pegunungan. Tidak hanya rekaman-rekaman dan menghubungi program-program promosi, tetapi juga jaringan penjualan produk fisik, semua itu ada di bidang lain. Coba saja minta managermu membantumu merilis album, untuk coba-coba saja. Sampai mati pun, dia tidak akan bisa membawamu ke mana-mana."

Pak Willy mengangguk dan berkata, "Zidan benar. Wilayah berbagai bidang di industri hiburan dalam negeri kita sudah ditentukan. Menyeberang ke wilayah orang lain pada dasarnya tidak ada bedanya dengan menyatakan perang. Kalau sudah begitu masalahnya akan besar. Harus ada label yang menaungi kita. Dalam hal ini, bahkan agensi papan atas pun, perusahaan produksi film dan televisi besar pun, tidak akan mampu untuk menyeberang bidang pekerjaan. Belum lagi dengan masalah-masalah yang datang seiring dengan berkembangnya pasar!"

"Ada banyak jalan untuk masuk ke bidang ini?" Andi berkata dengan terkesima. Sekarang, dia sedikit banyak memahami apa yang dikatakan bosnya di kafe dulu: Ketika orang lain tahu bahwa kita dapat menghasilkan sesuatu, mereka akan sangat meremehkan lagu kita, menurunkan harganya, dan kemudian membelinya!

"Sudahi bicara soal ini. Mas Zidan, apa menurutmu harga untuk lagu ini pantas?" Yenny sama sekali tidak peduli dengan perusahaan rekaman atau agensi-agensi, jadi dia menyela dengan pertanyaannya.

"Hm, bagaimana, ya?" Zidan menimbang kata-katanya. "Dari sisi lagu, harga yang dia berikan sudah oke, tapi kalau untuk kalian, kalian merugi!"

"Benar, 'kan!" Yenny menepukkan tangannya.

"Sudah, tenang saja!" Zidan merasa geli. "Lagu ini tidak cocok untuk dinyanyikan oleh suamimu, percayalah! Kalau dia tetap menyimpan lagunya, kalian sama saja memberi tekanan pada diri sendiri. Sebaliknya, kalau dijual dengan harga yang pantas, lagu ini bisa melalui rekaman yang bagus dan menjual. Setelah sudah laku, Andi akan mendapatkan reputasi, dan kemudian kalian bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar setelahnya. Berapa penjualan rekaman Jeffrey ini?" Zidan benar-benar tidak tahu.

"Albumnya terjual 1,5 juta salinan!" Yenny berkata dengan gigi terkatupkan. Maksudnya adalah penjualan secara fisik. Untuk rekor penjualan berbagai lagu populer, ada berbagai informasi yang bisa didapatkan di tempat lain.

"Kalau begitu kalian benar-benar rugi!" kata Zidan dengan yakin.

Setelah mengetahui bahwa penghasilan lagu yang dirilis Jeffrey adalah beberapa juta, Yenny menggertakkan giginya sepanjang malam, benar-benar melupakan kegembiraannya saat berhasil menjual lagu tersebut. Andi pun tidak bisa membujuknya, jadi tidak ada pilihan lain selain menggunakan siasat memancing sang ular dari dalam liangnya: membawanya pulang. Istrinya begitu letih, dan dia tidur dengan nyenyak.

Sampai keesokan harinya, wajah Yenny masih belum tampak bagus!

Sebaliknya, Zidan terus menghibur mereka, "Kalau kau memang ingin menjadi penyanyi profesional, memang harus melewati level ini terlebih dahulu. Tidak ada yang bisa melewatkan tahap ini. Baru ketika ada lebih banyak orang yang mendengarkan lagumu, kau bisa menjual lagumu dengan harga tertentu.

"Kalau saja Andi bisa bertemu dengan bos dan menyerahkan lagu atau apalah, dia bisa menjual lagunya dengan yakin!" kata Zidan dengan bercanda.

Pemadaman listrik memasuki hari ketiga. Beberapa badan pemerintahan sudah mulai membagikan sembako setelah menghitung jumlah rusun milik perusahaan-perusahaan. Dihitung per orang, mereka membagikan 1,5 liter air per orang per hari, 300 gram roti, dan dua bungkus mie instan. Tidak banyak memang, tetapi asisten managernya, Riana, membantu Andi dan istrinya membawa barang-barang itu ke sana. Bukan hanya mereka; pada dasarnya, asisten mereka datang ke rumah susun itu. Beragam obat nyamuk dan anti serangga juga dibagikan. Tak hanya itu, berbagai posko pengobatan sementara juga disediakan di puluhan jalan utama di kecamatan mereka, untuk memberikan tenaga medis bagi yang membutuhkan. Dan karena medan yang relatif baik di sana, tempat itu telah menjadi posko pusat untuk beberapa kecamatan terdekat. Pengiriman jalur udara juga masih memungkinkan dari sana.

Setelah melihat pasangan Andi tinggal dan memasak setiap hari, Riana berkata bahwa dia ingin membawakan beberapa peralatan makan. Di apartemen mereka, kompor gasnya sudah lama tidak berguna, dan apinya tidak bisa menyala. Hanya ada satu ketel listrik, dan itu pun sudah tidak berfungsi. Dia merasa miris setelah makan roti dua hari terakhir ini.

Pasangan muda itu tentu saja setuju.

"Bagaimana dengan Mbak Sasha?"

"Mbak Sasha ada di kantor beberapa hari terakhir. Air di rumahnya sudah naik sampai ke lantai satu." Riana tersenyum masam. "Kecuali mereka sudah mendistribusikan bantuan ke daerah itu, berarti mereka masih bisa menangkap segala macam pencuri yang mengambil kesempatan untuk menghasilkan uang. Katanya, setelah terendam seharian, daerah itu bisa menjaring banyak pencuri!"

"Kamu senang sekali Mbak Sasha hanya bisa memintamu menggantikannya."

Riana menjulurkan lidahnya. "Kak Andi, jangan begitu! Aku ini berpihak padamu, lho! Dan dia tinggal di dekat pecinan, tetapi persediaan air dan listriknya normal, dan dia dapat mandi air panas setiap hari. Kak Andi tahu sendiri betapa sulitnya keadaan kita!"

Nah, beginilah jika mereka tinggal di kota besar. Ada banyak kecamatan di sana, dan masalahnya tidak merata. Sayang sekali! Meskipun Andi juga tahu bahwa penyebabnya adalah bencana alam, tetap saja di dalam hati, dia merasa kesal.

"Kak Andi, ponselnya masih bisa dipakai? Di tempatku tidak ada listrik, dan aku harus melapor ke Mbak Sasha setiap hari!"

"Ah…." Ponsel pasangan muda itu sama saja. Ponsel mereka masih terisi banyak baterai di hari pertama, tapi sekarang hanya satu ponsel yang masih terisi.

"Terima kasih, Kak Andi." Riana menjawab telepon dari Sasha. Saat itu, mereka dapat mendengar kebencian Sasha. "Cuaca jelek sekali, dan dampaknya seolah tidak ada ujungnya. Pencuri sialan itu benar-benar masuk ke dalam rumahku."

Riana tidak mendengarkan semuanya, dan setelah menjelaskan soal kondisi ponselnya, dan mendengarkan Sasha mengomel, dia sudah bersiap untuk menutup telepon.

Tetapi dia tidak ingin Sasha meneriakinya, jadi dia tidak menutup teleponnya. Hal itu pasti terlalu mengejutkan. Dia sengaja membuat Andi menjawab telepon, lalu dengan hati-hati menyerahkan ponselnya. "Kak Andi, Mbak Sasha mencarimu!"

"Halo," Andi menjawab telepon.

"Andi, kamu luar biasa sekali! Aku tidak melakukan apa-apa, tapi ada rumah produksi TV yang mencarimu untuk syuting?"

"Mencari aku untuk syuting? Jangan bercanda! Kita bahkan tidak bisa pergi ke stasiun TV sekarang. Apa-apaan itu!"

" Aku tidak akan memintamu pergi sekarang. Aku sudah memberitahu mereka bahwa kamu baru bisa syuting setelah banjir dan sebagainya. Kontrak telah dikirim melalui faks oleh mereka. Namanya Peepa Agency. Kamu kenal?"

"Peepa? Ah… Kalau tidak salah, ada dua penulis wanita yang bekerja dalam proyek drama anak muda, 'kan?"

"Tunggu, benar juga. Perusahaan itu biasanya memang disebut agensi drama. Orang yang menelepon sebelumnya juga seorang wanita, namanya Wanda!"

"Jika itu mereka, aku setuju."

"Oke, nanti aku akan menandatangani kontrak dengan mereka dan mengirimnya melalui faks, dan menunggu sampai semua ini selesai. Sekarang, aku mau membicarakan detailnya dengan mereka terlebih dahulu."

"Oke!"

"Oke, tutup saja kalau tidak ada hal lain…." Sebelum Sasha selesai berbicara, ponsel Andi mati secara otomatis ketika baterainya habis.

Andi, yang sudah mengganti baterainya, tidak menelepon kembali. Baterainya sudah hampir habis, dan dia harus menghemat. Tidak bisa dibandingkan dengan penggunaan listrik secara bebas yang bisa dilakukan Sasha di kantor.

"Ada tawaran lagi?" Yenny di sebelahnya bertanya dengan penasaran.

"Benar."

"Suamiku sangat luar biasa!" Yenny memeluk Andi, bibirnya menghadap suaminya.

Riana menutupi matanya dan meyakinkan diri bahwa dia tidak melihat apapun, dan dengan cepat bersiap untuk pergi.

"Makanannya sudah siap, mau ke mana?" Andi berbalik dan bertanya.

"Aku akan mengambilkan piringnya," kata Riana sambil berjalan pergi.

"Piringnya di sini!"

"Aku terbiasa menggunakan piring sendiri, jadi tidak bisa makan dengan piring orang lain." Suaranya sudah mencapai dekat pintu.

"Anak muda. Ada-ada saja!" gumam Andi.

Apartemen tempat pasangan muda itu tinggal adalah sebuah ruangan dengan dua kamar tidur. Mereka menempati satu kamar, dan kamar lainnya diubah menjadi ruang kerja kecil.

Setelah mengetahui bahwa orang-orang lain di gedung itu juga datang untuk makan bersama, Riana merasa malu dan bersembunyi di ruang kerja itu, berpura-pura tidak ada. Dia menunggu sampai orang-orang selesai makan dan pergi sebelum berani muncul kembali. Dia awalnya berencana untuk menginap di sana setelah makan. Andi tinggal di dekat dengan posko. Dia bisa apa kalau kembali ke apartemennya sendiri? Dengan ponsel yang mati, sulit untuk menghubungi siapapun! Kalau nanti listrik sudah menyala kembali, Riana harus membuat laporan mengenai Andi. Ketika Andi bertanya, Riana hanya membenarkan bahwa dia sibuk.