Chereads / Dendam Lama di Kehidupan Kedua / Chapter 4 - Kekuatan Aneh

Chapter 4 - Kekuatan Aneh

Tiba-tiba, suasana di kelas menjadi aneh.

Meskipun Jelita Wiratama selalu menjadi peringkat pertama di kelas, tapi dia dikenal sangat lemah dalam pelajaran kimia dan fisika.

Oleh karena itu, semua orang dengan berani menebak bahwa sia-sia saja dia menyerahkan kertas ujiannya itu!

Ada yang tidak peduli, ada yang mengkhawatirkannya.

Zafran Mahesa yang duduk di belakang melihatnya dengan cemas ketika Jelita Wiratama menyerahkan kertas ujiannya lalu keluar ruangan ujian. Dia hanya bisa menghela nafas melihat Jelita Wiratama dan ingin menghentikannya. Zafran Mahesa segera mempercepat menyelesaikan ujiannya.

Setelah keluar ruangan, Jelita Wiratama berjalan sambil berpikir, sekarang Jelita Wiratama ingin membuktikan satu hal, sesuatu yang sangat luar biasa.

Setelah melewati gerbang sekolah, dia berjalan lurus ke barat terlihat ada kuburan di Kota Pasuruan, di mana biasanya tidak ada orang sama sekali disitu. Ketika dia sampai di kuburan, dia menemukan pohon yang teduh lalu duduk dibawah pohon tersebut.

Di sore hari pertengahan musim kemarau, matahari terasa sangat terik, dan panas yang terik itu seakan-akan membakar bumi, seolah-olah tanah mengeluarkan asap yang panas, membuat orang-orang dengan mudah berkeringat.

Kalau saja ada es krim yang dingin dan enak!

Jelita Wiratama menatap tajam ke telapak tangannya, jantungnya berdebar kencang.

Tiba-tiba ada rasa kesejukan dari telapak tangan Jelita Wiratama, dan secara perlahan terbentuklah wujud es krim putih di telapak tangannya itu. Terlihat es krim berbentuk persegi panjang memenuhi dua pertiga dari telapak tangan Jelita Wiratama.

"Ini, ini, ini… apakah ini kenyataan?" Jelita Wiratama, yang memiliki mental berusia tiga puluh dua tahun, sungguh dia sangat terkejut. Ini benar-benar di luar dugaannya, dan bahkan… itu bisa dikatakan sebuah kekuatan supranatural.

Jelita Wiratama mencoba memaksakan dirinya untuk tenang, berbagai es krim secara bertahap muncul di samping Jelita Wiratama, dan di seluruh bawah pohon. Es krim yang pertama muncul sudah mulai meleleh, aroma susu yang kental mulai tercium.

Jelita Wiratama memakan semuanya dan yakin bahwa ini asli dan kenyataan.

Jelita Wiratama menelan ludahnya, matanya masih terbelalak, tangannya sedikit gemetar, lalu uang seratus ribu rupiah muncul di telapak tangannya. Jelita Wiratama sangat terkejut sampai ingin berteriak, dia menepuk dadanya yang berdenyut-denyut dan mengulurkan tangannya. Benda hitam yang bentuknya tidak beraturan perlahan-lahan mulai terbentuk di telapak tangannya. Kemudian bentuknya semakin jelas dan berbentuk seperti guntur kecil di telapak tangannya.

"Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh" dia tidak bisa menahan diri untuk berteriak lagi.

Suara itu bergema di langit dan juga di kuburan. Jika ada orang yang lewat, orang yang lewat itu akan merasa sangat ketakutan dan mengira bahwa mereka sedang dihantui di siang hari.

Tapi Jelita Wiratama, pelakunya, berguling-guling di tanah yang berlumuran lelehan es krim dengan perasaan penuh kegembiraan, tanpa sadar seluruh tubuhnya dipenuhi krim yang sudah meleleh.

Sungguh, sangat bahagia!

Jelita Wiratama kehilangan kehidupan sebelumnya. Dia menukar kematian dengan kehidupan yang baru, kemudian mendapatkan kesempatan ini. Setelah mengalami kesulitan yang bertubi-tubi, akhirnya dia melihat titik terang yang membuatnya sangat bahagia, bagaimana bisa ini tidak membuatnya bersemangat!

Tentu saja, dia bukanlah gadis berusia empat belas tahun yang sebenarnya, tidak lama kemudian dia kembali bersikap normal hanya dalam waktu singkat. Bersandar di pohon, kemudian dia terus memikirkan tentang mimpinya tadi malam, mimpi yang begitu nyata dan menakutkan.

Dalam mimpi itu, seorang gadis muda bernama Jelita kehilangan ingatannya dan dibawa kembali oleh Profesor Surya ke planetnya, planet Jupiter. Sejak saat itu, dia memulai caranya untuk memurnikan senjata. Meski kehilangan ingatan, bakat supranatural Jelita masih luar biasa. Hanya dalam beberapa dekade, dia telah menjadi pemurni senjata militer utama Raja Bintang. Di Raja Bintang, barang apa pun perlu dimurnikan oleh manusia menggunakan kekuatan supranatural, oleh karena itu, para ahli pemurni senjata sangat penting sehingga setara dengan harta nasional. Terlebih lagi, ketika semua orang mencari peluang untuk meningkatkan kekuatan supranatural mereka, Jelita seperti membuka kesempatan, sehingga kekuatan supranatural mereka dapat meningkat.

Ketika Jelita menyadari bahwa dia dapat mengendalikan binatang, yang tidak diragukan lagi merupakan ancaman besar bagi penguasa bintang dan bahkan aliansi planet. Kemudian membuat para alien bersaing dengan manusia, jika dibandingkan, kekuatan mereka setara. Jika ada seseorang yang mampu mengendalikan para alien, betapa sebuah ancaman besar bagi penguasa umat manusia!

Akibatnya, Jelita dieksekusi oleh Pengadilan Militer Aliansi Planet, dan ayahnya yang terlahir kembali, Profesor Surya, hanya punya waktu untuk mentransfer sumber kekuatan supranaturalnya ke luar angkasa dan menempatkannya di atas asteroid. Dan asteroid ini adalah cahaya yang dilihat Jelita Wiratama sebelum dia meninggal.

Kekuatan supranatural dari pemurni senjata terbaik Jelita Wiratama melekat pada kepalanya. Hal semacam ini terdengar seperti sebuah fantasi, tetapi itu memang nyata adanya.

Jelita Wiratama merasa bahwa otaknya telah diperluas tanpa batas, jika sebelumnya otaknya hanyalah aliran, sekarang otaknya adalah lautan yang tak berujung, luas dan dalam.

Kekuatan supranatural Jelita melekat pada pikirannya, dia tidak dapat merasakan perbedaan sedikit pun, seperti pikiran Jelita yang semula, dan pikiran dua orang lain bergabung menjadi satu, bukan tentang siapa yang mengontrol siapa, tetapi... kembali.

Ya, kembali. Seperti dua orang akhirnya bergabung menjadi satu, lalu bersatu untuk membentuk dirinya yang lengkap, yaitu Jelita Wiratama.

"Jelita Wiratama!"

Raungan keras seperti guntur di tanah, membangunkan Jelita Wiratama dari fantasinya. Dia menatap pemuda yang sedang berjalan ke arahnya dengan wajah terpana. Pemuda berkulit putih dan wajah halus tertutup awan merah karena amarahnya. Dia menatap Jelita Wiratama dengan mata tajam.

Kesadaran Jelita Wiratama kembali, dan langsung teringat siapa pemuda ini.

Dengan cepat Jelita Wiratama bangun dari tanah, menepuk-nepuk pakaiannya yang berlumuran es krim, lalu menyapa dengan nada cepat "Hei, Zafran, kamu sudah menyelesaikan ujian rupanya"

Mendengar nada bicara Jelita Wiratama yang terdengar seperti meremehkan, Zafran Mahesa merasa semakin marah. Zafran Mahesa tidak suka orang yang keras kepala lalu berkata, "Kamu tadi menyerahkan kertas kosong bukan? Jelita, apakah kamu masih ingin masuk ke SMAN 1 Pasuruan?"

Kapan Jelita Wiratama mengatakan bahwa dia menginginkan SMAN 1 Pasuruan?

Jelita Wiratama ingin membantah, tetapi melihat anak laki-laki itu hampir menangis, dia mengurungkan niat untuk membantah lalu dengan tenang menjawab, "Aku tidak menyerahkan kertas kosong."

Zafran Mahesa tercengang, dan dia langsung menyahut dengan pertanyaan "Benarkah?"

"Iya benar, aku sudah menyelesaikan semuanya. Kamu akan tahu nanti ketika hasil nilai ujiannya keluar." Jelita Wiratama melihat ekspresinya berubah dari kemarahan menjadi kegembiraan, lalu kemudian melanjutkan, "Tapi, aku mungkin tidak mendapatkan hasil yang cukup baik dalam ujian kali ini. Jadi, aku berencana untuk melanjutkan ke sekolah menengah di SMAN 5 Pasuruan."

"Apa?" Anak laki-laki tampan itu menjadi geram lagi.

Sudut mata Jelita Wiratama berkedut sedikit, dan dia tidak bisa memahami mengapa penampilan dan suara Zafran Mahesa begitu berbanding terbalik. Dia mengangguk dan terus menjelaskan, "Aku punya alasan pribadi dan tidak bisa menjelaskannya padamu untuk saat ini. Tapi, aku harap kita terus bisa bersama, Zafran."

Zafran Mahesa menatapnya, kata demi kata, dengan sangat serius.

"Tapi, tapi Kakek berharap kamu akan pergi ke SMAN 1 Probolinggo bersamaku. Jangan marah. Kakek tidak memiliki maksud lain. Bagaimanapun juga, SMAN 1 Pasuruan adalah SMA terbaik di Pasuruan. Pendidikan di sana jauh lebih baik."

"Tentu saja, lebih nyaman bagiku untuk menjagamu, Jelita". Zafran Mahesa berkata di dalam hatinya.

Dia berpikir bahwa Jelita Wiratama mengabaikan saran kakeknya, jadi dia menolak untuk pergi ke SMAN 1 Pasuruan dan malah mempertimbangkan SMAN 5 Pasuruan. Oleh karena itu, dengan bersemangat dia menjelaskan kepada jelita Wiratama manfaat bersekolah di SMAN 1 Pasuruan.

"Zafran, bukankah Kakek sudah pensiun? Aku akan pergi ke Probolinggo bersamamu setelah ujian besok."

"Apa?"

"Desa kanigaran seperti musim semi di segala musim, pemandangannya begitu menawan. Udaranya sangat bagus untuk kesehatan. Sejak kakek pensiun, dia harus mencoba menikmati hidup. Ayo bawa kakek ke Desa kanigaran besok dan bersantailah sebentar."

Jelita Wiratama tersenyum sambil menatap Zafran Mahesa yang tidak bisa menjawab ucapannya.

Sekarang Jelita Wiratama telah memutuskan untuk membuat orang-orang yang dia sayangi serta orang-orang yang peduli padanya untuk hidup dengan baik, bagaimana mungkin Jelita Wiratama tidak mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari semua kemungkinan bahaya di kehidupan ini!

Tidak peduli betapa sulitnya itu.

Dalam hidup ini, Jelita Wiratama akan terus melindungi mereka!