Sebelum memasuki peti mati, Kakek Tono melirik ke arah Rio. Pemuda dua puluh tujuh tahun ini, dalam kata-kata dan perbuatannya, anggun dan tenang, bercampur dengan aura yang tidak bisa dijelaskan.
"Jika Keluarga Purnama-ku ada di Jakarta, kau Rio bisa menutupi langit hanya dengan satu tangan!" Kakek Tono tersenyum sedih, "Selamat tinggal keluargaku." Setelah mengatakan itu, Kakek Tono berbaring di peti mati nanmu emas.
Panel peti mati yang berat ditutup dengan susah payah oleh beberapa orang kuat, diangkat, dan dimuat ke dalam mobil. Tujuannya adalah Taman Hutan Keluarga Purnama tempat para leluhur Keluarga Purnama dimakamkan. Pada saat ini, kemarahan Rio benar-benar lenyap. Melambaikan tangannya, menunjukkan bahwa Susan boleh pergi.