Revan menundukkan kepalanya dan menggigit jeli di samping mulutnya, dan mengusap bibir lembutnya. Emosinya sedikit di luar kendali: "Kayla--" Rasa gugup tiba-tiba mengendur, membuatnya ingin memeluk orang itu.
"Kamu ..." Kayla melebarkan matanya dan melihat bulu mata Revan semakin dekat. Akhirnya, kedua bibir itu bergesekan satu sama lain, dan dia merasakan cahaya putih di benaknya.
Revan mengangkat tangannya untuk menyapu makanan ringan di sofa, dengan hati-hati membaringkan Kayla, dengan lembut mencium pipinya, dan tangan besar yang memegang pinggangnya.
"Kayla--" Dia memanggil namanya berulang-ulang, dan setiap kata seperti gunung berapi yang bisa membakarnya menjadi genangan air.
Kayla masih sedikit gugup, tetapi tidak bisa mengendalikan keinginan untuk mendekatinya.Tangannya hampir tanpa sadar naik ke leher Revan, seolah-olah dia telah melakukannya berkali-kali.