Chereads / Being Your Sugar, Baby / Chapter 4 - Bab 4 Kesenangan Diakhir Pekan

Chapter 4 - Bab 4 Kesenangan Diakhir Pekan

Andrea dan Reyma akhirnya menoleh ke belakang saat mendengar sebuah decakan dan saling pandang. Mereka melihat Azka yang sudah memasang mode bosan kemudian seulas senyum terpampang manis di bibir keduanya.

"Ada apa?" suara seksi Azka meluncur bersama decakan kedua dan di sambut dengan gelak tawa riang dari Reyma dan Andrea.

"Kamu ini kenapa? Bicara tidak sekalinya bicara sangat sinis," kesal Andrea dan mendapat hadiah tatapan tajam .

Hal itu membuat Reyma terhenyak. "Apa kalian tak seakrab yang ku pikirkan?" tanyanya sambil tetap fokus pada jalanan.

"Tentu salah. Lelaki tampan nan kaya di belakang itu sangat susah untuk di ajak berteman. Sepertinya ia terlalu pemilih," ucap Andrea acuh dan mendapat hadiah sentilan dari tangan panjang Azka. "Dia juga kasar," lanjut Andrea sambil mengusak kepala bagian sampingnya.

"Jaga ucapanmu," kesal Azka membuat Andrea menoleh dan memberikan tatapan sinis namun memilih tak menyahut.

Merekapun sampai di depan apartemen. Reyma memilih langsung pergi bekerja di banding harus singgah dan melihat apartemen milih kedua teman barunya itu. Ia pun mengingatkan Andrea untuk mempersiapkan diri agar di akhir pekan rencana mereka tak berantakan dan diangguki oleh gadis itu. Mobil itu pun berlalu menuju kawasan elite di Kota Kembang.

Andrea dengan cepat berlalu menuju unitnya. Ia sama sekali tak menoleh pada Azka yang berjalan di belakangnya. Entah kenapa sikap Azka yang tak sedingin sebelumnya saat bersama Reyma membuatnya kesal. Ia ingin menumpat dalam hati karena sudah lebih dulu masuk ke dalam pesona lelaki jangkung itu.

"Andrea," suara Azka memenuhi seluruh ruang kosong di dalam lift karena memang hanya ada mereka berdua. "Andrea," ulangnya karena Andrea sama sekali tak merespon. Ia pun menghela napas karena Andrea memilih keluar lebih dulu dan segera masuk ke dalam kamarnya. Azka tiba-tiba saja di buat bingung dengan kelakuan gadis itu. Ia mulai berpikir apakah ucapannya kemarin menyakiti gadis itu, tapi sepertinya tidak karena ia mengatakan yang sebenarnya. Azka memilih berlalu dan tak mau ambil pusing. Ia tak masalah kalau Andrea tak mau berteman dengannya lagi, toh masih banyak yang mau berteman dengannya.

Sementara itu, Andrea terus saja mengomel saat sudah sampai di dalam kamarnya. Ia menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke kasur. Matanya menatap dengan nyalang langit-langit kamar. "Dengan Reyma saja ia mau bicara walaupun baru mengenalnya. Sedangkan denganku butuh waktu berhati-hari bahkan aku harus menurunkan harga diriku demi bisa mendengar suaranya," gumam Andrea dengan kesal. "Kamu benar-benar menyebalkan, Azka Pradipta." Gerutunya lagi. Ia pun memilih bangun dan segera membersihkan badannya yang lengket dan bau keringat tentunya. Di dalam kamar mandi bayang-bayang kedua orangtuanya mulai bergelayut manja. Andrea ternyata merindukan mereka yang sudah satu minggu ini tak pernah di temui atau bahkan bertukar kabar. Ia tahu kedua orangtuanya pasti sangat sibuk dan lupa jika anak gadisnya sudah tidak tinggal di rumah. Andrea menyudahi acara mandi dan segera menuju dapur. Ia merasa lapar sekarang. Ia sekali lagi menggerutu saat menyadari tidak ada bahan makanan sama sekali di sana. Bahkan ia pun belum mahir memasak. Dengan langkah setengah tenaga, Andrea kembali ke kamar dan memilih memesan makanan. Ia terlalu malas untuk keluar lagi.

Andrea melihat jam yang teronggok di dinding dan mengernyitkan dahi saat mendengar bel pintu apartemennya berbunyi. Ini baru beberapa menit yang lalu ia memesan makanan tapi kenapa sudah datang saja. Dengan langkah penuh semangat ia pun membuka pintu.

"Aku tahu kamu pasti lapar," ucap Azka sembari menyodorkan kotak makan kepada Andrea yang diam membisu. "Ambil," lirih Azka yang entah di dengar atau tidak oleh Andrea. "Ambil Andrea," Azka menaikkan satu oktaf suaranya karena Andrea masih diam dan tak meresponnya sama sekali.

Andrea terkesiap dan mendengus kesal. "Apa?" kesalnya.

"Makanan untukmu," kata Azka. "Sebagai ucapan maaf atas ucapanku kemarin," imbuhnya sebelum Andrea menjawab.

Andrea sudah setengah mati menahan bibirnya agar tidak tersenyum. "Aku sudah pesan makanan," jawabnya dengan acuh membuat Azka menghela napas.

Azka tak menjawab. Lelaki itu memilih pergi begitu saja dan membuang kotak makanan ke tong sampah membuat Andrea terpekur di tempatnya. Dengan segera Andrea mengejar Azka, namun terlambat karena lelaki itu sudah lebih dahulu masuk ke dalam unitnya. Andrea tak menyangka Azka akan melakukan hal seperti itu. Ia pun menyesal karena sudah mengerjai lelaki itu. Andrea memutuskan untuk kembali ke unitnya dan merebahkan tubuhnya di sofa. Hari ini ia cukup lelah. Andrea tertidur dengan membawa lapar dan kesal. Ia bahkan tak tahu bahwa makanan pesanannya sudah di antar.

****

Weekend

Andrea menunggu dengan tak sabaran Reyma yang berjanji akan menjemputnya untuk melihat bagaimana pekerjaannya. Ia sudah ada pada penampilan terbaiknya untuk hal ini jadi tidak boleh ada kegagalan untuk hari ini. Ia pun tersenyum senang saat mobil mewah Reyma mulai memasuki pelataran apartemen.

Sebelum ke tempat kerjanya, Reyma mengajak Andrea berbelanja dan menghabiskan banyak uang. Padahal Andrea bisa saja membayar semua belanjaannya sendiri, tapi Reyma melarangnya. Menurut gadis itu, ini adalah hadiah atas pertemanan mereka dan Andrea tak berkutik di buatnya. Usai belanja, Andrea di bawa ke sebuah kafe yang ada di kota. Letaknya tak terlalu jauh dari tempat mereka belanja tadi. Andrea menatap Reyma yang berjalan menuju meja dimana seorang lelaki tampak tengah menunggu seseorang. Andrea menampilkan senyum terbaik saat mata lelaki itu menatapnya dengan intens setelah mendengar bisikan yang entah apa dari Reyma. Andrea menatap lekat dan menciptakan maha karya di pikirannya sendiri untuk hari-harinya bersama lelaki itu. Lelaki yang berhasil menyita dunianya di hari pertama mereka bertemu.

"Andrea, kenalkan ini Daren. Daren ini Andrea," suara Reyma mengembalikan kesadaran Andrea yang sebelumnya terpatri pada wajah tampan Daren yang jika di lihat dari umur menurutnya seumuran dengan papanya.

Andrea menerima uluran tangan Daren dengan canggung, namun ia tetap tak memutuskan pandangannya pada lelaki yang berhasil menggoyahkan hatinya itu membuat Reyma terkekeh. Menyadari kebodohannya, Andrea akhirnya berdeham untuk mengurangi rasa malunya.

"Andrea, kamu bisa menemani Daren di sini. Aku akan ke tempatku," ucap Reyma dan segera berlalu.

Suasana canggung kini menyelimuti Andrea. Namun hal itu hanya berlangsung sebentar saat suara lelaki yang tampan di usia senjanya ini menyapa indera pendengarannya. Lelaki itu berhasil menyita seluruh perhatian Andrea. Bahkan ia tak bisa mengontrol detak jantungnya sendiri saat lelaki itu memintanya untuk duduk dekat di sebelahnya.

"Kita mau kemana?" bisik Daren di telinga Andrea dengan manja membuat Andrea dengan susah payah menelan salivanya. Tanpa menunggu jawaban Andrea, Daren sudah lebih dulu menarik pinggang gadis itu untuk mengikutinya. Ia membawa Andrea menuju mobilnya yang tak kalah mewah dengan milik Reyma dan melajukannya menyusuri sepanjang jalanan kota.

Hari terasa begitu indah dan singkat, Andrea kini sudah berdiri di lobi apartemennya dengan sekian banyak paper bag di tangan. Ia tak menyangka jika Daren akan sebaik ini membelikannya banyak barang hanya karena ia mau menemani lelaki itu makan siang dan makan malam bersama sembari membahas semua kegiatan yang dilakukannya. Dengan riang Andrea berjalan menuju lift dan langsung menuju unitnya. Sepanjang koridor menuju kamarnya, gadis itu tak berhenti tersenyum mengingat bagaimana Daren memperlakukannya. Lelaki itu memang sangat luar biasa baik dan perhatian. Andrea tak menyesal menghabiskan waktunya bersama Daren meski tubuhnya kini terasa lelah dan ingin segera di bersihkan. Sampai di depan kamarnya, Andrea kerepotan untuk memasukkan kombinasi password. Ia akhirnya menurunkan beberapa paper bag dan kembali mencoba memasukkan kombinasi password-nya hingga tak menyadari kehadiran Azka.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya melihat Andrea yang menurutnya terlalu boros dengan menghamburkan banyak uang hanya untuk membeli barang yang entah apa. Ia menghela napas dan memperlambat jalannya agar tak sampai bertemu dengan gadis itu, "Ternyata kamu sama dengan yang lainnya," gumamnya saat pintu kamar Andrea sudah tertutup rapat.