Mendengar perkataan Riri, Dias menyadari bahwa komite kelas yang tampak lemah ini sebenarnya begitu kuat sehingga dia tidak takut saat dikelilingi oleh para gangster.
Dias menjadi semakin tertarik. Dia hanya duduk di atas sepeda tuanya lalu mengamati keadaan.
"Oh, gadis ini cukup keras kepala ternyata. Kalau begitu, adikku tidak akan mengambil uangmu jika kamu membiarkan abang menciummu. Setelah itu, abangmu ini akan melepaskanmu."
Di antara para bajingan itu, ada seorang yang mengenakan jaket kulit dan giginya sedikit tonggos. Bajingan itu berkata, "Gadis ini benar-benar sangat cantik, hanya saja tidak tahu apakah kemampuan "ranjang"nya juga akan menyenangkan. Aku bisa membawanya ke hadapan anjing gila itu"
"Ya gadis ini memang cocok, tapi kita tidak cukup tahu, mungkin kita bisa mencobanya dulu sebelum menunjukkan kepada anjing gila."
Beberapa gangster itu terus berbicara perkataan kotor dan bahasanya melecehkan, mata mereka penuh nafsu memandangi Ririn.
Ririn mundur dua langkah dengan ketakutan, pipinya memerah karena malu, tapi dia masih berusaha bertahan lalu berkata, "Cepat pergi, atau aku akan memanggil polisi."
Seorang pria botak itu mencibir lalu mengulurkan tangannya untuk menggenggam pergelangan tangan Ririn, "Gadis kecil, percuma saja memanggil polisi, pergi saja dengan abangu."
Melihat hal ini, Dias tahu bahwa sudah waktunya untuk bertindak.
Ciiitt…..kertak...kertak...
Suara berderak yang aneh datang dari ujung gang, lalu sebuah sepeda Phoenix 28 bar yang berkarat masuk ke dalam gang. Rodanya berputar perlahan, kemudian Dias turun dari sepedanya dengan wajah ceria.
Di bawah tatapan beberapa bajingan dan Ririn, 28 bar tua itu berhenti di samping mereka. Dias tiba-tiba menoleh, menunjuk ke arah tangan Ririn lalu berteriak, "Lepaskan gadis itu."
"Sial, siapa si idiot itu? Kau meniru film superhero yang menyelamatkan Amerika Serikat? Lihat dirimu sendiri di cermin, hanya menunggang sepeda rusak seperti itu, berani-beraninya kau sok menyelamatkan gadis ini?"
Pria botak memandang Dias dengan jijik dan matanya berubah ganas. Dia berkata dengan dingin, "Kamu tahu siapa aku? Aku anjing gila geng Serigala Hitam. Cepat berikan uangmu lalu pergi dari sini, atau kau akan dipaksa putus kuiah."
"Apa yang mau dia dilakukan? Apa yang mau dia dilakukan? Mengapa dia datang, dia seharusnya pergi dan mencari seseorang untuk membantunya saat ini." Ririn membatin dengan sangat gugup karena melihat ekspresi kejam dari anjing gila itu. Ririn berbalik untuk melihat Dias, teman sekelasnya ini berbadan kurus. Dengan melihatnya sekilas saja dia pasti tidak bisa bertarung, bagaimana dia bisa melawan beberapa orang ini?
"Heh, bocah. Turun dari sepedamu."
Pria berambut pirang yang berada di belakang pria botak itu melangkah maju, lalu dia mengulurkan tangan untuk mengambil pegangan Phoenix 28 bar milik Dias.
Tetapi sebelum rambut pirang itu menyentuh pegangan sepeda, Dias menepuk punggungnya dan menamparnya. Rambut kuning itu mundur lima atau enam langkah, pipinya langsung bengkak seperti kepala kebo, dan darah langsung keluar dari sudut bibirnya.
Dias melihat ke rambut pirang, lalu dia berkata sambil menyunggingkan senyuman, "Ibumu tidak pernah mengajarimu sopan santun dengan orang lain? Kau tidak boleh menyentuh barang-barang milik orang lain tanpa izin."
"Berani-beraninya dia memukul anggotaku, lihat saja aku akan membunuhmu." Melihat seorang pria yang mengendarai sepeda tua begitu sombong, anjing gila itu tiba-tiba meledakkan amarahnya lalu dia mengeluarkan pisau lipat di tubuhnya. Mereka semua mengepung Dias.
Ketika Ririn melihat akan terjadi pertempuran, tubuhnya gemetar ketakutan. Tapi kemudian dia mengumpulkan keberanian untuk melangkah maju. Dia berhenti di depan Dias dengan tangan terbuka seakan menghadang para gangster itu lalu berteriak, "Dias, lari."
Kemudian Ririn menghadap para gangster sambil berteriak, "Kalian hanya punya urusan denganku, dia hanya lewa, tidak ada hubungannya."
Melihat punggung ramping Ririn, mata Dias berkedip dengan kaget. Dias kagum dengan keberanian gadis ini. Lalu Dias meraih lengan Ririn dan menariknya dalam satu tarikan kuat. Ririn kehilangan kendali atas tubuhnya yang tiba-tiba menjauh dengan ringan ke belakang.
Setelah Ririn mampu berdiri dengan kokoh, dia melihat beberapa anjing gila dengan wajah ganas itu menyapukan pisau lipat di tangan mereka ke arah Dias.
"Ah!" Seru Ririn sambil menutupi matanya dengan tangannya. Dia tidak berani menonton adegan berdarah dan kekerasan.
Buk...Buk...Buk...
Ketika suara perkelahian terdengar, Ririn menggertakkan gigi lalu berkata dalam hati, "Dias datang untuk menyelamatkanku, bagaimana aku bisa meninggalkan dia sendirian. Tidak, aku harus membantunya."
Ririn masih menutup matanya sambil berjalan maju. Dia melambaikan tangannya secara sembarangan tetapi tidak menyentuh apapun seolah-olah tidak ada orang di sekitar.
Ririn curiga, dia kemudian membuka matanya dengan hati-hati.
Ririn langsung tercengang saat melihat pemandangan di depannya saat ini.
Anjing-anjing gila itu semua tergeletak di tanah sambil mengerang kesakitan. Mereka menatap Dias dengan ketakutan, sementara Dias masih berada di atas sepeda Phoenix 28 tuanya. Dias mengalahkan semua orang ini bahkan tanpa turun dari sepedanya.
Melihat sosok tinggi Dias saat ini, Ririn langsung merasa dia sangat tampan!
"Meskipun dia memiliki mulut yang buruk, dia adalah orang yang baik, dan ilmu bela dirinya sangat hebat." Ririn berkata dalam hatinya.
Ririn hanya merasakan jantung kecilnya berdegup, kemudian rona merah muncul di kedua pipi putihnya. Ririn menggigit bibirnya sendiri lalu menggelengkan kepalanya berusaha menghentikan pikirannya sendiri.
"Anjing gila, ayo maju. Biarkan aku melihat betapa gilanya kamu."
Dias memberi isyarat dengan tangannya sambil berkata dengan senyum di wajahnya.
Anjing-anjing gila itu begitu ketakutan sehingga mereka mundur. Mereka tidak mengira bahwa seorang anak yang mengendarai sepeda tua reyot itu merupakan ahli bela diri.
"Bocah, kau berani mengalahkan geng Serigala Hitam? Tunggu aku, suaatu saat kau harus membayar sebanyak semua orang di universitas ini."
Anjing gila itu meninggalkan kata-kata kasar. Mereka berlari terbirit-birit hingga ada yang tersandung ke tanah. Mereka semua pergi melarikan diri.
Dias menginjak pedal hendak mengejar mereka. Ririn meraih tangannya, "Jangan mengejar, hati-hati mereka masih memiliki seseorang yang lebih berkuasa."
"Oke, aku akan mendengarkanmu, peri."
Dias kembali menatap Ririn. Ririn mengangguk tapi dia merasa tidak nyaman dipanggil seperti itu. "Jangan panggil aku peri, panggil aku Ririn."
Dias mengangguk dengan sungguh-sungguh, "Oke, Ririn."
Ririn kemudian berkata kepada Dias: "Ayo pergi, ambil buku bahan ajar."
Mereka berdua mengambil buku bahan ajar. Dias meletakkan buku-buku itu ke dalam keranjangnya. Dias menunjuk ke batang kayu yang berada di tengah sepeda sambil berkata kepada Ririn, "Ririn, kamu baru saja ketakutan. Aku mau mengajakmu untuk makan dan berjalan-jalan. Naiklah ke atas sepeda."
Ririn melirik ke batang besar dan ingin menolak, tapi dia berpikir lagi bahwa Dias telah menyelamatkan dirinya saat ini, jadi dia harus membalas kebaikan Dias. Pada akhirnya, Ririn mengubah pikirannya dan duduk di bar.
"Baiklah."
Dias menaiki sepeda dan berada dekat dengan Ririn. Dias merasakan aroma tenang dan elegan dari seorang gadis muda yang terhirup oleh ujung hidungnya. Dias mengendusnya dengan ringan lalu melihat ke bawah untuk melihat dada Ririn. Sesuatu yang putih dan mulus terlihat oleh matanya. Ririn yang melihat ke depan saat ini, tidak menyadari tatapan Dias.
Dua puluh delapan jeruji tua itu melintasi kampus, Dias dan Ririn naik turun dengan roda dua itu membentuk pemandangan yang aneh. Pemandangan itu benar-benar membuat semua mahasiswa gelisah dan cemburu.
Semua orang terpana melihat bunga kampus yang murni duduk di atas batang dua puluh delapan yang tua dan reyot itu.
Dengan cepat, berita itu menyebar di seluruh penjuru kampus hingga masuk ke berita utama di web kampus yang menyebabkan sensasi yang luar biasa.
Ada berbagai judul di berita kampus. Postingan dengan jumlah klik terbanyak adalah "Gadis Kampus yang Murni Duduk di Bar Besar Pria Misterius, Tiba-tiba Naik dan Turun".