Seperti anak-anak panah yang ditembakkan menembus awan, ribuan orang itu akan bertemu satu sama lain.
Gala "Satu Hati, Satu Jiwa, Satu Asa" akan dikoordinasikan oleh stasiun TV 1. Sehari setelah pemberitahuan itu dikeluarkan, ada respon yang kuat dari berbagai pihak. Keesokan harinya, daftar artis-artis dan penyanyi yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dirilis, dan semua orang bergidik semangat. Hanya satu ungkapan yang bisa menggambarkannya: pemain-pemain besar berkumpul, bersama bintang-bintang yang naik daun, membentuk panggung yang berkilau.
Kemudian yang lebih mengejutkan adalah: tujuh idola laki-laki membawakan lagu baru yang kuat dan lagu lama yang sudah dikenal banyak orang di panggung yang sama malam itu.
Lupakan soal tujuh orang idola besar di industri hiburan menyanyikan dua lagu di panggung yang sama. Promosi gila-gilaan ini membuat semua berita, koran dan majalah, media hiburan dan bahkan media ekonomi semakin heboh. Terlebih lagi, ada kabar bahwa lima grup idola laki-laki teratas dari lima grup idola perempuan teratas akan tampil di panggung bersama. Itu benar-benar melanggar aturan tidak ada yang namanya raja di industri hiburan. Selama lebih dari sepuluh tahun, masyarakat belum pernah melihat dua pemain besar industri hiburan bernyanyi di panggung yang sama, membawakan lagu yang sama.
Tujuh idola laki-laki, lima idola perempuan, di panggung yang sama? Siapa peduli lagu apa yang mereka nyanyikan saat nanti? Berita ini saja sudah cukup untuk memberi makan warga selama seminggu. Mau mereka menyanyikan lagu anak-anak di atas panggung pun, siapa peduli?
Belum lagi ada semua jenis penyanyi dan artis di lingkaran film dan televisi!
Kini, program ini semakin heboh semenjak pemberitahuan tidak langsung dikeluarkan ke semua agensi film dan televisi hiburan, tetapi Kementerian Kebudayaan terlebih dahulu mengirimkannya ke stasiun TV 1. Kemudian, stasiun TV 1 akan memberikannya ke enam stasiun lainnya, kemudian keenamnya akan menyapa ular-ular besar di industri tersebut. Nah, mulai dari sana, entahlah apa yang sedang terjadi. Begitu terus pemberitahuannya diumumkan dan pada akhirnya, yang dipahami orang-orang adalah: semua yang berpartisipasi dalam kegiatan itu adalah orang-orang berpengaruh dalam industri hiburan.
Begitu rumor acara besar semacam ini keluar, agensi mana yang tidak gila? Terlepas dari apakah pemberitahuan itu benar atau tidak, masukkan saja orang-orang terlebih dahulu. Akan memalukan kalau mereka hanya bisa menonton dari samping ketika orang lain memamerkan diri. Yang paling penting dalam dunia hiburan adalah muka!
Sepotong pemberitahuan kecil itu memicu gelombang reaksi di industri hiburan. Sebuah konser tiba-tiba akan diadakan, menggemparkan dunia hiburan yang tenang selama beberapa waktu terakhir, dan bahkan menenggelamkan semua jenis berita bencana dan berita penyelamatan.
Namun, Kementerian Kebudayaan sudah mempersiapkannya, dan pemberitahuan pendirian panggung-panggung minor pun turun. Secara keseluruhan, ada tujuh panggung minor yang didirikan, dan para artis yang berpartisipasi tentu memilih untuk mendatangi panggung utama, dan sisanya mengikuti. Artinya mudah saja: mereka yang ada di lingkungan hiburan suka suasana yang hidup, bukan? Memang benar, semakin banyak orang semakin baik. Tapi, penyelenggara juga tidak bisa membiarkan mereka berkumpul, jadi semuanya diminta untuk tetap berada di tempat masing-masing dan tampil di panggung minor di daerah mereka. Kecuali diminta, semua yang lain diharapkan untuk tampil di tempat masing-masing. Jangan berpindah kalau masih bisa mengerjakannya di panggung minor!
Siapa yang tidak ingin datang? Hanya orang bodoh yang tidak ingin datang. Takut tidak akan diterima di panggung utama? Seharusnya mereka malu jika tidak datang ke panggung minor. Di lima kota besar, bintang tamunya saja mencakup lebih dari sepersepuluh artis di negara itu. Pengaruhnya tak dapat dibayangkan.
Kalau panggung utama ada di kedudukan tertinggi, mereka yang tampil di panggung minor memiliki persaingan yang lebih ketat daripada di panggung utama.
......
Ketika Juniar datang ke gedung kantor perusahaan dari tempat tinggalnya. Dia adalah orang pertama yang menemukan tempat untuk mandi. Daerah tempat tinggalnya termasuk dalam daerah perkotaan dengan genangan air ringan dan pasokan listrik terbatas. Meskipun ada generator cadangan di dalam gedung apartemennya, itu hanya dapat menjamin konsumsi listrik dasar. Perangkat-perangkat berdaya tinggi seperti microwave dan pemanas air tidak bisa dipakai. Yang lebih buruk lagi, lift tidak bisa dipakai, dan dia tinggal di lantai 20…. Butuh energi yang sangat besar untuk mendapatkan makanan sehari-hari di lantai tiga.
Setelah bersusah payah, agensinya menelponnya kali ini, jadi dia juga bergegas ke kantor dengan cemas. Setelah bersih-bersih di kantor dan tampak lebih segar, managernya menjelaskan informasi spesifik dari acara amal tersebut padanya.
Situasi di Kota Sinan beragam. Katanya, keadaannya kurang lebih sama dengan udang dan kepiting di pantai. Udang dan kepiting di sini bukan bermaksud menghina, tapi metafora. Saat sampai di agensinya masing-masing, banyak artis yang semuanya berlumuran air dan lumpur.
Johan dan Kiki telah berada di kantor sebelumnya. Mereka tidak perlu repot-repot seperti Juniar, tetapi pilihan yang mereka hadapi tidak mudah: agensi mereka tidak cukup besar, dan setelah waktu yang lama, mereka memenangkan kuota untuk tampil, dan keduanya tentu mengirim Johan.
Industri hiburan di Kota Sinan dan lingkaran hiburan negara itu pada dasarnya dimulai pada waktu yang sama. Ini tidak termasuk keunggulan yang didapatkan ibukota. Selama lebih dari seratus tahun, lingkaran budaya kota Sinan dan lingkaran budaya negara itu memang sudah diistimewakan. Ada kompetisi di dalam sana. Hubungan ini juga mempengaruhi pemahaman masyarakat dan perkembangan industri hiburan.
Saat ini, separuh penduduk Kota Sinan hidup dengan mengamati ketinggian air setiap hari, sementara orang-orang di daerah lain berjemur di bawah sinar matahari, menunggu konser tersebut.
Badai petir di satu tempat dan siang hari yang cerah di tempat lain pada dasarnya tergantung dengan wilayah negara yang luas! Tapi orang-orang seringkali membanding-bandingkannya, karena kedua kota yang dimaksud sama besarnya: ibukota justru berubah menjadi genangan air dan tidak bisa apa-apa. Siapa yang bilang ibukota itu menarik?
Entah siapa yang pertama kali mengatakannya. Tapi memang banyak orang yang menyetujuinya.
Di lingkaran hiburan Kota Sinan, persaingan antara grup-grup idola tidak mungkin bertahan dalam waktu yang lama. Bagaimanapun juga, yang seperti itu sifatnya sementara. Tetapi jika ada banyak artis kelas dua, dan ada banyak artis dengan kontrak di antara kelas satu dan dua, lebih baik tidak usah digabungkan. Sudah bagus di Sinan bisa diadakan panggung minor.
Angan-angan itu indah, tapi kenyataannya seringkali lebih pahit.
Kota Sinan menyimpan ribuan artis, dan banyaknya seperti angka desimal di belakang pi. Apalagi situasinya sekarang sedang ramai, jadi tiga hari saja sudah cukup membosankan kalau dihabiskan untuk menunggu..
...
Karena ada Zidan, Juniar dan lainnya, Andi dan Yenny tidak berpandangan serupa seperti orang-orang yang iri.
Andi menyalakan TV dan menonton berita. Yenny bersiap untuk mandi.
Melihat berbagai foto Kota Sinan dari udara, dibandingkan dengan foto udara untuk wilayah lain, kota mereka tampak cukup bagus. Ini dengan pertimbangan beberapa kota besar lainnya di wilayah selatan, dan kota-kota yang dekat dengan tujuh sungai besar di negara itu. Semuanya terendam sampai beberapa meter. Dan di berbagai kota yang lebih kecil, kasarnya, banyak di antara mereka sudah lenyap.
Daerah yang terkena dampak mencapai seperenam dari luas daratan negara itu, mempengaruhi lebih dari 800 juta orang. Dan mereka masih harus menangani semuanya dengan baik.
Saat beralih ke stasiun TV Sinan, berita yang lewat di bagian bawah layar memberitakan skala dari acara bantuan bencana yang dihadiri Zidan.
Andi tidak mengenal nama-nama bintang yang aneh--aneh ini, tapi Yenny tumbuh besar dengan mendengarkan lagu-lagu dari banyak di antaranya. Andi melihat istrinya seperti seorang anak gadis yang memekik setiap kali melihat artis kesukaannya.
Idola laki-laki bernama Christopher, idola lain bernama Jansen, dan seorang idola perempuan bernama Wendy; apa seisi keluarga istrinya menyukai bintang-bintang ini? Andi baru tahu!
Melihat pria itu dengan serius menonton TV, Yenny sepertinya merasa perilakunya terlalu berlebihan, dan kemudian kembali tenang dan menjadi istri yang baik pada detik berikutnya. Dengan ekspresi malu, dia berkata, "Sayang, tadi aku seperti anak kecil, ya?"
"Tidak! Tidak, tidak apa-apa. Wajar, kok,!" kata Andi.
Rasanya sulit dipercaya, keluh Yenny, tetapi ketika dia melihat wajah Andi yang tetap tenang, dia hanya bisa menghela napas. Sulit kalau berurusan dengan seorang aktor; kita tidak tahu kapan dia berpura-pura, dan kapan dia bersungguh-sungguh.
Yenny memutar matanya dan memukul dada Andi.
Andi terkesiap kesakitan. "Kamu ini kenapa? Memangnya tidak sakit?"
"Aku mengira kamu tidak suka, jadi aku mencoba mengganggumu."
"Sudah kubilang, aku bukannya tidak suka!"
"Ayolah, kita sudah menikah. Apa kamu masih harus berpura-pura di depanku?" keluh Yenny.
"Aku tidak berpura-pura!" Andi tidak paham.
"Sungguh?" Yenny memiringkan kepalanya dengan ragu.
"Sungguh!" ucap Andi dengan yakin.
"Kalau begitu biarkan aku menyentuhmu!"
"Mau apa? Aku belum mandi!"
"Tuh, kamu marah, 'kan? Kalau begitu, namanya marah, 'kan?" Yenny merasa cara pria itu mengubah topik pembicaraan terlalu canggung.
Memangnya tadi itu kenapa? Yenny hanya bersemangat melihat bintang-bintang tampil di TV, jadi kenapa harus marah? Kenapa masih belum jelas juga?
Menarik napas dalam-dalam, Andi memutuskan untuk mengalah. "Ya, aku memang marah! Tapi…."
"Jadi kamu mengakuinya!" Yenny bersorak.
"..."
Andi benar-benar menyerah. Sampai dia dibujuk ke kamar mandi oleh istrinya, dia masih tidak paham. Dia bertanya-tanya: apa sudah waktunya? Tapi bulan lalu bukan di tanggal ini. Mungkinkah lebih awal?
Malam itu, setelah didesak kembali oleh Yenny, Andi masih tidak tahu di bagian mana dia tampak marah. Apa dia harus mengalah? Sebenarnya apa yang diinginkan istrinya?
......
Mungkin Tuhan sudah terlalu lama menuangkan air dari langit, jadi rasanya sudah cukup puas.
Di tengah malam, hujan berhenti. Pasangan muda itu bangun dan melihat langit yang kelam. Saat seberkas sinar matahari menembus awan, seisi kota tampak seperti bersorak-sorai. Kemudian, hujan berlanjut, dan sorak-sorai yang sebelumnya bergema seolah menciut.
Setelah setengah hujan, matahari muncul kembali.
Menyebalkan sekali!