Love Under THe Eyes “Aku hanya ingin mencintaimu sampai kapanpun” -DN

🇮🇩Arlandisme
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 4.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

" Mien, apa yang sedang kamu lakukan, aku tidak mahu kamu kecapean!"-Ucap Dion pada Mien dengan sangat kwatir.

"Aku tidak apa-apa Dion, kamu tenang ajalah, sayang!" Balas Mien kepada Dion.

Mien adalah wanita yang Dion cintai. Mien masih muda usianya, di Bulan Juni esok Ia merayakan ulang tahun yang ke 25 Tahun. Kecintaan Dion terhadap Mien tidak bisa diabadikan dengan kata-kata ataupun dilukiskan perupa paling hebat sekalipun.

Mien tidak begitu cantik, ia berambut panjang terurai, mata lentik bak Purnama, dan selalu memakai kardigan rajutan abu-abu.

Dion tidak pernah mengharapkan balasan cinta dari Mien, bukan cinta Mien yang ia cari, dengan hanya mencintai Mien itulah hartanya yang paling berharga.

"Terkadang pria lupa untuk mensyukuri gadis yang ia cintai, mereka hanya menikmati tubuh, kecantikan dan setelah itu dibuang jauh dari pandangan.

"Apalah artinya cinta-nya, yang hanya memetik indah bunga?" Jika ia mencintai bunga maka ia menyirami nya penuh kehati-hatian.

Pukul 17:00.

Dion pulang kerja ke rumah kontrakan nya di Hoisin. Hoisin desa yang cukup tenang, penduduknya yang ramah, dan kehidupan desa cukup kental.

Dion memilih tinggal di Hoisin untuk bisa dekat ke tempat Mien yaitu desa Sotoru yang berbatasan dengan desa Hoisin, jika ingin menuju desa Sotoru harus melalui desa Hoisin terlebih dahulu.

Desa Sotoru lebih jauh dan berada diatas pegunungan. Rencana awal Dion ingin tinggal di desa Sotoru, hanya saja, akses kendaraan dari kota Minotoko ke desa Sotoru hanya ada 1 minggu sekali.

Kendaraan itu hanya sampai didesa Hoisin, maka Dion memutuskan untuk mengambil alternatif mengontrak di Hoisin agar ke tempat kerjanya terjangkau. Jika mau bertemu Mien ia bisa berjalan kaki atau bersepeda.

Di hari yang sama. Musim Panas.

Dion menelphone mien.

Tut..tut..tut..tut.. (dering telephone)

12 kali telepon Dion tidak diangkat. Kepala Dion mau pecah, hatinya berkecamuk, degup jantung nya tak seirama, nadinya berputar arah, pikirannya menuju samudra Atlantik, perasaannya begitu penuh kerisauan, ada seribu tanya membuat dia kwatir. Badan-nya begitu lelah, namun rasa kwatir lebih besar dari lelah nya.

Ia berlari sekencang nya, menuju desa Sotoru, yang butuh bila berjalan 4 jam lebih kesana.

Ia terus berlari kedepan, Tak ada kerisauan, tekat nya kuat. Sekuat Tank yang siap menerjang lawan di depan. Peperangan batinnya terus mengusik. Ia tetap menelphone Mien, sambil mengoceh, dan berlari.

"ada apa dengan Mien, kenapa tidak mengangkat telp-ku" ah, ayo Mien aku mohon angkatlah telp ku.

Namun tetap saja tidak ada yang mengangkat telp-nya.

Dia terus berlari, akan tetapi matanya mulai berkunang-kunang, ia lupa bahwa ia belum mengisi sedikit pun makanan dalam perutnya. Tapi ia terus berlari, menuju rumah Mien.

"Aku harus kuat, aku tidak mau Mien kenapa-kenapa" ujar Dion sambil menangis.

Brugh (jatuh)

Ia menatap langit, tubuh nya lemah, air mata mengalir di pipi nya. Ia tidak bisa menggerakkan tubuh, sesaat ia melihat wajah min, lalu ia pingsan.

Dion membuka mata, suasana yang tidak ia kenali.

("Dialog")

"Dimana aku?" Dengan suara yang lemah.

-Dari sudut ruangan 4X5 meter, muncul suara, laki-laki paruh baya.

"aku menemukan-mu, pingsan di kaki gunung Rasuma, aku membawamu kesini!" Ujar laki-laki itu.

"apa yang terjadi denganku?"Pak Tua, Apa kamu melihat perempuan yang bersamaku tadi?" Dion sambil mencoba berdiri.

"Kamu mau kemana?" Jangan kamu paksakan bergerak, dengan tubuh yang masih melemah begitu" Pak tua berusaha menahan Dion.

Sepanjang aku menyelamatkan kamu tadi, aku tidak melihat seorang pun ada bersama kamu!" Ujar Pak Tua tersebut.

"Dengan nada tinggi Dion berkata :

Ada Pak tua, sebelum saya tidak sadarkan diri, dia ada di depan mataku, aku serius!" sambil memegang kerah baju pak tua tersebut dan mata yang berkaca-kaca.

"Aku tidak bisa berlama-lama, aku harus menemui Mien, dia sedang menungguku, aku kwatir kepada dia pak tua, aku sangat kwatir." Sambil menangis Dion dan Terisak.

"kalau kamu memaksa, aku tidak bisa menahan!" Ujar pak tua."Sebenarnya kamu mau kemana? Di musim panas ini angin Soutun sering muncul tidak terduga". Meyakinkan sekali lagi.

"Aku mau ke desa Sotoru pak, aku mau menemui Mien. Aku kwatir!" Tegas Dion.

"Apa desa Sotoru?, desa itu telah dibawa angin 5 tahun yang lalu" setahu saya desa itu telah hancur dibawa badai". Ujar pak tua panik.

"Huh, jangan bercanda pak tua, dengan alasan begitu, itu tidak membuat saya gentar. Desa itu masih ada, anda jangan mengada-mengada. Saya pergi!" Terima kasih atas tumpangan dirumah ini. Jika bertemu lagi saya akan membalas pak tua". Dengan tidak memperdulikan kata pak tua Dion pergi menuju desa itu.

"Nak, tunggu!". Pak tua ingin menahan, namun dilihatnya tekat anak muda perjuangkan cinta, ia tergugah." Ini bawalah sedikit bekal untuk perjalanan kamu". Hati-hati dalam perjalanan. Tidak usah sungkan singgah kemari, jika bertemu kekasih mu, bawalah dia kemari. Aku ingin tahu seperti apa gadis yang membuat kamu seperti ini." Ucap pak tua

Baik pak, terima kasih" dengan senyuman Dion langsung berlari sekencang nya.