"Bos, ternyata kamu adalah teman sekelasku yang baru. Hahaha, kebetulan sekali, apakah ini berarti kita selalu dipertemukan dalam hidup ini?"
Mendengar suara itu, semua orang di kelas dua Ilmu Komputer melihat ke arah pintu kelas. Ada seorang gadis dengan wajah yang sangat gembira muncul di depan pintu, matanya menyiratkan penuh kegembiraan.
Gadis itu terlihat sangat cantik dengan riasan tipis, rambutnya yang halus tergerai panjang seperti tirai beludru hingga ke pinggulnya. Pinggangnya ramping dan kaki jenjangnya yang mulus pasti bisa membius semua mata pria.
Melihat seorang wanita dengan kecantikan luar biasa itu menyapa Dias, para lelaki yang matanya jelalatan di kelas itu menjadi emosi lagi. Tapi Dias juga sangat bingung, siapakah gadis berambut panjang yang ada di depannya saat ini?
Gadis berambut panjang itu langsung berjalan ke arah Dias. Semua mata memperhatikan gadis itu yang tersenyum sambil berkata, "Bos, kenapa kamu tidak mengenaliku?"
"Siapa kamu?"
Dias mengerutkan kening, dia benar-benar tidak mengenali gadis yang ada di depannya ini. Siapa gadis cantik berambut panjang ini? Tapi tidak masalah juga bagi Dias jika dia tidak mengenal siapa gadis ini sebenarnya, asalkan cantik saja Dias sudah senang.
"Aku Kirana."
Kirana mengabaikan guru kelas Retno yang sedikit geram dan langsung mengambil tempat duduk di depan Dias.
Mendengar kata-kata "Kirana", semua laki-laki bermata jelalatan di kelas itu langsung bergidik ngeri. Mereka semua menatap curiga sekaligus heran pada gadis cantik berambut panjang ini, tetapi mereka sama sekali tidak bisa menemukan kesamaan diri gadis cantik ini dengan "Kirana" sang penindas yang mereka kenal.
"Ah, kamu ternyata pelayan kecil. Setelah kamu berubah menjadi wanita dewasa yang cantik, aku benar-benar tidak mengenalimu."
Dias tertegun sebentar lalu melihat ke atas dan ke bawah tubuh Kirana. Sekarang Kirana mengganti penampilannya, gadis kecil ini bahkan lebih baik dari yang dia harapkan. Jauh lebih cantik.
Kirana menggaruk kepalanya malu-malu, lalu berkata sambil tersenyum, "Bos, kamu memberitahuku untuk tidak lagi bergaya aneh-aneh. Tentu saja aku mendengarkanmu, jadi aku mencari penata gaya dalam semalam lalu mengubah gaya berpakaianku."
Semua mahasiswa di kelas itu melihat ke arah Kirana yang sedang berbicara dengan Dias. Kirana sebenarnya memiliki reputasi sebagai orang yang berkuasa di kampus ini, seperti Dinasti Qing yang menguasai China. Semua orang benar-benar tidak bisa mempercayai mata mereka saat ini.
Mereka semua terkejut dan heran, karena mata mereka melihat Kirana yang memanggil Dias sebagai "bos" yang berarti Kirana sangat menghormati Dias. Seorang gadis yang kaya, berkuasa, dan sombong ini benar-benar menyembah seorang anak laki-laki yang mengendarai sepeda Phoenix 28 bar yang sudah tua dan reyot?
Selain itu, Kirana memanggil namanya dengan bos Dias dan langsung mengubah penampilannya dalam semalam setelah mendengar kata-kata Dias. Bagaimanaitu bisa terjadi?
Apakah karena sesuatu hal yang sangat luar bisa telah terjadi?
Retno sebenarnya sangat marah saat melihat gadis cantik itu bersikap sangat tidak sopan di dalam kelas, tetapi saat dia mengetahui gadis yang tidak sopan itu adalah Kirana, kemarahannya langsung hilang. Mungkin tidak banyak orang yang tahu latar belakang Kirana, tetapi Retno tahu bahwa gadis ini bukanlah sesuatu yang bisa ditandingi orang lain, bahkan bagi rektor Universitas Gajah Mada.
"Dias adalah bosnya Kirana, apa yang terjadi?" Retno memandang Dias dengan wajah tenang, sambil berkata dalam hati.
Ketika semua orang bingung, Kirana melihat mahasiswa wanita yang duduk di sebelah Ririn. Kirana tersenyum lalu berkata, "Teman sekelas, tolong pindahkan tempat dudukmu. Terima kasih."
Wanita itu tidak berani menolak permintaan Kirana lalu langsung mengiyakan. Dia mengangguk dan buru-buru pindah ke kursi belakang.
"Komite kelas, kamu tolong pindah ke sana. Bos, kamu bisa ke sini." Kirana tersenyum dan berkata kepada Dias dan Ririn.
Ririn mengerutkan kening lalu memindahkan kursinya ke sisi kanan. Dias duduk di posisi Ririn, sedangkan Kirana duduk di sisi kiri Dias.
Kirana memandang Ririn yang sudah berpindah posisi dengan Dias, lalu berbisik kepada Dias, "Bos, mengapa komite kelas tampaknya takut padamu?"
Dias melirik ke arah Ririn, mulutnya terkulai lalu berkata kepada Kirana, "Mana ada dia takut padaku, dia takut padamu."
Kirana tampak berpikir lalu berkata dengan serius, "Tidak mungkin, aku kan mendukung pekerjaan komite kelas."
Dias tersenyum kecut, "Aku rasa kamu tidak selalu masuk kelas, apakah itu juga dianggap sebagai mendukung pekerjaan komite kelas?"
"Jika aku tidak mengganggunya, itu sama saja artinya bahwa aku mendukungnya." Kirana membalas dengan senyuman terpaksa juga.
Melihat Dias dan Kirana yang mengobrol dengan suara rendah, semua mahasiswa pria di kelas itu iri dan menyesal sekaligus. Mereka hanya bisa membatin, mengapa mereka sebelumnya sama sekali tidak menyadari bahwa Kirana begitu cantik?
Sekarang, semua mahasiswa laki-laki di kelas itu sepakat untuk mengakui bahwa teman kelas baru mereka, Dias, yang mengendarai sepeda Phoenix 28 bar tua itu benar-benar beruntung, bahkan terlalu beruntung.
Di samping kanan Dias, ada Ririn, bunga kampus yang lugu dan murni. Di samping kanannya, ada Kirana, penindas kaya yang luar biasa cantik, dan di podium ada dosen seksi Bu Retno yang bersikap sangat ramah kepada Dias. Anak baru ini benar-benar dikelilingi wanita cantik, sungguh bahagia hidupnya.
.
Di akhir kelas pagi, Ririn berdiri dari tempat duduknya lalu berkata kepada Dias. "Mahasiswa baru, saya dapat membantu Anda mendapatkan buku teks. Anda bisa menunggu saya di sini."
Setelah itu, Ririn keluar dari kelas tanpa menunggu jawaban Dias. Ririn tidak mau mengambil buku bahan ajar bersama Dias, jika tidak, Dias pasti akan mengajaknya bicara panjang lebar.
"Aku akan pergi ke toilet." Dias berkata kepada Kirana, lalu berjalan keluar dari kelas. Dia turun ke bawah lalu mengayuh Phoenix 28 tuanya sambil mengikuti Ririn jauh di belakang.
Karena sudah lebih dari tiga bulan sejak awal masuk ajaran baru, semua orang sudah menerima buku pelajaran. Buku pelajaran itu ada di gudang yang berada di pojok gedung jurusan Ilmu Komputer, jadi sekarang hampir tidak ada yang pergi ke gudang itu.
Setelah beberapa meter, ada gang panjang di depan Dias saat ini. Untuk menghindari terlihat oleh Ririn, Dias bersembunyi di sudut gang itu lalu menjulurkan dia kepalanya untuk melihat ke arah gang.
Apa yang Dias khawatirkan ternyata benar. Saat itu juga, ada beberapa orang pria yang salah satunya memiliki rambut dicat warna pirang menghentikan Ririn. Merek terlibat adu mulut.
.
Dias mengerutkan kening. Ketika ada seorang pria gemuk yang melintas di dekatnya, Dias mendekati pria gemuk itu lalu menahan pundaknya. Dias bertanya kepada pria gemuk sambil menunjuk ke arah pria berambut pirang, "Hei teman, mereka itu siapa? Dan apa yang mereka
Pria gendut itu memandangi rambut kuning dengan panik di wajahnya. Lalu dia berbisik kepada Dias, "Mereka adalah anggota dari Geng Serigala Hitam. Pemimpinnya bernama Yugo yang dijuluki Anjing Gila. Ada lusinan orang yang menjadi kaki tangannya, mereka menguasai daerah kampus kita. Mereka sering mengambil biaya keamanan dari toko-toko di sekitar kampus."
"Geng Serigala Hitam? Apakah ada geng seperti itu di Jogja? "
Dias bingung, dia akrab dengan geng-geng besar di Jogja, tapi dia belum pernah mendengar geng bernama Serigala Hitam.
Dias bertanya kepada pria gendut itu lagi, "Para gangster ini telah menerima uang keamanan dari sekolah dan toko-toko terdekat. Bukankah seharusnya tidak ada yang mengganggu mahasiswa lagi di kampus?"
Pria gendut itu memandang Dias dengan ekspresi bodoh lalu berkata, "Geng Serigala Hitam sangat kuat di Jogja. Tidak hanya kampus, bahkan polisi pun tidak berani menangkap mereka. Kampus memang dulu melindungi mahasiswa, namun setelah beberapa satpam dibubarkan, kampus tidak bisa berkutik lagi."
"Sombong sekali, sepertinya tidak ada yang akan menghentikan mereka. " Dias bergumam, tidak peduli seberapa kuat Geng Serigala Hitam itu, tetapi tidak ada yang mengambil tindakan untuk menghentikan mereka.
"Jaga dirimu, pria tampan. Aku akan pergi dulu." Pria gemuk itu lari dengan cepat karena takut ketahuan oleh beberapa gangster itu.
Meskipun Dias bisa dengan mudah menyelesaikan beberapa gangster bajingan itu, dia tidak ingin menunjukkan dirinya dulu. Karena dia ingin melindungi Ririn, Dias harus menjaga hidupnya agar terlihat tetap normal. Dias tidak akan mengambil tindakan ketika belum diperlukan. Master memintanya untuk melindungi Ririn, tapi dia tidak diperintahkan untuk menghabisi beberapa bajingan.
Tepat ketika Dias berpikir bahwa Ririn akan membayar biaya keamanan itu dan langsung pergi, suara kaku Ririn datang dari depan, "Biaya keamanan apa? Ini lingkungan kampus. Mengapa aku harus membayar biaya keamanan? Apa lagi dua ratus ribu, aku tidak akan pernah memberikan biaya hidupku selama setengah bulan. "