FLASHBACK ON
Sebulan sebelum upacara penerimaan siswa baru. Chapter ini menceritakan flashback atau masa dimana kejadian penolakan naas Aerin Tann terjadi. Masa dimana Rin masih di Amerika, yaitu New York sebelum pindah ke negara Jepang.
New York, pukul 19.00
Kamar Rin...
Seorang gadis ayu sedang sibuk menata pakaian dan memasukkannya ke dalam koper besar miliknya. Menatanya serapi mungkin agar bisa memuat pakaian yang ingin ia bawa.
"Sepertinya, aku memang tidak bisa membawa semuanya ya? Tidak muat! Sayang saja jika pakaian kesayanganku ini ditinggal. Aku kan akan tinggal lama di sana dan kemungkinan tidak akan pernah lagi kembali ke negara ini. Banyak hal tidak menyenangkan terjadi kepada diriku di sini, aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Papa benar, lama-kelamaan di sini bisa membunuhku secara perlahan. Aku tidak bisa terus seperti ini, aku harus berubah! Di Jepang nanti, jangan sampai ada yang tahu wajah asliku! Aku harus menyembunyikan kecantikanku agar tidak membuat masalah seperti yang terjadi di sini! Ya, aku tak akan membiarkan kesalahan yang sama kembali terulang! Ini demi orang tuaku dan lebih dari itu, ini juga demi diriku sendiri." Gumam Rin.
Seorang ibu paruh baya terlihat sedang mengkhawatirkan anak perempuannya.
"Kau sudah yakin dengan keputusanmu, sayang?" Tanya Rina Tann, Ibu Rin.
Rin menangguk pasti. "Tentu saja, Mama. Papa sudah mengusahakan yang terbaik untukku, jadi jika ingin berubah maka aku akan mengikuti keputusan papa." Jawab Rin.
Rina memeluk anaknya dengan erat. "Maafkan mama dan papa, sayang. Harusnya kami bisa lebih menjagamu dan tidak membuatmu kesulitan seperti ini."
Rin menggeleng. "Aku yang salah, Ma.. Aku yang tidak berhati-hati."
"Jadi, ada yang perlu Mama bantu?"
"Semua sudah beres, Ma! Aku siap pergi ke Jepang! Tidak perlu menunda-nunda lagi! Aku sudah rindu pada kakak dan kakek! Ingin segera jumpa dengan mereka!"
"Anak Mama semangat sekali. Dengan ini, kekhawatiran Mama sedikit berkurang. Ingat sayang, Mama hanya ingin yang terbaik untukmu. Maafkan Mama dan Papa yang seenaknya saja membuat keputusan untuk mengajakmu pindah ke Jepang meski pada dasarnya kau sangat mencintai Amerika."
"Banyak kisah manis di Amerika, tapi aku yakin bisa membuatnya lagi di Jepang! Aduh Ma, jangan khawatirkan terus kenapa sih? Jadi mellow kan suasananya?"
Dua ibu dan anak ini kembali saling berpelukan. Menggantungkan asa indah dari keputusan untuk pindah negara.
Sang ayah, Kareem Tann memasuki kamar. "Ayo, kita harus segera berangkat ke negara Jepang!"
"Siap!!"
***
Negara Jepang...
Negara Jepang adalah negara dimana tradisional dan teknologi hidup berdamping. Bangunan sejarah yang masih terawat di antara kemajuan jaman. Teknologi robot, anime, manga, kehidupan kultural, semua menjadi satu. Belum lagi soal satu ini, bunga sakura. Bunga yang mekar bersamaan yang nampak sangat indah.
Sesampainya di Negara Jepang, Rin dan keluarganya langsung menuju mansion mewah milik sang kakek, Jean Tann. Rumah yang terlalu besar untuk ditinggali berdua dengan sang cucu satunya, meski ada banyak maid juga di rumah itu. Cucu satunya di sini yang dimaksud adalah kakak kandung dari Aerin Tann, Sean Tann.
Kedatangan Rin membuat sang kakek merasa sangat gembira. Cucu ke duanya yang sangat ia rindukan. Meski ia bisa dengan mudah menemui sang cucu, tapi karena kesibukkan bisnis membuat mereka jarang bertemu.
Waktu memang sangat berharga, ya?
Menjadi kaya memang tak serta-merta bisa membayar kuantitas waktu untuk kumpul dengan keluarga.
"Bagaimana? Sekolah itu tidak kalah dengan sekolah yang ada di New York, kan?" Tanya Kakek Jean.
Rin berhenti membolak-balikkan brosur AIHS di tangannya. "Hm, sekolahnya terlihat bagus. Fasilitasnya juga mendukung. Apa sekolah ini sungguh milik paman Marlon, Kek?" Tanya Rin.
Jean meminum kopinya. "Tentu, Zayn juga masuk sekolah itu. Kau tidak akan kesepian karena ada teman masa kecilmu!"
Rin tersenyum. "Ah, si muka rubah itu ya? Baiklah, aku akan masuk sekolah itu. Lagipula, disitu juga ada kakak. Dia sudah berjanji akan menjagaku." Dengan semangat, ia mulai mengisi formulir pendaftarannya.
Paman Marlon adalah sahabat dekat orang tua Rin dan memiliki anak tunggal yang juga menjadi sahabat dekat Rinn sejak kecil. Paman Marlon adalah seorang kepala sekolah di A Internasional High School, sekolah menengah atas yang menjadi tujuan Rin sekolah nanti.
"Benar juga, kakakmu masih mengikuti pertukaran pelajar selama sebulan di Suna Internatinonal High School. Dia akan kembali saat kau masuk nanti."
"Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya. Sudah hampir setahun tidak bertemu. Aku yakin dia akan bertambah tinggi. Apa kakakku semakin tampan? Apa dia sudah memiliki kekasih?"
Rin dan sang kakak, Sean Tann, tidak tinggal bersama. Rin ikut orang tuanya di Amerika, sedangkan Sean ikut sang kakek di Jepang.
Jean, Kareem, dan Rina terlihat tersenyum melihat Rin bersemangat seperti itu. Masalah yang sempat membuat Rin depresi mulai memudar. Berharap jika luka itu akan segera lenyap dari ingatan Rin.
"Apa kau akan mengubah penampilanmu seperti dulu lagi, sayang?" Tanya Mama Rina.
Rin lantas menoleh ke sang ibu. "Tidak, Ma! Aku menyukai penampilanku yang seperti ini." Suara itu terdengar tegas.
Penampilan yang Rin maksud adalah penampilan sebagai gadis culun, berkaca mata, dan selalu memakai pakaian kebesaran. Intinya, penampilan yang 'enggak' banget untuk dilihat.
"Sudah, biarkan saja!" Kata Papa Kareem. Rina memandang sedih pada Kareem. Kareem membalas dengan senyuman khasnya. "Biarkan Rin melakukan apa yang dia mau. Selama itu baik untuknya, aku akan mengizinkannya." Lanjutnya.
"Aku hanya khawatir dia kesulitan mendapatkan teman dengan penampilannya yang seperti itu." Kata Mama Rina.
"Mama tidak perlu khawatir. Aku pasti akan mendapatkan teman! Mungkin memang tidak banyak, tapi jika ada yang mau berteman denganku karena penampilan culunku, maka aku yakin, teman itu adalah teman yang baik untukku. Teman yang bisa menerima kekuranganku." Kata Rin.
"Rina, aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi lihatlah Rin, dia serius dengan ucapannya! Dia pasti bisa melalui masa sulitnya! Biarkan dia bersenang-senang dengan masa mudanya!" Kata Kakek Jean yang disetujui oleh Kareem.
Dan seperti itulah yang terjadi sebelum akhirnya Rin memutuskan pindah ke negara Jepang.
***
Fakta lapangan yang terjadi, rupanya Rin tidak menepati janjinya. Karena ditolak oleh Elyasa Kei, ia malah menunjukkan wujud aslinya. Menunjukkan betapa cantiknya dirinya kepada dunia dan berniat untuk membalas perlakuan Kei yang sudah menyakiti perasaannya!
FLASHBACK OFF
***
Sekilas tentang alasan kenapa memakai negara Jepang, hal ini dikarenakan author ingin memakai sensasi indahnya negara dengan 4 musim. Dan Jepang adalah pilihan yang paling tepat. Penggunaan nama tidak mengikuti Je-Jepangan, sedikit nyerempet saja agar mudah diingat.
Chapter selanjutnya adalah BELUM waktu normal. Selamat membaca! Nanti akan saya kasih kode biar tidak bingung.