Andrea merebahkan tubuhnya di kasur queen sizenya dan kembali menerawang semua hal yang ia lakukan bersama Azka. Ia pun tersenyum kecil meskipun keengganan lelaki itu untuk berbicara dengannya juga teringat. Namun senyuman itu segera luntur saat mengingat rentetan pertanyaan Azka yang tak bisa di jawabnya dengan kejujuran.
Flash Back On
Usai sarapan Azka membantu Andrea menuju ruang tengah. Lelaki itu juga mengambilkan beberapa novel untuk di baca Andrea saat tidak ada lagi kegiatan yang bisa wanita itu kerjakan, apalagi saat ini Azka yang menjadi temannya sangat sulit di ajak berbicara.
"Apa pekerjaanmu selain kuliah?" tanya Andrea karena bosan membaca.
Azka mengangkat kepalanya menatap Andrea. "Tidak ada," jawabnya membuat Andrea akhirnya tersenyum.
"Apa hobimu?" tanya Andrea lagi.
"Apa saja," sahut Azka masih acuh.
Andrea berdecak kesal. "Kau punya pacar?" Andrea masih semangat untuk menanyai lelaki yang duduk di sofa single sebelahnya itu.
"Apa harus ku jawab?" kesal Azka karena pertanyaan Andrea seolah menunjukkan bahwa mereka tak seakrab itu sebagai status yang bisa di bilang teman.
"Aku hanya ingin tahu saja. Kenapa kamu sewot?" cebik Andrea yang tanpa sengaja justru memunculkan senyuman tipis di bibir Azka. "Kenapa kau kuliah di kampus ini? Padahal nilaimu bahkan lebih tinggi dariku dan aku yakin kau bisa dapatkan kampus benefit di luar negeri," Tanya Andrea lagi.
"Tidak ada alasan," jawab Azka masih dengan nada dingin membuat Andrea kini benar-benar tidak memiliki ide pertanyaan lagi. namun tetap berpikir keras.
"Tidak mungkin. Aku tidak sebodoh itu untuk percaya ucapanmu," cebik Andrea lagi.
"Terserah," sahut Azka acuh.
"Dimana orangtuamu?" tanya Andrea lagi.
"Di rumah," jawab Azka yang terkesan Asal.
Andrea memutar bola matanya malas. "Anak tidak bersekolah pun akan tahu itu. Maksudku dimana mereka tinggal?" kesal Andrea.
"Apa urusannya denganmu?"
Astaga bolehkah Andrea menampar mulut lelaki di hadapannya itu? Rasa kesal kini sudah memenuhi seluruh kepala Andrea. "Kau benar-benar tidak bisa di anggap manusia." Andrea menatap tajam Azka yang kini tampak sekilas menunjukkan senyumannya membuat Andrea terpaku. "Sebenarnya kamu ini manusia macam apa?" kesalnya.
"Darimana kamu kemarin malam?" pertanyaan Azka kali ini menyentak ingatan Andrea.
"Kapan?" tanya Andrea mencoba untuk membuat lelaki itu tidak tertarik lagi untuk membahas kejadian kemarin.
Azka menajamkan matanya untuk menatap Andrea yang kini terlihat salah tingkah. Jari lelaki itu terulur dan tanpa aba-aba terjentik mengenai dahi Andrea. "Jangan mencoba mengalihkan pembicaraan," ucapnya kesal dan tak acuh melihat gadis itu meringis kesakitan.
"Bukan urusanmu," jawab Andrea cepat.
"Aku memang tidak ada urusan dengan semua yang kamu lakukan. Hanya saja pakaianmu itu membuat singa-singa kelaparan akan dengan senang hati memburumu," ucap Azka kembali dingin tapi penuh dengan perhatian.
"Singa?" ulang Andrea merasa tidak paham dengan ucapan Azka.
Lelaki itupun berdecak kesal. "Apa yang kamu pelajari selama sekolah dan kuliah hah?" Azka sangat heran dengan kepolosan Andrea yang terlihat seperti anak orang berada itu.
"Aku tidak belajar tentang singa kelaparan,"Andrea mencebik membuat Azka terkekeh pelan.
"Jangan belajar menjadi kupu-kupu malam kalau membersihkan ingus saja belum bisa kau lakukan sendiri," ucapnya setelah berhasil menghentikan kekehan.
"Tadi kamu membahas singa kelaparan dan sekarang ingus. Lalu apa hubungan singa sama ingus? Aku benar-benar tidak mengerti." Andrea membuang muka.
Azka menghela napas berat. "Singa yang aku maksud adalah lelaki hidung belang. Kau paham?" ia mengamati wajah Andrea yang kini tampak terbelalak dengan ucapannya. "Ingusan artinya kamu itu belum sepenuhnya mengerti dunia luar jadi jangan berpakaian seperti kamu seorang gadis nakal," jelasnya lagi saat Andrea hanya mengangguk-angguk saja.
"Aku sudah dewasa," sahut Andrea kemudian.
"Terserah kau saja kalau begitu. Darimana kamu dengan pakaian itu?" kesal Azka pada akhirnya.
"Aku.. Aku dari ulang tahun teman," jawab Andrea dengan gugup yang justru membuat Azka semakin curiga.
"Dengan pakaian kekurangan bahan?" Azka bertanya dengan nada sedikit menyindir sekaligus tidak percaya. "Pesta macam apa yang mengharuskan tamunya berpakaian setidak layak itu?" ucapnya geram karena Andrea justru terdiam.
"Ya memang harus begitu," jawab Andrea kesal karena Azka masih tetap memaksanya.
Azka tidak menjawab ataupun kembali bertanya. Ia mengamati perubahan raut wajah Andrea yang menurutnya sangat tidak bisa di percaya. Ia pun mendesah pelan karena gadis di hadapannya itu sangat keras kepala. "Jauhi teman yang mengajarimu hal-hal tidak pantas itu," peringat Azka kali ini benar-benar membuat Andrea berdoa agar Reyma segera datang. "Jangan sampai kamu menyesal," imbuh Azka sembari beranjak membukakan pintu membuat Andrea menghela napas lega.
Flash Back off
Azka sudah berada di atas kasur empuknya saat ini. Ia sudah lelah karena sedari tadi ia terus teringat dengan Andrea yang menggunakan pakaian seksi dan pulang larut malam. Ia sudah mencoba bertanya pada gadis itu tapi sekali lagi jawaban yang ia dapat sangat tidak masuk akal. Sekali pun Andrea pergi ke ulang tahun temannya, pasti tempat perayaan itu bukanlah tempat yang biasa saja. Ia pun mendesah pelan membayangkan apa saja yang mungkin sudah terjadi selama acara berlangsung seketika ia menggelengkan kepala saat bayangan tubuh Andrea mulai di penuhi dengan tangan-tangan lelaki yang mungkin juga ikut berada di tempat itu. Ia pun beranjak dan memilih untuk ke dapur membuat the. Ia berharap dengan meminum sesuatu yang hangat akan bisa menghapuskan pikiran tidak masuk akalnya tentang Andrea. Sesaat Azka mengingat nasi goreng buatannya untuk Andrea yang di lahap habis hingga tak bersisa. Ia pun terkekeh mengingat bagaimana cara gadis itu makan. Benar-benar tidak menunjukkan pribadi seorang gadis yang berasal dari keluarga yang berada, tapi menurutnya hal itu justru menunjukkan bagaimana sifat asli Andrea. Ia bisa menebak jika selama ini gadis itu hidup dengan penuh aturan meskipun bebas melakukan apa saja. Dan mungkin selama ini hidupnya sangat datar karena sepertinya Andrea tidak pernah dekat dengan lelaki. Senyum kembali terukir di bibir Azka. Ia yakin bahwa dirinya adalah lelaki pertama yang paling dekat dengan gadis itu.
Sementara itu, Andrea dan Reyma kini sedang membahas tentang kencannya bersama dengan Riko. Kesempatan untuk Andrea menceritakan bagaimana perangai Riko di saat mereka baru saja sampai di hotel dan bagaimana lelaki itu sangat memanjakannya setelah itu. Meskipun tidak seloyal Daren, tapi Andrea menyukai Riko yang tidak suka menutupi apapun tentang dirinya. Lelaki itu berperilaku sangat apa adanya. Tapi Andrea tidak bisa merasakan apa yang dirasakannya saat bersama Daren ketika sedang berdua dengan Riko. Menurutnya, Riko tidak sepandai Daren dalam mengambil rasa simpati seorang wanita. Mungkin hal itu juga yang membuat lelaki itu akhirnya mencari teman untuk menghabiskan waktu luangnya dengan gadis-gadis seperti dirinya.
"Apa menurutmu Riko sangat suka berhubungan intim dengan gadis yang ditemuinya?" kelakar Andrea saat teringat dengan perilaku lelaki itu padanya.
"Sepertinya tidak. Menurutku dia begitu karena melihat penampilanmu," ujar Reyma sembari menyantap Cheese Cake yang dibawanya tadi.
"Seberapa lama kamu mengenalnya?" tanya Andrea yang juga sedang menyantap Red Velvetnya.
"Lumayan lama. Hampir satu tahun," ucap Reyma.
"Siapa gadisnya sebelum aku?" tanya Andrea penasaran.
"Tidak ada. Dia tidak mau dengan gadis-gadis yang sudah aku bawa sebelumnya." Reyma menjawab dengan lugas pertanyaan sahabatnya itu.
Andrea hanya mengangguk-angguk mengerti. "Berarti aku beruntung," sahut Andrea kemudian.
"Beruntung?" Reyma meniru Andrea.
"Iya beruntung karena mendapatkan lelaki omes seperti dia," Andrea mengucapkan hal itu dengan nada yang dibuat senakal mungkin membuat Reyma melayangkan pukulan ringan pada lengannya. "Apa yang salah?" ucapnya lagi karena melihat Reyma tertawa.
"Apa yang Azka berikan padamu?" tanya Reyma setelah menghentikan tawanya.
"Hanya nasi goreng," jawabnya sembari tersenyum penuh arti mengingat bagaimana lelaki itu sibuk sendirian.
Reyma terkekeh. "Sepertinya Daren sudah mengajarimu banyak hal," ucapnya kemudian setelah menyadari jika bukan Azka yang begitu berpengaruh pada perubahan sikap Andrea mulai pertama kali mereka bertemu hingga kini.
Andrea kembali tersenyum. "Dia sangat baik dan begitu perhatian. Aku tidak tahu kenapa selalu merindukannya dan ingin dekat dengannya," ucap Andrea sembari terus tersenyum.
Reyma menatap Andrea penuh arti. "Ingat statusmu untuk Daren. Jangan sampai kau terlalu menaruh harapan atau bahkan menggunakan hatimu saat bersamanya," peringat Reyma.
"Aku selalu berharap bisa bersama dengannya," ucap Andrea yang kini menunduk.
"Kau akan bersamanya selama dia masih menginginkanmu," ucap Reyma yang terdengar sangat menyakitkan di telinga Andrea.
"Aku akan membuat dia menginginkan aku," ucap Andrea membuat Reyma terbelalak.
"Jangan gila," sentak Reyma. "Dia mencarimu hanya untuk kesenangan sesaat," imbuhnya saat Andrea terlihat menatapnya tidak suka.
"Lihat saja apa yang bisa aku lakukan," ucap Andrea dengan seringaian tak terbaca.